gaes, gue php ya? gimana gak php kalo yang bilangnya mau lanjutin partnya malah menghilang begitu saja:v maaf yaa baru lanjutt:3
*****
Grace POV'
"Assalamu'alaikum abaang." seruku dengan kedipan mata eksotis.
"Najis, bukan ade gue lu,"cetusnya. Aku masih asik dengan gaya centilku.
"Grace."tegur bunda. Aku terkekeh manis.
"Bang,"tegurku seraya menepuk kaki kirinya.
"Grace!!"pekik Fian dengan suara bassnya.
"Oy?"sautku dengan wajah polos.
"Sakit peleh!"gerutunya. aku tertawa pelan.
Aku duduk di sofa dekat pintu sambil menulis pesan untuk mama untuk mengabari tentang Fian. Setelah mengirimkan pesan aku mendengarkan pembicaraan antara dua orang pria idiot yang ada di hadapanku.
"Coy, ade lu semalem mabok lagi tuh."lapor Liam.
"Apasi pet, boong ih."
"Apaan, tadi malem aja kaya orang gak punya tulang. Untung ya sadarnya cepet, kalo enggak mah gue buang ke tong sampah."cerocos Liam. Aku mencibir dan langsung menyumpal telingaku dengan earphone sebelum Fian menceramahiku dan mengambil laptop berisi ribuan tugas yang akan di format Fian dengan mudahnya. Dan aku harus mengulangnya lagi, semua.
"Ganteng ganteng kok sadis,"desisku.
*
"Assalamu'alaikum,"salam seseorang. aku yang masih di bawah alam sadarku masih enggan untuk membuka mata. Helaan nafas panjang terdengar.
"Grace, bangun. Sholat subuh sana."
"Ngghh, lagi libur."ucapku jujur dengan mata tertutup.
"Kamu pulang sama pak Jamal sana, istirahat di rumah."perintah orang itu lembut sambil mengusap puncak kepalaku.
"Nanti siang aja,"ucapku masih dengan mata tertutup.
"Yaudah. Tapi bangun dulu, mama bawain baju ganti."
"Eh? Mama toh, Grace kira siapa."ucapku dan kembali memutar badanku untuk mencari posisi nyaman. Mama mengangkat kepalaku dan meletakkannya kembali di atas pahanya.
"Untyy! Ani mau main, ntyyy."lengkingan cempreng has keponakanku membangunkan mataku.
"Apasi? Aku mau..hoaaaphh, tidur lagi."
Bocah berumur 3 tahun ini adalah kepoakanku. Anak dari bang Fian dan kak Nandi. Karinandita Hafrian. Dan disinilah aku, sebagai tante yang baik harus menjaga bocah ucul nan imut ini dengan kesabaran full. Dan di karnakan juga bang Fian yang akan di operasi pada pukul setengah 7 nanti, aku membawa Ani keluar ruangan agar tidak menangis.
"Unty enapa?"tanyanya sambil menarik narik ujung bajuku.
"Aqu capeq Ni, qta istirahat dulu yaw mainnya."keluhku alay.
"Nanti dulu unty, Ani masih mau main."rengeknya manja.
"Papa kamu sering manjain ya? jangan manja ih, anak cewe manja, ew."
"Ani gak manja,"gerutunya dengan lipatan tangan dibawah dada.
"Yaudah, kalo gitu kita makan siang dulu, terus kita beli ice cream."ucapku.
"Waaaaaaah,"ucapnya dengan mata berbinar. "Ayooo!"pekiknya. Aku mengikutinya yang menarikku menuju satu tempat makanan khas Sunda.
aku memesan makanan yang sekiranya bisa aku dan Ani makan. Aku membuka buku menu yang berisi rincian daftar makanan dan harganya. Aku memanggil pelayan untuk memesan makanan untukku dan Ani.
"Silahkan mba, mau pesan apa?"
"Batagornya satu, nasi timbelnya satu, minumnya es teh manis aja mas."pesanku.
"Untyy, Ani mau iniii."pinta Ani. Ani menunjuk kearah es cendol.
"Nanti Ani di omelin bunda, unty gak mau. Cukup nanti es krim aja."ucapku. Dia merengut.
