Malam semakin larut, namun Banyu masih terjaga di tempat tidurnya. Langit-langit kamar yang gelap terasa semakin dekat. Kata-kata Devan masih berputar di pikirannya: "Lo tau, kita di sini nggak cuma buat ketawa bareng doang, kan?"
Banyu menghela napas panjang. Sering kali, ia merasa terlalu sibuk menutupi apa yang sebenarnya dirasakannya. Rasanya tidak adil kalau ia terus melibatkan orang lain dalam masalahnya, terlebih dengan teman-temannya yang selalu ceria. Mereka tidak tahu apa yang sedang dia hadapi, dan Banyu tidak ingin mengganggu suasana mereka dengan kegelisahan yang terus menghantuinya.
Saat itu, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari grup chat teman-temannya.
"Nyuu, gabung yuk besok sore. Kita nongkrong di taman, udah lama nggak kumpul bareng!"
Pesan itu dari Raka, yang selalu bersemangat mengajak Banyu dan yang lainnya.Banyu menatap layar ponselnya sejenak. Teman-temannya memang selalu ada saat-saat seperti ini, dan ia tahu mereka pasti akan kecewa kalau dia menolak. Namun, ada sesuatu yang mengganjal, sebuah alasan yang membuatnya tidak bisa ikut.
Tangan Banyu mengetik balasan cepat
"Maaf, gue ada urusan sama keluarga besok. Nanti deh lain kali."Setelah menekan tombol kirim, Banyu merasa sedikit lega, meskipun rasa bersalah masih menyelimutinya. Ia tahu temannya pasti akan mengerti, tetapi di sisi lain, Banyu tak bisa menepis perasaan kesepian yang semakin dalam. Menghindar memang terasa lebih mudah, tapi ia juga tahu ia tak bisa terus seperti ini.
---
Keeseokan harinya, saat bel istirahat berbunyi, Banyu berjalan menuju kantin. Suasana sekolah masih sama-terdengar tawa dan obrolan teman-temannya yang tidak henti-hentinya mengisi udara.
Banyu duduk di meja yang sudah penuh dengan teman-temannya. Mereka semua terlihat ceria, berbicara tentang rencana nongkrong sore nanti. Raka melambaikan tangan dan menyapanya, "Nyuu! Lo nggak bisa gabung sore nanti?"
Banyu merasakan kegugupan mulai merayap, tubuhnya terasa sedikit kaku. "Gue... nggak bisa, deh. Ada kerjaan sama keluarga," jawabnya sambil berusaha tersenyum.
Devan yang duduk di seberangnya memandangnya lebih lama dari biasanya. "Nyuu, lo kenapa sih belakangan ini? Kayaknya beda gitu deh."
Banyu mengalihkan pandangannya, sedikit cemas. Teman-temannya mungkin mulai curiga. "Gue cuma capek aja, mungkin karena tugas yang numpuk."
harsa, yang sedang asyik dengan makanannya, hanya mengangguk sambil mengunyah. "Ya udah, lain kali aja. Jangan lupa jaga kesehatan, ya."
Banyu hanya tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa sedikit hancur. Dia berusaha menutupi perasaan ini, namun semakin hari semakin terasa sulit untuk menghindar.
---
Setelah jam sekolah selesai, Banyu langsung bergegas keluar dari gerbang sekolah. Tapi, kali ini bukan untuk pulang ke rumah dengan teman-temannya. Ia harus segera pergi untuk check-up rutin, meski rasanya ia sangat enggan untuk pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
..
.
HAYOOO, sakit apa tuu si banyu
sedikit dulu yaa Sayang sayang kuu, lagi sakit perut tapi maksa ngetik aku:(
![](https://img.wattpad.com/cover/382312228-288-k694645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUS YANG BERTAUT : banyu ardianata
JugendliteraturBanyu. Namanya seperti aliran air, tenang di permukaan, tapi dalamnya penuh arus yang tak terlihat. Hidupnya tak pernah benar-benar utuh, seperti kaca yang retak tapi tak mau pecah. Tubuhnya diselimuti sakit, napasnya sering kali terasa berat, seola...