Happy reading📖
•••••
Priiit
Bunyi peluit menggema ke seluruh ruangan basket, disusul dengan teriakan meriah penuh semangat dari para penonton yang mendukung tim masing-masing.
Sementara para pemain mulai menggiring bola dan berusaha memasukkannya ke dalam ring lawan.
"Sena!! Kalo menang gua kasih lu mangga yang kemaren gua colong!" Dengan semangat Naya berdiri dari tempatnya, bersorak untuk partner in crime-nya.
"Sena! Kalo menang gua beliin lu boneka babi kemaren!!" Satya pun turut berdiri dan menyoraki sang kembaran yang tengah bertanding di tengah lapangan.
Sementara Jian yang duduk disamping mereka tengah berusaha menahan malu dengan kelakuan kedua sahabat bodohnya itu. "Ini kapan selesainya sih? Malu gua ama kelakuan duo ini," batin Jian berbicara.
Anak dari kelas lain tidak mau kalah, mereka pun turut berdiri dan bersorak untuk tim masing-masing.
"Raya!! Kalo menang gua kasih lu lima puluh ribu!! Kalahin tim Sena!" Bima, anak laki-laki dari kelas X IPA 2 ikut menyoraki kembarannya yang bertanding melawan tim Sena.
"Raya pasti kalah! Dia mah gak ada apa-apanya sama kembaran gua!" Satya menyahut dari tempatnya.
Bima yang tersulut dengan ucapan Satya pun langsung membalasnya. "Dih, lo belum tau ya anjir, Raya kembaran gua latihan tiap hari di lapangan rumah gua!! Terbaik dia mah kalo urusan begini! Kakak lo tuh yang bakal kalah!" Ucap Bima sambil menepuk-nepuk dadanya, dan memasang wajah sombongnya.
"Halah segitu doang! Sena gua nih, udah menang lomba olahraga dari SMP!! Kagak pernah kalah dia!" Satya membalas.
Hap!!
Sena berhasil merebut bola dari lawan, dengan cekatan Sena langsung menggiring bola di tangannya, dan melemparnya pada teman se-tim nya yang sudah menunggu didekat ring lawan.
"Tangkap Ri!!"
Riana mengangguk. Begitu ia mendapatkan bolanya, tanpa menunggu lagi, Riana langsung memasukkan bola itu ke dalam ring, disusul teriakan penuh bangga dari kelas X IPS 4.
"Wooo!! Kelas kita emang yang terbaik!"
>>>>
"Sena emang the best dah kalo urusan olahraga begini," celetuk Naya. Setelah pertandingan berakhir, mereka berempat segera pergi ke kantin untuk merayakannya.
"Nih, lima puluh." Dengan kasarnya Bima menaruh selembar uang lima puluh ribu di meja Satya.
Sena mengernyit, "lo abis deal apalagi ama si Bima?"