Selesai makan, aku dan Ani kembali ke rumah sakit tepat pukul 3 sore. Ani bercerita banyak kepada bang Fian sambil memangku es krim cup kecil miliknya sedangkan aku hanya duduk diam di sofa tempat dimana aku tidur sambil memakan es krim cup besar. Aku diam menonton tv dengan tangan yang masih sibuk menyuapi es krim coklat yang biasa aku konsumsi. Ani yang sesekali mengajakku berbicara diriku hanya ku respon dengan anggukan atau gumanan sesekali.
"Bagi dong,"ucap seseorang dan langsung mengambil cup es krim milikku. Aku mendengus sambil terus memperhatikan tv yang sedang menampilkan drama korea kesukaanku dan dia. Aku mengambil satu cup besar lagi es krim yang ada di kulkas rumah sakit yang berada di samping sofa. aku dan kak Nandi masih sibuk hingga tak sadar Ani dan bang Fian tidur satu ranjang dengan kaki yang di perban setelah di pasang gips.
"Ca, kamu masih minum?"tanya kak Nandi tiba tiba. Aku terdiam dan menghela nafas berat. "Hindarin Ca. kakak tau kamu pasti susah ngelepas kebiasaan kamu itu. Ubah penampilan kamu, kerjakan kewajiban kamu."*aseeekk*
"Gue takut belom siap kak."
"Siap gak siap.."
"Tetap harus siap."cibirku.
"Najis melakonis."ucapnya sambil merebut kembali cup es krimku.
"Najis lu gak modal."dumelku.
**
Aku duduk di balkon kamar dengan alunan lagu yang menyenangkan hati. Sudah ratusan lagu yang membuat setiap orang yang mendengarnya menjadi gila mendadak, tapi tak berpengaruh kepadaku.
"Eh cabe cabean, berenang yook? Pentolan sekolah pada ngajak nih."teriak Liam dari balkon kamarnya. Yang ada di seberang balkon kamarku.
Aku masih sibuk dengan lamunanku masih malas mengerjapkan mata. Tung. "wadau!"pekikku dan langsung terbangun mendadak dari lamunanku. Sebuah biji salak yang aku yakin berasal dari syaithonirojim yang ada di seberang balkon kamarku. "apaandah njing?"
"Wes, nyelo bang."ujarnya sambil mengibas ngibaskan tangannya. "Berenang ayo,"
"Males ah, bikini gue abis di maling."ucapku ngawur.
"Manusia macam lu pakai bikini? Ngaku aja kalo masih pakai miniset."
"Dih tai!"aku langsung berjalan keluar kamar dan menuruni tangga secepat kilat lalu berlari menuju rumah Liam yang berada tepat di samping rumahku. Menyapa bunda yang sedang menonton tv dan langsung melenggang naik ke lantai satu.
"Eh monyet. keluar lu!"perintahku.
"Ampun qaqa, aku masih poyos."ucapnya sambil cekikikan di dalam.
"Mental ayam wooo."ledekku.
"Wey kampret."ucapnya masih dari dalam.
"Poook pokpokpok petook."bunyi pintu terbuka terdengar dan komuk Liam dengan wajah devilnya terlihat dengan jelas. "Hi! Mr. Devil?"
"Gracee,"ucapnya dengan nada sinis.
"aaaa bundaa toloong!"pekikku sambil berlari menuju pekarangan depan rumah. Belum sampai kelantai dasar rumah, Liam sudah menangkapku ditangga dengan cara memeluk.
"Ada apa sih ini rame banget?"tegur bunda yang reflek membuat aku dan Liam menoleh bersamaan. "Eh? Lagi seru main toh?"aku hanya bisa terdiam. Begitu pula dengan Liam ku rasa.
Ada seseorang yang berdeham agak kencang yang membuat bunda menoleh. Bunda langsung menyingkir dari tempatnya untuk memperlihatkan sosok yang ada di belakang bunda. "Oh iya Will, ada yang mencari kamu."
Ya, dia yang dulu telah menghancurkan persahabatan kami bertiga dengan mudahnya lalu mengilang. Dan sekarang, dia kembali dengan sekenanya.
"Hi guys? Gue mau minta maaf."
Author POV'
Makan tuh maaf. Geram Grace dan William dalam hati yang menahan amarah.
-----------------------
hai? Maaf garing, maaf gajelas, maaf kalo gak suka. Tinggalkan jejak selalu ya;*
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Pain
RandomKetika merasakan cinta di pinggir jurang kematian... content 13+