Bara sudah cukup pintar untuk memahami bahwa wanita yang membawanya bukanlah neneknya atau siapa pun yang dikenalnya. Awalnya, dia tidak menyadari ada yang aneh, tetapi ketika wanita itu mulai berjalan cepat dan sedikit panik, instingnya mengatakan sesuatu tidak beres.
Dia mulai merengek. "Mau pelmen..." teriaknya nyaring, mencoba menarik perhatian.
Wanita itu terpaksa berhenti di sebuah toko permen yang berada dekat dengan pintu darurat. "Cepat pilih dan jangan berisik!" desisnya, sambil terus menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikutinya.
Bara dengan sengaja memilih sebungkus permen warna-warni yang cukup besar. Saat wanita itu membayar, dia terus memperhatikan sekelilingnya. Sayang tak ada yang dikenalinya.
Mereka kembali berjalan, menuju pintu darurat yang tidak tertangkap oleh CCTV, Bara mulai menjatuhkan satu per satu permen dari genggamannya ke lantai. Dia ingat ayahnya pernah mengatakan, jika tersesat, tinggalkan jejak agar bisa ditemukan.
Tangannya yang kecil terus menjatuhkan permen di sepanjang jalan tanpa suara. Hingga mereka sampai di parkiran. Wanita itu membukakan pintu mobil dan siap memasukkannya ke dalam.
Wanita itu panik. "Sstt! Jangan berisik!" Dia mencoba memasukkan Bara dengan cepat.
Dia menjatuhkan semua permennya di luar mobil. Bara mulai menangis lebih keras. "Dady !! Momy!!"
Di sisi lain, Leon bersama petugas keamanan, mencoba menyusuri jejak lokasi yang tak terpantau CCtv, mereka terlalu ahli sampai bisa bersmbunyi dari tangkapan CCTV, dengan berjalan dii titik buta kamera.
Lokasi yang pertama di tuju adalah tangga darurat,, di sana Leon menemukan petunjuk.Ia mempercepat langkahnya, mengikuti jejak permen yang tersebar di sepanjang jalan menuju area parkiran. Tangannya mengepal erat, dia tahu cucunya cerdas, dan ini pasti cara Bara memberi tahu keberadaannya.
"Cepat! Kita hampir sampai!" seru salah satu petugas keamanan yang ikut bersamanya.
Di parkiran, sebuah mobil hitam tampak hendak melaju. Leon langsung mengenali sosok kecil di dalamnya—Bara!
"HENTIKAN MOBIL ITU!" teriak Leon.
Seorang petugas segera berlari ke arah mobil dan mengetuk kaca jendela dengan keras, membuat penculik itu panik. Wanita yang membawa Bara tampak ragu sejenak, tetapi pria di sampingnya mengumpat dan langsung menginjak gas.
Mobil hitam itu melaju kencang, nyaris menabrak seorang petugas yang mencoba menghalangi. Leon hanya bisa mengepalkan tangan, rahangnya mengeras melihat Bara di dalam mobil.
"Cepat hubungi polisi!" perintahnya kepada salah satu petugas keamanan.
Sementara itu, Leon berjalan mendekati salah satu bungkus permen yang tercecer di lantai. Dengan hati-hati, dia memeriksa tanpa menyentuhnya langsung. "Gunakan sarung tangan. Kita tidak boleh menghilangkan sidik jari mereka."
Seorang petugas segera mengambil bungkus permen dengan alat khusus untuk dikirim ke laboratorium forensik.
"Tuan, polisi sudah melacak plat nomor mobil itu," ujar salah satu petugas yang baru saja menerima laporan.
"Dan?" tanya Leon cepat.
"Mereka menggunakan plat nomor palsu. Tapi kami berhasil melacak mobil itu melalui CCTV lalu lintas. Mobil tersebut terakhir terlihat menuju pinggiran kota."
Rakha, yang baru saja tiba bersama Mala, langsung mendengar kabar itu. Mata pria itu memerah, tangannya mengepal. "Berani sekali mereka menyentuh anak gue?" suaranya dingin, penuh kemarahan yang ditahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
'MALA'ikat Tak Bersayap (END)
Teen Fiction(Season ke 3 dari MY BAD BOY RAKHA) Cinta sejati? kekuatan cinta? Adakah yang tak mempercayainya? Waktu pernah mempermainkan cintanya, tapi dia berhasil memenangkannya Jangan pernah menguji sang pecinta. Karena tak ada yang bisa mematahkan keyakina...