Prolog.

485 70 3
                                    

Mari kita ciptakan keluarga cemara itu. Yang di dalamnya penuh dengan kebahagiaan, kehangatan, dan kenyamanan.

***

Devansenapati Lukee Bimantara.

Itulah nama anak kecil yang sedang bermain di taman, pagi ini. Devan adalah anak pertama dari Asha dan Bian. Usianya kini sudah menginjak dua tahun. Sama seperti anak kecil pada umunya, di usianya kini, Devan sedang senang – senang nya mengeksplor banyak hal. Seperti pagi ini, anak kecil itu mengajak Asha dan Bian bermain di taman karena anak kecil itu ingin bermain pasir.

“Abang, nanti habis main pasir langsung cuci tangan, ya? tangan kamu kotor semua itu,” ucap Asha mengingatkan Devan.

“Iya, Ibu,” ucap Devan dengan mata masih sibuk dengan mainan yang ada di hadapannya.

“Devan, kalau ibu lagi ajak kamu bicara, tatap ibunya. Gak boleh seperti itu,” ucap Bian menasehati Devan.

Devan mengangkat kepalanya, beralih menatap Bian yang duduk di hadapannya itu.

“Iya, ayah,” ucap Devan.

“Minta maaf sama Ibu, ya?” ucap Bian.

Devan mengalihkan pandangannya ke arah Asha, menatap Ibunya yang duduk tak jauh dari tempat duduknya.

“Maaf, ya, ibu,” ucap Devan.

“Peluk dulu, baru ibu maafin,” ucap Asha merentangkan kedua tangannya.

Devan beranjak dari tempat duduknya, lalu ia berlari menghampiri Asha. Devan memeluk tubuh Asha erat, di balas dengan pelukan yang tak kalah erat oleh Asha.

“Ibu maafin, tapi tidak boleh di ulangi lagi, oke?” ucap Asha sambil mengelus punggung Devan.

“Iya, ibu,” ucap Devan.

Asha mencium puncak kepala Devan. “Anak baik, Masyaallah,” ucap Asha memuji Devan.

Asha melepaskan pelukan Devan, beralih menggenggam kedua tangan anak lelakinya itu. “Masih mau main atau mau pulang ke rumah?” tanya Asha.

“Mau pulang, tapi gendong,” ucap Devan manja.

“Manja sekali sih, kamu,” ucap Asha sambil mencubit hidung Devan, gemas.

Bian merapihkan mainan yang di mainkan oleh Devan, setelah itu ia melangkahkan kakinya menghampiri isteri dan anaknya.

“Sini, gendong sama ayah,” ucap Bian ketika sudah berdiri di hadapan Devan.

“Gak mau, aku mau nya sama Ibu,” ucap Devan memeluk lutut Asha erat.

“Yaudah, sini sama ibu,” ucap Asha sambil mengangkat Devan ke dalam gendongannya.

Bian mendengus sebal ketika melihat Devan yang bertingkah manja pada Asha. Saingannya untuk memiliki Asha ternyata bukan orang lain, melainkan anaknya sendiri. Darah dagingnya sendiri. Sangat menyebalkan, bukan?

“Kenapa cemberut gitu?” tanya Asha ketika melihat Bian mengerucutkan bibirnya.

“Cemburu. Aku gak suka lihat Devan manja banget sama kamu,” ucap Bian.

Asha menggelengkan kepalanya. Haruskan lelaki itu cemburu dengan anaknya sendiri?

“Devan masih kecil, wajar kalau dia manja sama aku,” ucap Asha.

Tangan kiri Asha menggenggam erat tangan Bian, agar suaminya itu tak lagi merasa cemburu dengan Devan.

“Udah, ya? gak usah cemburu lagi sama Devan.” ucap Asha mengelus punggung tangan Bian.

Bimantara FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang