Setidaknya waktu menjadi cukup alasan bagi matahari untuk menarik sinarnya kembali. Dia adalah sebaik-baiknya pemisah dua sisi bumi: terang dan gelap. Dia serupa perahu yang berlabuh dan berhenti di dermaga yang dikehendakinya. Sekadar singgah dan bercakap-cakap dengan para manusia, namun urung untuk menetap. Pada pagi hari, dia ceritakan tentang fajar menyingsing serta embun yang menari di atas dedaunan. Wanginya khas, membikin rindu indera penciuman orang-orang yang selalu melangkahkan kaki ke rumah ibadah, perihal dua raka'at wajib.
Kemudian dia berlabuh ke dermaga lain, bernama "siang". Dia bercerita tentang singgasana surya yang megah. Sang raja duduk bersama mahkota di kepalanya---yang dikenal menyilaukan. Bukannya tak acuh, dia bisa saja menghukum rakyat dengan terik atau malah bergurau---mengumpat di balik awan yang rindang. Sayangnya, rakyat punya bermacam-macam jalan pikiran untuk memaknai sikap sang raja. Entah memberi sesajen untuk mengundang hujan. Atau menangkalnya dengan menusukkan beberapa siung bawang dan cabai di sebatang tusuk gigi, lalu menancapkannya ke tanah. Rakyat menyebutnya sebagai ritual.
Tetapi di antara semua kisah yang diceritakan, senja adalah favorit. Ketika itu sang raja berpamit pergi dan meninggalkan jejak jingga yang sendu. Ada puluhan burung melesat di udara seakan mengikuti kepergiannya. Ketika itu, langit mulai redup kemudian mati. Namun sang raja mengirimkan bintang-bintang juga rembulan sebagai penghibur untuk mereka yang mencintainya. Setelah itu, waktu tiba dan beristirahat panjang di dermaga malam. Karena banyak yang mesti diceritakannya. Tentang sebuah keluarga. Atau sepasang insan yang sedang jatuh cinta. Yah, malam adalah penjara terkejam bagi orang-orang yang merindu.
Kedua mata yang belum akan memejam, karena ternyata waktu bercerita banyak tentang arti pertemuan. Secara implisit, dia hukum orang-orang yang tak menghargainya dalam urusan bertemu---mengulur, bahkan membatalkannya. Dia jadikan hasrat-rindu sebagai cambuk, serta malam menjadi pengurung. Membikin sulit untuk menyangkal kenyataan.
Pertemuan ini banyak macamnya: pertemuan yang hanya untuk berlalu; pertemuan yang menjamin semuanya baik-baik saja; pertemuan yang menelurkan suatu dan akan menetas setelah berhari-hari berminggu-minggu dieram oleh induknya. Harapan membahagiakan menetas di antara sepasang yang bertemu. Dan mereka memutuskan untuk merawatnya. Tetapi kita tidak bisa menerka-nerka apa yang ada di batin mereka masing-masing. Ada yang disembunyikan untuk menjaga perasaan atau alasan tertentu. Namun, setelah banyak menjaga perasaan orang lain, barulah menyadari kalau perasaan sendiri tersakiti.
Aku mengalaminya. Pertemuan dengan seseorang yang ketika aku menatap matanya, aku melihat diriku sendiri. Seseorang yang kepadanya, aku tidak perlu berbicara untuk mengungkapkan apa yang kurasa. Dia sudah mengerti. Dia dapat menenangkanku dari semrawut; hiruk-pikuk. Lalu-lalang permasalahan kehidupan. Dia benar-benar mengerti. Rasa sakitku, baginya adalah hal yang melampaui batas. Dia telah membuatku jatuh cinta sejak awal. Dia adalah Nif.
Aku jadi berani mengungkapkan apa yang kurasa dengan tanpa ucapan, Nif. Kita memainkannya dalam hati..
Tetapi, aku juga telah jatuh cinta kepada kekasihku. Bagaimana? Aku mencintaimu, Nif, walaupun sebenarnya kau tidak nyata. Walaupun begitu, aku tidak pernah merasa kesepian lagi. Maafkan jika selama ini aku terus mengikuti kemauanku yang mengada-ngada.