Shikamaru dan Hinata berdehem canggung, saat pasang mata berbeda memandang keduanya.
Ino memandang curiga, mata birunya tiba-tiba menjadi tajam, jiwa-jiwa ingin tahu tersebar luas merasuki tubuhnya.
"Memang kenapa ? seorang teman harusnya seperti itu bukan!" Choji memecah suasana. "Aku juga akan meninggalkan koin, agar aku banyak uang dan makan enak."Meletakkan koin angka 50.
Yang membuat mereka merasa aneh karena nada lembut Shikamaru, seperti sedang membujuk kekasih yang ingin marah. Biasanya hanya wajah malas dan nada cuek.
"Apa ? Hanya pertengkaran tentang pendapat. Biasa saja." Elaknya santai.
"Kau bahkan saat bicara denganku sangat tidak etis." gerutu Ino.
.
Misi mereka lakukan memakan waktu satu minggu, cukup membuat mereka puas dengan semua kerja keras, setelah bermitan dengan para warga, mereka segera melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Perjalan cukup aman , mereka melewati rute yang sama agar mereka dapat membuat para gadis tetap aman.
"Sangat menyenangkan! Aku tidak menyangka misi kali ini benar- benar nyaman."Kiba bercerita dengan semangat. Melompat dari satu pohon ke pohon lainnya agar mereka cepat sampai di desa konoha.
Mereka masih bercakap-cakap dalam lompatan yang teratur namun tegas. Melihat sang kekasih yang terlihat senang dengan ocehan Kiba membuatnya tersenyum kecil. Dia memandang sekitar hingga tanpa sadar mata coklatnya bertubrukan dengan mata lavender yang secara cepat melihat ke depan. Bibirnya tertahan berkedut agar tidak tersenyum saat melihat pipi putih itu bersemu.
"Kita istirahat sebantar , mungkin besok kita akan sampai," Shikamaru berujar dengan tenang."Hari sudah hampir malam, kasihan para gadis-gadis."
Mereka semua patuh dan menyiapkan tenda untuk istirahat. Semua sibuk dengan menata tenda dengan saling membantu. Choji berjalan dengan Shikamaru untuk mencari kayu bakar, dia mendekati teman pemalasnya yang sedang memungut ranting-ranting di tanah.
"Ehem, kulihat kau dekat dengan Hinata , Shikamaru." Tukasnya dengan mengambil dua ranting di tangan.
"Hmm, kenapa? kau lupa jika kita teman di akademi dan misi, klan juga bukan? "
"Yah, kau benar,tapi kau terlihat agak berbeda, atau memang perasaanku saja." Dengan menggaruk pipinya.
"Jangan berfikir terlalu banyak, kau lupa kita juga merawat Mirai. Tentu saja kita lumayan dekat." Ujarnya santai. Melihat temannya sangat santai dia hanya mengangguk saja.
"Kau kan juga dekat dengannya?"Choji hanya tersenyum lebar dengan deretan gigi rapi. Mereka lantas segera kembali ke tempat semula. Pemandangan pertama yang dia tangkap adalah melihat Hinata yang bersandar di pundak Shino dengan Akamaru di sampingnya. Menghela napas kesal dia berjalan malas.
Dia sibuk menata kayu-kayu itu agar agar dapat di jadikan api unggun. Hei! Sasuke, kau bisa menggunakan apimu untuk ini bukan?"
Sasuke berdecak kesal, memangnya kekuatan ameterasu bisa di gunakan sesuka mereka. Dengan datar dia menyemburkan api kecil hingga membakar kayu itu. Kikikan dari Ino dan Sakura memenuhi malam yang di terangi bintang- bintang.
"Hinata apa kau bisa membantuku mencari air didekat sini, menggunakan byakugan milikmu," Shikamaru berdiri dengan wajah mengantuk. "Aku sangat haus."
"Ah, baiklah, mari."
"Tunggu!?" Seruan Ino membuat kedua orang itu terkejut, dia berdiri dengan mata tajam, lalu tersenyum lebar."Ambilkan aku juga yaa, Hinata."
Hinata mengangguk kecil, jantungnya hampir berhenti, pikirannya liar, tapi setelah mendengar itu dia melemaskan pundak. Dia menerima wadah botol milik Ino dan mengikuti Shikamaru yang berjalan memasuki hutan lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELTING
FanfictionSHIKAHINA- Menjalin hubungan begitu lama tapi hanya keluarga yang tahu, karena ingin menikmati momen-momen indah, tidak ingin mendapat banyak perhatian. Mereka terlihat seperti teman biasa ketika di umum, tapi momen manis dan hangat terus ada di set...