Naruto dan Hinata bertemu di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Naruto, seorang pemuda 22 tahun dengan senyum hangat, sedang memainkan gitar. Hinata, 20 tahun, dengan mata menawan, mendengarkan dengan takjub. Mereka berdua memiliki kesamaan dalam mencintai seni dan musik.
Tatapan mereka bertemu dan saling terpaku satu sama lain. Naruto terus melanjutkan pertunjukan sesekali melempar senyuman padanya.
Hinata sedikit bersenandung mengikuti nyanyian. Kedua tangannya menepuk menyelaraskan irama yang menggetarkan hatinya.
Setelah pertunjukan, Naruto kemudian mendekati Hinata. "Senyummu membuatku terpesona. Bolehkah aku mengetahui namamu, nona?"
"Hinata Hyuga."katanya dan menjulurkan tangan kanan
Naruto semakin dibuat terpana kala suara merdu dan indah memasuki indera pendengarannya. Bagaikan harpa dari surga. Dia segera membalas jabat tangan Hinata.
"Naruto Uzumaki."
Hinata tersenyum, dan percakapan mereka berlangsung hingga malam. Naruto tahu bahwa dia telah jatuh cinta.
Beberapa bulan berlalu, hubungan mereka semakin dekat. Mereka berbagi impian, cita-cita, dan rasa humor yang sama. Naruto menemani Hinata ke tempat-tempat indah, dan Hinata mengajari Naruto melukis. Cinta mereka tumbuh seperti bunga mekar di taman.
"Tampaknya aku memang tidak pandai melukis."
Hinata terkekeh pelan melihat Naruto yang menilai hasil lukisan sendiri dengan rasa rendah diri.
"Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua butuh proses."
Di sisi lain, Naruto hanya mengamati Hinata yang tengah membereskan alat lukis mereka. "Dia cantik sekali,"gumamnya.
Naruto semakin tenggelam dalam dunianya, lebih menikmati pemandangan di depannya saat ini.
BRUKK!
Namun, kebahagiaan mereka terganggu ketika Hinata di diagnosis menderita penyakit langka yang membuatnya kehilangan penglihatan. Naruto terpukul, tapi dia tidak meninggalkan Hinata. "Aku akan selalu bersamamu," katanya.
Mendengar perkataan itu memberikan kehangatan dan kekuatan bagi Hinata untuk berjuang melawan penyakitnya. Setidaknya sampai dia bisa bertahan dalam waktu yang lama.
Suatu pagi, Hinata meminta Naruto untuk membawanya ke taman. Di sana, Naruto membacakan puisi cinta yang ditulisnya:
"Hinata, cintaku, engkau adalah cahaya, Menghidupkan hatiku, menghangatkan jiwa. Denganmu, aku merasa utuh, Cinta kita, takkan pernah mati."
"Itu sangat indah. Aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan betapa bahagianya aku saat ini, Naruto."
Naruto tersenyum lebar lantas mengecup lembut punggung tangan Hinata. Menyalurkan kehangatan dalam tangan yang saling menyatu.
Hinata menyandarkan kepala pada sebelah bahu Naruto. Melepaskan rasa lelah dari beban pikiran tentang penyakit yang menggerogoti daya hidupnya. Sulit menerima kenyataan itu.
Dan karena hal itu pikiran-pikiran negatif Hinata bermunculan. Apa yang akan terjadi setelah dia tiada? Akankah Naruto mencari wanita lain untuk menggantikannya?
Memikirkan itu saja membuat hati Hinata meringis sakit.
Seandainya saja, ada mesin waktu dia ingin hari ini tetap ada dan tidak berakhir. dengan air mata, meminta Naruto untuk menikahinya. Naruto menyetujui dengan gembira.
Tiga bulan kemudian, Hinata meninggal dunia. Naruto, dengan hati berat, membacakan puisi terakhirnya di pemakaman Hinata:
"Hinata, cintaku, kau telah pergi, Tapi kenangan kita tetap hidup. Dalam hatiku, kau selalu ada, Cinta kita, takkan pernah mati."
Naruto menangis, meninggalkan bunga di makam Hinata, dan berjanji untuk selalu mencintainya.
Setahun kemudian, Naruto mendirikan sebuah yayasan untuk membantu orang-orang dengan penyakit langka. Dia juga menerbitkan buku puisi cinta untuk Hinata. Dalam kata pengantar, dia menulis:
"Cinta kita adalah cahaya yang takkan pernah padam. Hinata, aku akan selalu mencintaimu."
Naruto tergerak oleh surat Hinata. Dia memutuskan untuk kembali bermain gitar dan melukis, serta memperluas Yayasan Hinata.
Naruto membuat galeri kenangan untuk Hinata, menampilkan lukisannya dan puisi-puisi cintanya. Galeri itu menjadi tempat ziarah bagi mereka yang mencintai Hinata.
Suatu hari, Naruto menemukan puisi terakhir Hinata yang belum pernah dibacanya:
"Cinta kita takkan pernah mati, Dalam hatimu, aku selalu ada. Jangan pernah melupakan, Cinta kita, cahaya abadi."
Naruto menyadari bahwa cinta mereka tetap hidup meskipun Hinata sudah tidak ada. Dia memutuskan untuk terus menyebarkan cinta dan kebaikan.
Tahun-tahun berlalu, Yayasan Hinata berkembang, membantu banyak orang. Naruto tetap setia pada janjinya, menyebarkan cinta dan kenangan Hinata. Dalam hatinya, Hinata selalu ada.
---
END
akhirnya aku kembali menulis sad romance, melampiaskan sisa koinku yg gk bisa dipakai lg di KKW karna udh di hapus😭😭
BONUS!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.