27

28 7 0
                                    

.

.

.

.
"Kenapa nggak pergi? Kata kamu bukan temanku?" pertanyaan hal semacam itu terus dilontarkan oleh Juan. Selalu teman, teman dan teman

Riki tidak enak hati pada Juan. Dia semakin mendekat pada Juan yang terus membelakanginya. Sedangkan Juan tak mau sama sekali melihat wajah Riki

"Aku pengen bacot sekarep ku disini. Pergi aja, kan kamu nggak mau denger bacotanku? Selama disini aku nggak bisa ngomong banyak, gak ada yang bisa dengerin aku" Juan menghela napas,

"Pendengar terbaikku hilang. Biasanya dia yang mau dengerin ceritaku meskipun nggak berguna, dia tetap dengerin. Sekalipun aku punya temen yang enak disini, gak ada yang seenak.dia. Padahal dari kecil aku sama dia temenan, Kakak kami juga temenan sampai dewasa, mereka tetep temenan. Tapi kenapa aku sama dia nggak -" Ocehan Juan terpotong

"Wan"

"Kapan aku bisa jadi gentle kayak dia? Banyak orang rendahin dan ngeremehin aku soalnya aku pendek, gak bisa bela diri, nangisan lagi. Biasanya kalo aku di nangisin sama orang, dia yang selalu bela aku, dia selalu marah kalo liat aku nangis"

Riki termenung mendengar ucapan Juan, selama Juan berbicara, semua hal di masa lalu sant mereka sedang bersama terputar di otak Riki. Dia ingat betul, Semua hal yang suka Juan lakukan. Mereka sering bermain dan bercanda tampa perselisihan saat itu. Sangat indah

Riki ingat saat saat mereka saling membela terlebih lagi saat Juan yang sering menangis dulu. Semua yang Juan katakan tadi benar, banyak orang yang meremehkan Juan, bahkan sampai menghina fisik dan kepribadian Juan hingga dia menangis. Benar Riki sangat marah, Riki sangat benci melihat sahabatnya menangis

Bibir Riki tersenyum tipis dan mengulum, Dia terkekeh pelan, mengingat semua kejadian entah itu menyedihkan, menyenangkan atau lucu saat dia ada bersama Juan

Bernostalgia tentang jalan persahabatan merellen yang kandas seketika saat masuk ke kota metropolitan. Riki sangat menyesal telah mengabaikan Juan selama disini. Bahkan dia sempat ikut merendahkan Juan karena terhasut ucapan ketiga teman barunya disini

'Dasar Nishimura bodoh. Kenapa kau sampai merendahkan sahabat yang menemani dari dulu? Hinaan yang tidak seharusnya dia Terima"
rutuk Riki dalam batin yang terus mengatai dirinya sendiri

"Nanti aku temenan sama siapa lagi di Jogja? Temenku udah ga ada, dia ga mau temenan sama aku lagi" Juan menghela napas gusar

Juan berbalik badan lalu menendang kerikil di dekat kakinya, dia akan melangkah pergi tanpa menghiraukan Riki. Namun belum sempat berjalan menjauh,

"Juan" Riki menarik tangan Juan

Juan menoleh, menatap tautan tangan mereka sekilas lalu memenatap wajah
Riki dengan mata yang menyipit karena sinar matahari yang mengenai tubuh mereka berdua, "Apasih, lepasing ih" dia menarik narik tangannya

Riki menatap Juan datar, "Sudah mbacotnya?"

Juan menatap ragu Riki didepannya, "Kenapa tanya gitu? Emang kamu mau dengerin lagi?"

Riki tersenyum lalu mengangguk "Ayo Cerita lagi, aku udah lama nggak dengerin temanku cerita" ia gigit bibir bawahnya sekilas merasa tidak enak "dia udah jarang nangis kan sekarang?"

