VII

249 46 1
                                    

Keadaan dapur apartement Mark sudah tampak lebih manusiawi sekarang. Masakan Mark yang dibantu sedikit oleh Jaemin sudah tersaji diatas meja makan.

"Wahh, kalau kamu gak bantu kakak mungkin bentuk makanannya gaakan begini, Jaem."

Jaemin tersenyum mendengar Mark dan melihat mata lelaki itu yang berbinar-binar.

"Minggu depan kalau kamu ikut aja gimana? Biar kakak kenalin sama mama buat jadi calon menantu,"

Jaemin memukul lengan atas Mark yang berdiri disebelahnya, dengan pipinya yang memerah.

"Jangan ngaco!"

Jaemin diam-dian memutar bola matanya, bahaya juga kalau didekati oleh pria matang seperti Mark. Ajakannya tidak jauh-jauh dari menikah.

Mark meringis lalu tertawa kecil.

"Bercanda, tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa kakak tungguin sampai mau,"

"Kakk~"

Tangan Jaemin yang akan memukulnya lagi Mark tahan. Lelaki itu menarik Jaemin agar mendekat dan berdiri dihadapannya.

"Iya iya bercanda,"

Mark akhirnya berdiri dibelakang Jaemin menghindari pukulannya, yang sebenarnya tidak berasa sih. Cuma Mark saja yang lebay.

Jaemin berdiri terapit diantara meja makan dan badan Mark. Kedua tangan pria itu menumpu ke meja makan disamping tubuh Jaemin, jadi makin terpenjara saja perempuan itu diantara Mark.

Jaemin berdeham pelan menutupi gugup, tangannya meraih ponsel dan memotret hasil tangannya dan Mark. Oh iya, Jaemin itu selain suka anime juga suka memotret hal yang menurutnya patut diabadikan.

Mark yang mencuri pandang dari belakang tubuh Jaemin tersenyum.

"Kakak minta dong fotonya nanti,"

Jaemin sedikit menjauhkan kepalanya saat Mark berbicara tepat disamping telinganya.

"Bo-boleh,"

Mark terkekeh melihat Jaemin yang tampak salah tingkah. Tapi Mark masih menikmati dia yang bisa sedekat ini dengan Jaemin. Modus.

"Ayo cobain Jaem,"

Mark akhirnya 'membebaskan' Jaemin karena akan mengambil sendok untuk mereka berdua.

Jaemin menerima sendok yang diulurkan oleh Mark. Mereka mulai menyendok makanan buatan mereka dan memakannya.

"Waahh..."

Mark menggeleng tidak percaya saat merasakan rasa dari masakannya. Sedangkan Jaemin sampai bertepuk tangan kecil, ya karena dia yang berhasil memperbaiki rasa dari masakan Mark tadi.

"Jaem, ini serius enak banget.."

Jaemin mengangguk setuju. "Kak Mark hebat,"

Mark yang mendengar itu menggeleng heboh. Mark dengan cepat menelan makanannya.

"Enggak enggak. Ini karena kamu, kakak gak mungkin berhasil buat ini kalau enggak dibantuin kamu,"

Jaemin tersenyum, "Kakak juga udah kerja keras buat masak ini semua dari awal, aku cuma bantu dikit ajaa.. Jadi kak Mark tetep hebat,"

Aduh. Kenapa Mark tiba-tiba jadi merasakan hangat di hatinya ya. Mark hanya bisa tersenyum saja mendengar jawaban Jaemin, dia terlalu speechless.

"Na-nanti minggu depan bantuin lagi ya Jaemin?"

Jaemin menggangguk mantap menjawab pertanyaan Mark, mengundang senyuman yang lebih lebar di bibir yang lebih tua.

One Another Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang