Chapter 2

57 6 3
                                    

****
"Lucy. Cassie. Cepat kesini. Mom, Connie, dan Dad sudah menunggu dibawah. Sebentar lagi taxi nya datang." Panggil Mom kepadaku.

"Iya mom, tunggu." teriak Cassie dari kamarnya.

Aku pun memeriksa barang bawaanku, untuk memastikan apakah sudah lengkap atau belum. Dan tanpa memakan waktu yang lama, aku keluar dari kamar lalu turun ke bawah.

Kulihat taxi nya sudah datang. Ini artinya, secepatnya aku akan meninggalkan rumah ini. Rumah yang menjadi tempat tinggal ku sedari aku kecil.

Sebenarnya aku ingin tetap disini.

Aku pun memasukkan koper ku ke dalam taxi, dan mulai masuk ke dalamnya.

****

Aku bertemu banyak orang disini. Ada yang sedang mondar-mandir entah apa yang ada di pikirannya, yang jelas dia sedang terburu-buru. Ada yang menunggu taxi untuk menjemputnya. Ada yang sedang berpelukan dengan keluarganya, sepertinya mereka akan berpisah. Sama seperti ku yang akan berpisah dengan negara ini, dengan teman-temanku. Walaupun aku tau, pasti suatu saat aku akan kembali ke Indonesia untuk beberapa hal.

Oh ya, aku memang tidak mengizinkan Laura dan teman-teman geng ku mengantar ku sampai bandara. Aku takut, aku takut aku akan menangis. Jadi lebih baik aku tidak mengizinkan mereka kemari.

"Lucy, ayo" panggil dad membubarkan lamunanku.

"Oh iya, okay" jawabku.

Seluruh keluarga ku telah check-in. Aku pun bergegas menghampiri dad. Lalu aku berjalan menyusuri lorong bandara dan duduk diruang tunggu.

Jenuh rasanya duduk disini menunggu panggilan sekitar 1 jam lagi.

Apa yang akan aku lakukan dalam satu jam?

Aku menengok kekanan dan melihat connie sedang memandangi handphone nya. Urgh, anak kecil.

Lalu aku melihat kearah kiri dan melihat cassie sedang memakaikan lipgloss nya ke bibir nya yang pucat. Lipgloss nya yang membuat bibir nya sangat mengkilat membuat ku jengkel melihanya. Dasar anak kecil. Aku merasa risih melihat anak kecil berdandan seperti itu. Setahu ku, Cassie adalah anak yang sedikit repot akan fashion. Sifat nya sangat bertolak belakang dengan Connie yang lebih dewasa. Padahal, Cassie lebih tua 5 menit dari Connie.

Ya, hanya 5 menit.

"Hey, ada apa lihat lihat?" Tanya Cassie padaku.

"Kau terlihat centil saat memakai lip gloss di tempat umum. Kau ini masih kecil, tahu." Jawabku.

"Tidak usah mengurusi urusanku, Luc. Urusi saja pacar kesayangan dan adik kesayangan mu, Connie."

Pacar? Aku tidak punya pacar.

"Maksudmu apa? Aku tidak punya pacar, bodoh." Jawabku.

"Sekarang siapa yang bodoh saat meninggalkan handphone nya dalam keadaan tidak di lock." Ujarnya dibarengi dengan senyum liciknya.

"KAU MEMBUKA HANDPHONE KU?" Teriakku.

Ia hanya menjawab dengan senyuman tipis lalu..

"Hey, pelankan suara mu, Lucy. Orang orang terganggu dengan suaramu." Ujar Connie dengan nada sok-mengatur.

Urgh sudahlah. Mereka berdua memang sangat menjengkelkan.

'Ting'
Terlihat satu pesan datang ke handphone ku.

Rey. Rey mengirim pesan.

'Hai, Lucy. Apa kabar? Kau akan berangkat siang ini kan?' Ujar rey. Senyum ku memancar setelah melihat pesan dari nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Define loveWhere stories live. Discover now