Ucapan dan Bahasa yang Rikigunakan seketika berubah. Cara bicaranya kepada juan Seperti dulu lagi, tak ada nada keangkuhan disana

Juan tersenyum mendengar cara bicara Riki yang kembali seperti dulu hingga lesung pipi yang lama tak terlihat bisa Riki lihat lagi

Riki terkekeh "Udah lama aku nggak liat kamu ngeluh, nangis, dan senyum kayak gini, temenku udah lama nggak cerita sama aku"

Juan ikut terkekeh, hingga gigi gigi kecilnya terlihat jelas "Alah, boong"

Riki tersenyum lalu memeluk pemuda manis yang sangat ia sayangi sebagai sahabatnya. Dia merengkuh erat tubuh yang lebih pendek darinya dengan senyuman yang tak kunjung luntur dari bibirnya

Juan Ikut memeluk tubuh sahabat lamanya dengan senyuman bahagia diatas bahu Riki, mulutnya mengeluarkan kekehan, la rindu juga dengan sikap Riki yang selalu menganggapnta seperti anak kecil. Juan tidak risih jika Riki menganggapnya seperti itu. Semua anggapan Riki untuknya dia terima, kecuali musuh. Juan tidak suka jika Riki menganggap dirinya sebagai posisi negatif itu

"Maaf, Juan. Aku keikut temen temenku sampe lupain kamu. Tapi aku janji, aku gak akan gitu lagi" Ucap Riki yang masih memeluk tubuh Juan

Juan mengangguk di atas bahu Riki, "Janji ya, nanti aku cerita cerita lagi dan kamu gak boleh bosen dengerin"

Riki tertawa mendengarnya, setelah satu semester ini dia dan Juan bermusuhan, akhirnya mereka bisa bersama lagi seperti sebelumnya. Dia menyesal karena sudah mengikuti teman teman yang bisa merubah kepribadiannya hingga dia ikut meremehkan dan melupakan sahabat sendiri. Dan ya, Riki janji kok, gak bakal gitu lagi

Di rooftop sekolah tidak hanya ada mereka berdua, ada tiga orang lainnya yang menonton proses kembalinya sahabat yong sempat mengalami perselisihan lama di sekolah ini. Ketiganya tersenyum ikut senang melihat Juan dan Riki kembali berbaikan

"Jadiin series BL bagus ga sih? Juan jadi ukenya Riki jadi seme" dengan santainya Nico berargumen

"Sungguh indah hubungen adek kecil sama cowoknya. Kenapa kalian baru uwu uwuan pas mau balek ke Jogja?" imbuh Doni

"Sungguh indah pelangi di pagi hari"
Rayan tertawa

Mendengar komentar temannya, Juan melepas pelukan lalu menatap ketiga temannya tajam "Ini nih, yang bikin dunia ga waras lagi. umatnya jaman nabi Luth ada lagi jaman sekarang"

Riki hanya bisa tersenyum dan kadang terkekeh pelan mendengar perdebatan antara Juan seorang dan 3 temannya. Hatinya lega setelah kembali berbaikan dengan Juan. Dia merasa ada suatu hal yang kurang dalam dirinya selama ini, telah terpenuhi kembali, dia merasa
Sempurna jika ada Juan disamping nya

Walarpun di sisi lain, Riki juga sedang memikirkan keadaan gadis yang dicintainya sekarang. Dimana dia? Apa dia benar-benar tidak mau kembali ke kehidupan Riki?

Ah. Setidaknya dia pamit untuk pergi, tapi jika Echa pamit, Riki malah melarangnya pergi. Itu yang Riki pikirkan ketika gadis itu pergi meninggalkan kehidupan Riki yang masih belum bisa terima jika tiada kehadiran Echa

Echa membuat Riki merasa bingung sekaligus hancur di waktu yang sama. Haruskah Riki meninggalkan kota Jakarta bersama memori indah teh yang relationship mereka yang sepertinya akan susah dihilangkan begitu saja dari ingatan Riki?












BERSAMBUNG



Na.yya☘︎

[✔] Buku Tanpa Judul [OPEN PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang