BAB INI SALAH!!!

121 21 16
                                    

Sadewa terus menggandeng Pratista sampai ke tengah taman. Mungkin beberapa anak-anak tidak peduli, tapi di ujung taman terlihat seorang anak yang memandang mereka dari kejauhan-Wikarna. Dia melihat pemandangan itu dengan begitu cermat, matanya mengikuti kemana pun mereka bergerak atau melakukan sesuatu. Dalam tatapannya itu menyimpan rasa tak bisa di ungkapan pada saat melihat interaksi keduanya yang begitu dekat bahkan lebih dari kata teman, sahabat, apapun istilahnya.

Sementara Dhursala melihat itu pun langsung heran. Dia telah mencari temannya itu ke seluruh penjuru taman namun, apa yang dia lihat sekarang? Temannya sibuk dengan saudara sepupunya. Dhursala pun langsung mengayunkan lengannya ke atas seolah-olah memuji sambil berkata, "wah, wah, Pratista. Aku telah mencarimu ke seluruh penjuru taman dan rupanya kau sibuk disini "

Pratista dan Sadewa yang sadar akan hal itu pun saling tatap sebentar lalu mereka langsung melepaskan tangan satu sama lain yang tadinya bergandengan. Sadewa lalu langsung mencoba pergi agar tidak di tanyai aneh aneh oleh Dhursala. Bagaimana tidak? Pratista menghilang sekejap dari hadapannya lalu kembali bersama dengannya sambil bergandengan tangan, hanya berdua lagi.

"Aku pergi dulu. Kak Yudhistira pasti mencariku" ujarnya, kemudian dengan segera melangkah pergi.

Pratista menatap punggung Sadewa yang menjauh. Dhursala melihat temannya yang sedang diam menatap sepupunya pergi menjauh. Ia menghela napas kasar lalu menarik lengan Pratista dengan pelan. Pratista yang di tarik tiba-tiba langsung kaget. Dia menghempaskan lengannya dengan pelan.

"Apa-apaan kau, Dhursala? Kenapa menariku?" Ucapnya bertanya dengan suara sedikit keras. Bukannya menjawab pertanyaan Pratista, Dhursala malah tersenyum nakal. Dia lalu mendekatkan kepalanya pada telinga Pratista untuk berbisik.

"Pratista, apa yang terjadi? Apa kau ada sesuatu dengan Kak Sadewa? " bisiknya bertanya dengan nada jahil. Mendengar itu mata Pratista langsung terbelalak. Dia menoleh pada Dhursala yang sudah memperhatikannnya dari tadi. Dhursala menaik turunkan alisnya kemudian menoleh kecil ke arah Sadewa yang sedang yoga bersama Yudhistira dan Nakula.

"Sesuatu apa maksudmu? Jangan bertanya aneh aneh, Dhursala! " serunya mengelak. Pratista buang muka dari Dhursala sambil bersedekap di bawah dada. Dhursala menghela napasnya kemudian mendrama untuk menggoda Pratista.

"Ya, baiklah. Aku tidak akan bertanya aneh aneh " ucapnya dengan nada yang jahil. Dia kemudian maju mendekati Pratista lalu menepuk pundak temannya itu. "tapi, apa kau yakin tidak ada sesuatu? ", ucapnya kembali menggoda temannya itu.

Pratista yang mendengar itu langsung membalikkan badannya dengan cepat menghadap Dhursala. Dia mengkerutkan dahinya, tatapan matanya pada Dhursala menunjukan bahwa dia lelah mendengar pertanyaan aneh Dhursala. Dia menghela napasnya kemudian menggeleng cepat .

" Dhursala! "Serunya kesal. Wajahnya cemberut.

Dhursala cekikikan melihat Pratista yang cemberut karena kesal. Dia lalu berjalan maju ke depan menghadap Pratista, karena Pratista mengalihkan pandangannya dari Dhursala. Dhursala menyatukan kedua telapak tangannya, dia meminta maaf.

" baiklah, tolong maafkan aku. Aku, hanya bercanda tadi", ucapnya meminta maaf pada Pratista. Pratista menoleh melihat Dhursala yang sedang meminta maaf padanya. Dia menghela napas kemudian mengangguk kecil.

"Ya, ya. Baiklah, aku maafkan"

Dhursala pun tersenyum lebar. Dia meraih tangan kanan Pratista untuk ia gandeng. "Ayo, kita bermain lagi! ", serunya mengajak kembali bermain. Pratista tersenyum dan mengangguk. Mereka bergandengan sambil berjalan entah kemana. Pratista melihat sekeliling dan menemukan sesuatu yang janggal, dimana Bheema? Bahkan Duryodhana tidak ada. Dia berhenti berjalan sehingga Dhursala yang menggandengnya menjadi tersentak, dia membalikan tubuhnya.

SACHCHA PYAAR HAASIL | Menemukan Cinta Sejati | MahabharataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang