Chapter 1 : the Women

143 17 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara bising musik DJ menggema di seluruh ruangan yang penuh dengan lampu menyala namun tetap remang. Orang- orang bahkan seperti tak waras dimasuki setan, menari mengikuti musik yang disetel keras. Mereka berpasangan, saling meliukkan badannya, seolah sedang menunjukkan siapa yang paling hebat dan seksi.

Aroma alkohol lekat ikut mengisi ramainya ruangan, mereka tanpa henti menenggak botol demi botol seolah sedang kehausan. Beberapa dari mereka juga tengah memangku wanita- wanita cantik dengan gaun seksi setengah terbukanya menampilkan tubuh montok dan elok.

"Kau sendirian? Ingin ku temani?" tanya seorang wanita cantik.

Wanita cantik dengan bibir tebal dan mata sipitnya itu hanya berbalut pakaian setengah terbuka menampilkan daging kenyal di dadanya yang berontak ingin keluar.

"Aku sedang menunggu milikku" tolak seorang lelaki dengan senyum nakal di bibirnya.

"AH, sayang sekali" sedih sang wanita berpura- pura dengan wajah menggodanya.

"Tapi, sambil menunggu kita bisa bermain sebentar!" tawarnya kembali mendekatkan diri.

Tangannya melingkar di leher sang lelaki, membuat mereka saling menempel. Mendekatkan wajahnya ingin segera mengecup bibir menggoda milik lelaki di depannya ini, ia harus terhenti dengan kalimat sarkas yang terlontar kepadanya.

"Menyingkirlah, aku tak suka wanita murahan" bisik sang lelaki dengan suara berat dan datarnya.

Hal itu membuat si wanita lekas menjauhkan tubuh, menatap tak percaya dan kesal pada sang lelaki yang kini tak memperdulikannya.

Lelaki itu nampak sempurna. Tubuh kekarnya yang dibalut kemeja cream yang digulung hingga sika lengan. Celana coklat tak menutupi seberapa tinggi sang lelaki dengan kaki jenjang itu. Jam tangan dengan merk mahal cartier keluaran terbaru melingkar di tangan kekarnya.

Rambut hitam legamnya di belah tengah, seolah membiarkan para kaum hawa menikmati jidat mengkilap sang lelaki. Garis rahang yang tampak tegas sangat sulit ditemui pada belahan Korea, mungkin hanya beberapa persen dari penduduk asli yang memilikinya.

Hidung mancung bak perosotan di taman safari dengan tahi lalat kecil di ujungnya ingin sekali di kulum. Matanya nampak tajam dengan pupil hitam sama seperti rambutnya. Seperti elang yang tengah mengawasi makanannya. Bibir tipis menggoda yang sesekali menyesap rokok elektrik di tangannya nampak menggiurkan.

Bahunya yang tegap dan lebar membuat siapapun ingin bersandar bahkan tiduran disana. Otot- otot tangan nampak membentuk sempurna bagian tubuh sang lelaki seolah semua yang sudah melakukan olahraga hanya sia- sia jika sudah berhadapan dengan lelaki ini.

Menenggak minumannya sesekali, ia menuntaskan dahaga yang sebenarnya malah bertambah panas di leher itu, memberikan sensasi tersendiri. Mengoyak untuk selalu lagi dan lagi meskipun hanya sakit yang diterima.

Golden Rockstar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang