Pagi yang hangat menyelimuti sekolah ketika Evie melangkah masuk dengan langkah yang terlihat biasa saja. Namun, di dalam dirinya, kekacauan masih belum mereda. Pikiran tentang Damon, tentang semua yang telah terjadi, terus menghantui. Lehernya kini tertutup syal tipis, upaya untuk menyembunyikan bekas gigitan yang seperti terus berdenyut, mengingatkan bahwa kehidupannya tidak lagi seperti biasa.
"Evie!" Suara ceria memanggilnya dari belakang. Itu Bethany dan Clara, dua teman baiknya yang selalu ceria.
"Kenapa kamu jalan sendiri? Biasanya kita ketemu di gerbang," ujar Clara sambil menepuk pundak Evie dengan ringan.
Evie tersenyum kecil. "Oh, maaf. Aku sedikit... melamun."
Bethany mengerutkan kening. "Kamu baik-baik saja? Sejak minggu lalu, kamu kelihatan nggak fokus."
Evie mencoba terlihat santai, meski itu tidak mudah. "Aku cuma kurang tidur, itu saja. Jangan khawatir."
Namun, perhatian Clara dan Bethany tidak mudah dialihkan. Mereka saling bertukar pandang, lalu Clara berkata dengan nada lebih lembut, "Ev, kamu tahu kan, kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita sama kita? Kita sahabatmu."
Evie tersentuh, tetapi kata-kata itu justru membuat dadanya semakin berat. Bagaimana ia bisa menceritakan hal yang bahkan sulit ia percayai sendiri? Tentang vampir, tentang Damon, dan tentang semua kekuatan aneh yang kini seperti berdenyut di tubuhnya?
“Aku tahu.” Evie mencoba tersenyum lebih tulus kali ini. “Aku cuma sedikit tertekan dengan tugas dan... yah, kehidupan.”
"Kalau gitu, nanti kita habiskan waktu bareng setelah sekolah," Bethany menyarankan sambil tersenyum. "Clara dan aku akan memastikan kamu lupa sama stresmu."
Evie mengangguk, meski pikirannya masih berantakan.
Saat mereka berjalan ke kelas, suara lain memanggil dari arah lapangan. "Evie!"
Evie menoleh dan melihat sosok tinggi dengan rambut cokelat yang acak-acakan tetapi tetap terlihat menawan. Itu Arthur, sahabatnya sejak kecil, seseorang yang selalu ada untuknya. Ia melambai dengan santai sambil berjalan ke arah mereka.
Arthur selalu punya cara untuk membuat orang merasa nyaman hanya dengan senyumannya. “Aku udah nyari kamu di gerbang, tapi nggak lihat. Kamu oke?” tanyanya langsung, matanya yang gelap menatap Evie dengan perhatian tulus.
Evie mengangguk cepat. "Aku baik-baik saja."
Namun, Arthur tidak terlihat sepenuhnya yakin. Ia mengangkat alisnya sambil tersenyum kecil. "Bener? Kamu nggak terlihat seperti itu."
Clara dan Bethany segera memanfaatkan momen itu. "Tuh, Arthur juga bilang kamu kelihatan aneh, kan?" kata Clara dengan nada menggoda.
Arthur tertawa kecil. "Hei, aku nggak bilang 'aneh,' cuma... yah, kamu kelihatan kayak lagi mikirin sesuatu yang berat."
Evie tersenyum, sedikit merasa bersalah karena membuat teman-temannya khawatir. "Aku cuma butuh sedikit waktu untuk mencerna banyak hal. Serius, aku baik-baik saja."
Namun, Arthur tidak menyerah begitu saja. Ketika mereka sampai di kelas, dia dengan santai duduk di sebelah Evie, seperti biasa. Tapi hari ini, dia tampak lebih perhatian daripada biasanya.
"Kalau kamu mau cerita, aku ada di sini," bisiknya pelan sebelum guru masuk.
Evie hanya bisa mengangguk, tidak mampu mengatakan apa pun lagi.
---
Hari itu terasa berjalan lambat. Evie berusaha fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang. Damon, Lucien, dan dunia gelap yang kini menjadi bagian dari hidupnya—semuanya berputar-putar dalam kepalanya seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

KAMU SEDANG MEMBACA
The VAMPIRE [HIAT]
Vampire- Di balik gemerlapnya Lavender City yang modern dan sibuk, tersembunyi sebuah rahasia kelam yang tak banyak diketahui oleh penduduknya. Sebuah kota yang hidup dengan ritme cepat dan penuh warna, namun di dalamnya, ada kekuatan purba yang mengintai...