PROLOG

18 2 2
                                    


Cahaya matahari pagi menyelinap melalui celah-celah daun pohon rindang di halaman SMA Nusantara, menciptakan pola-pola indah yang menari di tanah.
Ayleen, dengan rambut panjangnya yang berkilau, berjalan dengan langkah ringan menuju gerbang sekolah. Hari ini adalah hari yang sangat istimewa baginya, hari pertama ia menginjakkan kaki di sekolah baru.

Sejak malam sebelumnya, ia telah merasakan degup jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ada firasat kuat yang mengatakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang mengubah hidupnya.

Sesampainya di sekolah, Ayleen disambut dengan suasana yang ramai dan penuh antusias.
Para siswa baru berseliweran ke sana kemari, mencari kelas masing-masing. Ayleen mengikuti arus, matanya menangkap setiap detail di sekitarnya.

Saat melewati aula, pandangannya terpaku pada seorang pemuda yang sedang memberikan pengarahan pada kelompok siswa baru.

Pemuda itu berdiri di atas panggung yang tersedia , sosoknya menjulang tinggi dan aura kepemimpinannya begitu kuat. Nawasena Sanjaya Pasha, begitu nama yang tertera pada name tag yang tergantung di dadanya.

Ada sesuatu yang sangat menarik pada Nawasena. Mata hitam legamnya seperti memiliki kedalaman yang tak terhingga, dan senyum tipisnya mampu mencairkan hati siapa pun.

Ayleen merasakan getaran aneh di dalam dirinya saat menatap Nawasena. Seolah-olah ada benang tak kasat yang menghubungkan mereka berdua.
Ia merasa telah mengenal Nawasena sebelumnya, meskipun baru pertama kali bertemu.

Sejak saat itu, Ayleen selalu mencari kesempatan untuk bertemu dengan Nawasena. Ia mengikuti setiap kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh Nawasena, berharap bisa berinteraksi dengannya secara lebih dekat. Namun, setiap kali ingin mendekat, rasa gugup selalu menghalanginya.

Suatu hari, Ayleen memberanikan diri untuk menyapa Nawasena setelah selesai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dengan jantung berdebar kencang, ia menghampiri Nawasena dan memperkenalkan diri. "Perkenalkan, aku Ayleen. Aku dari kelas 10 delapan," sapa Ayleen dengan suara yang sedikit gemetar.

Nawasena tersenyum ramah. "Hallo ayleen senang bertemu denganmu. Aku Nawasena."

Saat mata mereka bertemu, Ayleen merasakan hal aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Seolah-olah waktu berhenti sejenak, dan hanya ada mereka berdua di dunia ini. Dalam sekejap, Ayleen yakin bahwa pertemuan mereka bukanlah kebetulan.

Ada suatu hal yang menghubungkan mereka, sebuah ikatan yang tak dapat dijelaskan dengan logika.

Benang Merah Dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang