Alya tak bisa percaya sama sekali dengan kenyataan baru dalam hidupnya. Kini status singlenya berubah menjadi (fake) relationship dengan Rendra, atasannya sendiri. Bahkan hal seperti itu tak pernah terlintas di benaknya. Ia tak pernah mengharapkan status berpacaran maupun berpura-pura pacaran dengan Rendra.
Berkat itu, Alya diserang ketidakpedean jika Rendra muncul, berpapasan di lorong kantor dan bertatap wajah. Sungguh Alya mati kutu jika berhadapan dengan Rendra. Rasanya masih belum bisa percaya jika dirinya sudah resmi menjadi pacar pura-puranya Rendra. Sejujurnya Alya masih heran, kenapa Rendra memilih dirinya ? Kenapa bukan perempuan lain ?
Entahlah. Hanya Rendra dan Tuhan yang mengetahuinya.
Alya melihat kalender kemudian memekik girang karena besok adalah weekend. Ia bisa mengajak Selma berjalan-jalan di mall untuk sekedar melepas lelah akibat terus bekerja.
Alya mengirim pesan BBM pada Selma.
Alya : Selma, besok weekend nih. Ayo jalan-jalan ke mall !
Selma : hmm.. ayo ayo aja sih. Tapi, tumben amat lo ngajak duluan. Setan mana yang ngerasuki lo ?
Alya : udah, itu gak penting. Pokoknya, ayo besok ke mall jam 9 pagi. Jemput gue ya.
Selma : bentar gue mau tanya. Rendra gak maksa lo buat jadi pacar pura-puranya sehabis lo tolak, kan ?
Alya : nggak tuh. Kenapa ?
Selma : cuma khawatir. Dia kan arogan.
Alya : oh gitu, ya udah gue mau tidur dulu. Jangan lupa sama besok ya.
Selma : ok, see you.
Alya mengatur napasnya setelah merebahkan diri di ranjang tidur. Ia masih belum bisa percaya dengan kenyataan baru yang akan menjungkir balikkan kehidupannya mulai sekarang. Semuanya terasa seperti mimpi. Apalagi, ia masih belum bisa memberitahu Selma tentang fakta mengejutkan tersebut. Itu semua tak lain tak bukan karena perintah Rendra.
Menyuruhnya jangan memberitahu siapapun bahkan kepada Selma. Alasannya karena Selma adalah kerabat dekatnya jadi bisa berbahaya jika Selma keceplosan ngomong. Hal itu membuat Alya tersiksa sendiri, tak bisa bercurhat bebas ke siapapun. Mengandalkan buku diary saja tak cukup.
Alya memejamkan kedua matanya, mencoba terbang ke dunia mimpi. Berharap besok ia bisa melepas beban pikiran bersama Selma dan melupakan sosok Rendra sejenak.
***
Di hari weekend. Sesuai rencana sebelumnya, Alya bersiap-siap pergi ke mall sembari menunggu Selma datang menjemputnya. Karena Alya bukan perempuan penyuka baju kurang bahan maupun pendek, ia pun memakai dress panjang berwarna merah dengan didominasi warna hitam. Lengan dressnya hanya mencapai siku-siku kedua tangannya. Rambut digerai dengan make up natural, Alya siap pergi ke mall.
Sebentar lagi Selma akan tiba di rumahnya.
Alya duduk di sofa ruang keluarga. "Pagi, kak. Gak kemana-mana di weekend gini ?"
Harris menoleh. "Kebetulan kakak gak ada jadwal di rumah sakit jadinya kakak pake buat istirahat. Widih, kamu mau kemana ?"
"Mau jalan ke mall sama Selma. Bentar lagi dia datang jam 9."
"Hati-hati aja deh kalo gitu."
Cukup lama Alya duduk menonton TV bersama Harris, suara klakson mobil dari luar menyadarkan Alya. Pasti Selma pikir Alya setelah itu bergegas keluar dari rumahnya. Benar saja, Selma keluar dari mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies in My Heart
Romance[Sequel Of My Disaster CEO] Tak ada pemikiran untuk menjalin hubungan serius dengan perempuan terlintas dalam benak Narendra Aldama Peterson. Lelaki dingin dengan segala keperfectkannya. Terlahir dengan wajah tampan tanpa cela membuatnya menjadi inc...