"Siapa sih yang menciptakan hidup setelah dewasa itu harus bekerja?"Keluhan itu datang dari Rosé. Gadis berambut blonde yang sibuk mengucek kedua matanya yang tak terasa pagi cepat sekali menjumpainya lagi.
"Aku merasa diriku ini memang punya masalah, perasaan baru lima menit yang lalu aku membaringkan tubuhku, tak lama matahari naik lagi." Gerutunya.
Berjalan dengan malas menuju kamar mandi. Rosé mulai mencuci wajahnya dan menggosok gigi. Dan disaat-saat dia melakukan aktivitas itu, handphone yang ikut bersamanya di kamar mandi berbunyi, panggilan masuk dari seseorang yang tertera namanya Jane.
"Jane? Ya ampun tolong beri aku kesabaran untuk menghadapi makhluk ciptaanmu yang satu ini. Pagi sekali dia menghubungiku," Rosé berdecak dulu sebelum menjawab teleponnya.
"Ya? Aku baru bangun-"
"Rosé, ini aku John!"
Rosé menyeritkan dahinya, memeriksa kembali nama yang tertera, "kok ponsel Jane bisa ada padamu? Kau tidak mencurinya kan?"
"Licin sekali mulutmu itu ya untuk apa juga aku mencuri. Ck, lupakan, kau harus datang kesini secepatnya sebelum melihat pemakaman sahabatmu."
Disitulah mata Rosé langsung membulat, "hah? Astaga, siapa yang meninggal?" Hebohnya.
"Beberapa saat lalu aku ingin menemuinya di kantor untuk membahas pekerjaan, dia menyuruhku untuk langsung masuk ke ruang kerjanya tapi saat aku masuk, aku justru melihatnya terkapar di lantai dengan pergelangan tangannya yang terluka."
Rosé nge-blank dulu dengan mata menerjap bingung. Bagaimana tidak bingung, baru semalam mereka bercengkrama bersama dan Jennie tampak bahagia-bahagia saja.
"Kau bercanda? Aku tahu dia bukan wanita yang mau mati percuma, lagipula mimpinya menikah dan memiliki bayi kan belum tercapai," Rosé sedikit terkekeh. Tidak percaya.
"Aku akan mengirimkan fotonya padamu agar kau percaya."
Awalnya Rosé mengira John hanya bercanda namun begitu melihat bukti foto sahabatnya yang bersimbah darah membuat kedua bola matanya hampir copot.
"Sepertinya dia sedang mencoba membunuh dirinya sendiri. Ku harap ini tidak ada hubungannya dengan kekasihnya, maksudku dia tidak memiliki tekanan apapun dengannya kan tapi apa kau tahu sesuatu?"
Rosé masih diam mematung.
"Rosé, hallo! Aku sedang bicara denganmu dan kau malah diam saja."
"Aku akan kesana sekarang juga."
Rosé langsung buru-buru bersiap, dengan gusrak-gusruk dia berlari mengganti pakaian sebelum pergi.
Roséanne Park, gadis berambut blonde itu bukan hanya menjadi sekertaris tapi juga merangkap sebagai sahabat Jennie Ruby Jane. -gadis yang John bilang telah menyayat pergelangan tangannya sendiri.
.
.
."Hari ini aku akan kembali ke Korea, Mommy ingin aku pulang."
Itu suara Jennie yang sedang berbicara dengan Rosé.
"Bagus jika kau memiliki inisiatif untuk pulang, lagipula kau sudah tidak pulang dua tahun lebih hanya demi mengejar laki-laki bajingan itu." Sahut Rosé sambil memainkan iPad nya.
Beberapa hari setelah kejadian dimana Rosé mengetahui Jennie telah mencoba melukai dirinya sendiri. Kini mereka berada di dalam mobil bersama, tujuan mereka adalah melihat proyek yang tengah mereka kerjakan.
Jennie sendiri merupakan seorang arsitek, dia berada di LA ini karena ada proyek, selain itu ya seperti yang Rosé katakan. Mengejar seseorang yang meninggalkannya demi wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
WASTED - JENLISA [G!P]
बेतरतीब"Seseorang pernah bilang, tidak ada sakit yang tidak memiliki obatnya. Dan mungkin ayahku telah meninggalkan sakit di hatimu, maka biarkan pula dia meninggalkan obatnya untukmu berupa diriku, Jane."