Suasana tampak tegang dari malam-malam biasanya, cahaya lilin menambah suasana kesunyian, karena tidak biasanya sang kepala keluarga terlihat memasang wajah serius dan kaku pada jam segini, sepertinya telah terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan.
"Ayah, kenapa belum memulai makan?" Tanya si bungsu, anak laki-laki berusia 10 tahun yang memiliki rambut ikal kecoklatan "Aku sudah lapar." Kelu nya.
"George, tunggu sebentar. Biarkan Ayahmu memberikan pengumuman penting dulu." tegur sang Ibu, Amy.
Sang kepala keluarga pun membuka suara setelah menghembuskan nafas pendek berkali-kali "Aku tidak akan berlama-lama, begini Yang mulia pangeran terakhir yaitu pangeran Richard, dia memberikan surat lamaran pernikahan ke kau, Clara"
"Wah hebat! Selamat saudariku. Jadi itu alasan ayah mengundangku," ujar Catherin dengan respon positif, dia adalah anak pertama dari keluarga ini.
Yaitu Count Evan Bilss, yang menjabat sebagai penasihat urusan pemerintah, Catherin sendiri sudah menikah, saat datang ini dia datang, tanpa di dampingi suaminya.
"Mengapa ayah terlihat tidak senang? Bukan kah harusnya senang, dengan begitu artinya Ayah akan menjadi besan raja kan?" Lanjutnya lagi.
"Kau tau rumor tentangnya, bahwa dia memiliki banyak wanita yang di simpan kediamannya, belum lagi dia gila akan perang dan beberapa kali mengagalkan perjodohan. Hidupnya tidak pernah damai, Catherin, lalu bagaimana nasib adikmu Clara, yang terkenal sangat pendiam?"
"Tapi dia juga terkenal pintar Ayah, mungkin saja karena itu pangeran tertarik padanya." balas Catherin.
Apa dikatakan Catherin tidak lah salah, Clara, adalah gadis yang baru lulus di akademik perempuan dengan nilai tertinggi di Kerajaan Emerald tahun lalu, tidak heran hampir satu tahun ini lamaran tidak berhenti-henti nya datang ke rumah, sayangnya Clara tidak pernah mengubris hal itu, dia malah sibuk membantu sang ibu mengurus rumah.
"Namun, Catherin, keluarga kita bahkan tidak memiliki banyak pengaruh apa-apa. Aku hanya khawatir dengan kehidupan Clara nantinya." jelas Ibunya menimpali, itu fakta selanjutnya, tidak ada membantah, mengingat mantan calon tunangan Pangeran Richard sebelumnya adalah anak dari Duke, sepupu jauh Ratu.
Sementara Clara yang menjadi pusat perhatian hanya diam tanpa memberikan respon apa-apa, dia terlihat tidak ambil pusing dengan hal tersebut.
"Clara kau bisa memberikan tanggapan jika tidak setuju dengan pernikahan, Ayah akan berusaha untuk mencari cara agar Pangeran membatalkan niatnya." Ujar Ayahnya.
"Tidak perlu sejauh itu, Ayah, orang kita lawan anggota kerajaan, tidak mungkin kita menolaknya," Clara diam sebentar memikirkan sesuatu "Ya, setidaknya berwajah tampan kan? Karena keturunan raja" candanya.
"Sudah lah, Ayah lebih kita makan, kasian George terlihat ingin pingsan" ucap lagi seolah mengakhiri pembicaraan.
Ayahnya mencoba untuk membahas kembali hal tersebut namun Amy istrinya seolah memperingatkan suaminya agar tidak melewatin batas, mengingat sifat Clara yang keras kepala jika dia sudah memutuskan.
Count Evan Bliss, akhirnya mengangguk dan tersenyum sedikit, mencoba meredakan ketegangan. Dia tahu bahwa pernikahan Clara dengan Pangeran Richard akan menjadi topik yang sensitif, terutama karakter pangeran yang dikenal kontroversial, sekali pun dia tidak menyukai kelakuan pangeran tersebut, tapi apalah artinya itu, dia hanya pejabat rendah yang tak punya kuasa untuk menolak lamaran tersebut, dia hanya berharap Clara bisa mengatasi hal tersebut.
"Baiklah, mari kita makan," ucapnya sambil mengalihkan perhatian ke hidangan yang terhampar di meja.
Malam itu berakhir dengan damai tanpa perdebatan lebih lanjut mengenai perjodohan tersebut, Namun, di benak Clara, berbagai pikiran dan pertanyaan tentang Pangeran Richard terus berputar, dia mempertimbangkan apa yang membuat pangeran itu tertarik padanya selain dua fakta disebutkan sebelumnya.
Karena tidak mungkin seseorang se-mulia itu mengirim lamaran hanya berdasarkan hal itu, kalo di pikir kembali dia hanya bertemu sekali waktu pesta pernikahan pangeran kedua, itupun tiga tahun yang lalu, dan hanya sebatas menyapa tidak lebih.
Bulan demi bulan berganti, pesta pernikahan semakin dekat tinggal menghitung hari, sementara baik Clara maupun Richard tidak sekalipun bertemu untuk sekedar mendekatkan diri mereka memang bertukar kabar melalui surat tapi tidak banyak di bicarakan seperti hal-hal tentang keseharian biasa dilakukan, tidak pembicaraan yang khusus, mereka seolah sibuk dengan dunia nya masing-masing.
Richard dengan status Jendralnya yang membuatnya sibuk persiapan perang kerajaan tahun depan, sementara Clara sibuk dengan persiapan pernikahan serta kelas-kelas kerajaan lainya, mereka seakan lupa, bahwa mereka lah yang menjadi tokoh utama dari pernikahan ini.
Pada akhirnya hari pernikahan pun terjadi, suasana di istana megah Kerajaan Emerald sangat meriah, tamu-tamu penting dari berbagai kerajaan hadir, mengenakan pakaian mewah dan perhiasan berkilauan.
Clara memasuki altar dengan tubuh tegak yang membusung anggun, di tutupin wajah dengan renda putih transparan, terlihat rambut coklat yang biasa di gerai bergelombang itu berubah menjadi di sanggul rapih, lalu di sematkan dengan mahkota kecil mutiara yang berkilau, dia mengenakan gaun pengantin putih yang indah menunjukkan lekuk tubuhnya yang menawan.
Sementara di depan altar sudah berdiri Richard, yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap, mencerminkan seorang pemimpin dan jenderal yang terlatih.
Dengan rambut hitam legam yang dipotong rapi, wajahnya dihiasi dengan garis-garis tegas yang menunjukkan karakter yang kuat dan berwibawa, Richard mengenakan seragam militer yang berkilau, di dadanya tersemat medali-medali yang menandakan prestasi dan keberaniannya dalam berperang.
"Yang mulia, maaf bisa kita mulai upacaranya?" Ucap Clara memperingatkan dengan suara bergetar, karena beberapa menit lamanya Richard terus diam memandanginya, sesaat dirinya berdiri di sebelahnya.
"Ya tentu saja, aku tidak sabar melihat wajah istriku" ujarnya dengan senyum tipis. Selanjutnya upacara, dimulai dimana mereka saling mengucapkan sumpah setia, untuk saling mendukung dan menghormati untuk selamanya.
Kejadian satu tahun lalu teringat jelas di otaknya, sesuatu yang membuat Clara tersadar betapa bodoh dia telah menerima pernikahan ini, mengapa dulu dia tidak menolaknya seperti saran orang tuanya dan kenapa tetap melanjutkan berdasarkan pemikiran kuno nya bahwa perlahan tapi pasti Pangeran akan memperlakukan dengan baik.
...............
Pangeran Richardson Emerald
JungkookClara bills
YeriTes ombak dulu gak sih? Kalo misalnya vote dan komennya bisa nembus sampei 5, Sabtu nanti, bakalan aku lanjut.
Tapi kalo gak, mungkin nanti setelah menikah selesai di aku publish lagi ahahhahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Terakhir
Romance"Ingatlah ini, Clara, tidak ada yang bisa memisahkan kita, sekalipun kematian."