06

6 2 14
                                    

Seminggu setelah pertandingan dua kelas unggulan dari tahun ke dua. Pada akhirnya kemenangan di raih oleh kelas unggulan satu, akhir yang terlalu mudah di tebak. Tapi bukan itu yang akan kita bahas kali ini. Kembali lagi, setelah satu minggu berlalu, klub voli akhirnya resmi melakukan camp pelatihan.

Di depan lobi gedung utama sekolah mereka sudah terparkir mini bus milik sekolah yang di khususkan untuk klub voli. Pada dasarnya sekolah elit khusus pria di kota C memang terkenal dengan prestasi di bidang olahraga, terutama klub voli. Maka jangan heran jika segala fasilitas klub mudah untuk terpenuhi.

Jeremy sudah lebih awal datang. Kali ini semua anggota klub terlihat lebih santai dengan pakaian kasual mereka — selama ini Jeremy hanya melihat mereka semua mengenakan seragam formal dan jersey latihan. Menyenangkan untuk Jeremy karena bisa melihat sisi lain anggota klub. Ia juga tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi pusat perhatian sejak awal.

Pria dengan satu-satunya kulit putih itu sedang mengabsen semua anggota untuk masuk ke dalam mini bus. Bastian berdiri di sampingnya untuk menemani dan mengawasi. Sekali lagi, Jeremy menjadi pusat perhatian, karena pakaian santai yang ia kenakan sekarang. Hanya memakai kemeja biru muda yang di gulung sampai ke siku dipadukan dengan celana jeans selutut. Jangan lupakan tas selempang hitam di pundaknya — Jeremy adalah pemandangan yang menyenangkan untuk di lihat.

"Sudah di absen semua, Manager?" tanya Bastian setelah Jeremy menutup buku absen.

Jeremy mengangguk, "Sudah, captain"

"Lalu, kenapa mereka berdua masih ada di sana?"

"Huh?"

Jeremy mengikuti ke mana arah mata Bastian menatap. Seharusnya sudah tidak ada lagi anggota klub di luar mini bus selain mereka berdua. Tapi Jeremy segera tertegun karena Ayasa dan Abas masih di luar atau lebih tepatnya kembali keluar, mereka memiliki alasan sendiri kenapa keluar lagi dari mini bus.

Bastian mendesah pelan. Ia tidak habis pikir, karena kali ini Abas juga ikut tidak bisa di atur seperti Ayasa. Captain klub voli itu segera menghampiri dua orang yang masih berdiri di dekat pintu belakang mini bus.

"Apa yang kalian lakukan?" Bastian menatap Ayasa dan Abas bergantian.

Ayasa yang menjawab dengan santai, "Apa? Aku sedang menunggu captain dan manager selesai dari tugas"

Bastian kemudian beralih menatap Abas. Ingin mendengar alasan dari Ace di tim mereka itu karena jarang sekali Abas bertingkah nakal seperti Ayasa. Sedangkan Abas yang di tatap memilih diam sejenak, kemudian menjawab pelan.

"Aku.. mencari angin" Abas tidak menatap wajah Bastian sama sekali. Itu adalah alasan yang konyol.

Jeremy hanya diam di belakang Bastian. Membiarkan captain tim mereka mengomel karena dua pria itu malah seenaknya keluar setelah di absen oleh manager. Jeremy sebenernya tidak marah, apalagi setelah mendengar alasan dua pria itu. Diam-diam Jeremy menatap Abas yang sedang di omeli oleh Bastian. Pria itu tampak santai, memakai kaos oblong dengan celana jeans panjang, jangan lupakan topi abu-abu di kepalanya. Pria itu benar-benar menarik walaupun hanya diam dan diomeli.

Di detik berikutnya Jeremy terkesiap karena Abas tiba-tiba menatapnya juga. Mata mereka bertemu hanya beberapa detik karena keduanya langsung mengalihkan pandangan masing-masing. Jeremy segera menatap sepatunya, mengulum bibir.

"Bastian, mau sampai kapan kau ceramah?" Pak Samuel menyembulkan kepalanya dari pintu mini bus di depan, "Cepat masuk, kita mengejar waktu"

Karena sudah ditegur oleh pelatih, akhirnya Bastian terpaksa menghentikan ceramah nya pada Abas dan Ayasa. Mereka berempat mulai masuk ke dalam mini bus, menduduki empat kursi paling belakang yang berjejer. Posisi mereka berupa Abas, Jeremy, Ayasa dan Bastian. Setelah semua anggota lengkap di dalam bus, Pak Samuel meminta supir untuk langsung tancap gas — menuju tempat camp pelatihan di bukit pinus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 21 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Volley DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang