Matahari pagi mengintip melalui jendela kaca patri di ruang perang besar, memancarkan cahaya hangat ke wajah Maruel yang mulai menua dan mata birunya yang Indah seperti langit, "Malaikat Bileal" yang terkenal. Tatapan tajamnya tertuju pada peta luas yang terbentang di hadapannya, jari-jarinya yang kapalan menelusuri wilayah kekaisaran yang sudah dikenalnya dengan sumpah darah untuk melindungi kekaisaran.
Di usianya yang baru dua puluh lima tahun, Maruel telah mengukir reputasi legendaris untuk dirinya sendiri di medan perang. Sebagai pemimpin batalion White Wings yang elit, ia telah memimpin pasukannya meraih kemenangan yang tak terhitung jumlahnya, membuatnya dikagumi oleh rekan-rekannya dan dihormati oleh musuh-musuhnya. Namun, meskipun telah meraih banyak kemenangan, rasa tidak nyaman telah menggerogoti dirinya selama berminggu-minggu, firasat akan tantangan yang akan dihadapi.
"Aku benci perasaan ini, apakah aku akan mati, ya Tuhan?" Hatinya bertanya. "Apa aku bisa menebus dosa ku?"
Ketukan keras di pintu mengganggu lamunannya, dan Maruel menegakkan postur tubuhnya, ekspresinya mengeras. "Masuk," perintahnya, suaranya mengandung bobot otoritasnya.
Seorang utusan muda, wajahnya memerah karena tergesa-gesa, bergegas masuk ke ruangan dan berlutut. "Tuan Maruel, perintah mendesak dari Kaisar. Anda harus memimpin White Wings melawan Kerajaan Vampir segera."
Alis Maruel berkerut saat dia mencerna berita itu. Kerajaan Vampir, wilayah misterius dan kuno di benua Iblis, telah lama menjadi duri dalam daging Kekaisaran Bileal. Kekuatan besar, mahluk dengan kecerdasan dan kemampuan sihir tingkat tinggi, Salah satu musuh tersulit untuk kekaisaran hadapi. Mereka telah membuat wilayah perbatasan terus-menerus dalam keadaan tidak tenang, dan sekarang, tampaknya, konflik akan meningkat.
"Kerajaan Vampir, katamu?" Maruel bergumam, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja kayu. "Dan bagaimana dengan Putri Yereil Archiel? Apakah dia terlihat memimpin pasukannya?"
Utusan itu ragu-ragu, matanya bergerak gugup. "Ya, Tuanku. Laporan menunjukkan bahwa Putri Keempat sendiri telah terlihat memimpin pasukan vampir. Dikatakan bahwa dia telah mengumpulkan pasukan yang tangguh dan siap untuk menyerang jauh ke wilayah kita." Rahang Maruel mengeras, pikirannya berpacu. Yereil Archiel, putri vampir yang kejam dan licik, adalah musuh yang tangguh.
Dahulu sekali, Maruel pernah bertemu dengan Yereil saat usia 7 tahun, disebuah hutan gelap yang mengerikan. Maruel dan Yereil langsung memahami arti dari pertemuan itu, bahwa mereka akan menciptakan keseimbangan kekuatan yang rapuh.
"Kumpulkan White Wings sekarang juga," perintah Maruel, suaranya berdering dengan penuh wibawa. "Kita akan maju ke perbatasan barat saat fajar menyingsing. kita tidak akan lengah melawan Yereil seperti battalion lain yang telah kalah dan dipajang namanya di monumen pahlawan."
Utusan itu mengangguk dan bergegas keluar ruangan, meninggalkan Maruel sendirian dengan pikirannya. Dia mengalihkan pandangannya kembali ke peta, matanya menelusuri jalur yang sudah dikenalnya yang akan membawa pasukannya ke jantung Kerajaan Vampir. Rasa tidak nyaman masih terasa, tetapi Maruel tahu bahwa dia tidak boleh terpengaruh oleh keraguannya. Nasib kekaisaran berada di pundaknya, dan dia tidak akan goyah.
"Apakah benar kita harus bertarung Yereil?" Gumam Maruel, "Jika iya... Aku tidak akan kalah dari mu, tidak akan." Maruel menatap langit biru kekaisaran yang Indah.
Sambil menarik napas dalam-dalam, Maruel melangkah keluar dari ruang perang, jubah putihnya berkibar di belakangnya. Malaikat Bileal hendak terbang sekali lagi, siap menghadapi kegelapan yang mengintai di luar batas tanah air tercintanya.
Maruel berjalan berkeliling kota, menenangkan sejenak pikirkannya untuk menghilangkan rasa penasaran dan keraguan dalam hatinya. Melihat anak-anak berlari, tertawa dan tersenyum, Maruel berharap mereka akan mendapat kedamaian yang sesungguhnya.
"Kakak!" Teriak seorang putri bangsawan dengan rambut putih dan mata birunya menghampiri Maruel, membawa banyak Bunga di tangannya. "Kakak! Aku bawa ini untuk kakak! Tadi aku mau ke Barak kakak, Tapi ... Kakak malah jalan-jalan di kota, hmm..." Putri itu berfikir sesuatu.
Maruel trenyuman manis, sambil melepas sarung tangan besinya, Maruel langsung mengusap kepala putri bangsawan yang merupakan adik kandungnya. "Bunga dandelion, kenapa kamu bawakan Bunga ini untuk ku, Mary?"
Mary mundur dan berputar membuat gaunnya terlihat Indah dipandang, seperti bunga yang mekar di pagi hari. "Karena... Kakak terlihat seperti dandelion, kakak tidak pernah berhenti berjuang demi kekaisaran, tekad kakak juga kuat" Mary mendekat dan menekan baju besi yang melindungi dada Maruel dengan jari telunjuknya. "dan... Kakak begitu tampan sampai aku cemburu kakak ditaksir wanita bangsawan lain."
Telapak tangan kanan besar Maruel mengusap pipi Mary, kasih sayang terhadap adiknya begitu besar sampai Maruel menjadi semakin takut akan hari esok. "Aku harus pergi berperang besok." Ucap Maruel singkat tanpa basa basi kepada Mary yang wajahnya langsung menampakkan rasa kecewa.
"Bukannya kakak sudah janji besok akan datang ke pesta hari ulang tahun ku?" Tangan lembut Mary menggengam erat bunga-bunga yang dibawa, "Kakak selalu saja begini...."
Maruel tidak bisa berkata apa-apa, ini semua demi kedamaian kekaisaran, masa depan kekaisaran ada di tangan Maruel. Dengan lembut Maruel mengambil bunga tangan Mary, dan menaruh salah satu bunga di sela atas daun telinga Mary.
"Aku akan kembali sebelum semua Bunga ini layu, aku janji." Memeluk Mary dan menepuk punggungnya lembut. "Kakak janji, Mary, kakak akan pulang tepat waktu dan membawakan mu hadiah."
Melepas pelukan Maruel, Mary menatap dengan penuh harapan dan kesal, bibirnya menekuk kebawah. "Kalau kakak bohong aku tidak akan membawa bunga lagi untuk kakak!" Mary langsung mengambil langkah pergi, dan memutuskan pulang ke wilayah kekuasaan bangsawan Havensel.
Suara baju besi terdengar dari belakang Maruel, rekan-rekan setia satu perjuangan Maruel telah menjemput Maruel. "Aku pikir komandan akan bolos...." Ucap seorang wanita dengan pedang lancer dengan rambut ikal yang diikat ponytail.
"kalau komandan bolos aku yang akan menggantikan dia untuk sementara, Jadi kamu jangan khawatir, Louise." Balas seorang Kesatria muda dengan percaya diri membusungkan dada dengan gagah berani.
"Mari kita bersiap untuk fajar, siapkan seluruh pasukan kita." Maruel berkata dengan serius membuat suasana menjadi tegang, kaki dari semua rekan begitu tegap dan rapat, telinga mereka hanya fokus mendengar apa yang keluar dari mulut Maruel. "Ini akan menjadi perang yang panjang." Maruel berbalik badan menghadap kepada mereka, dan matanya begitu tajam penuh tekad dan keberanian.
Disisi lain, Yereil tuan putri keempat kerajaan Archiel, pemimpin dari wilayah barat negeri Vampire duduk di singgasana perak dengan menahan rasa sakit kulit terbakar. "Ah... Ini waktunya... Aku akan bertemu dengan mu, malaikat Bilelal." Yereil mengambil cawan berisi darah dari salah satu kepala komandan kekaisaran yang telah mati.
![](https://img.wattpad.com/cover/384374309-288-k237691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Rahasia Dandelion
FantasySebuah cerita ke 9 dari buku kuno Zerania, Mengisahkan pertempuran besar antara manusia dan Iblis, cinta dan karma.