Prolog

25 0 0
                                    

Sebuah sosok berada diatas jembatan, menatap ke sebuah sudut jalan yang gelap. Malam ini hujan deras, seperti malam-malam sebelumnya. Musim sudah tidak menjadi panduan untuk cuaca yang semakin tidak menentu. Tidak ada manusia ataupun kendaraan yang melintasi jalan dibawah jembatan itu ataupun dijalan sekitarnya. Dia sabar menanti, menunggu sesuatu yang akan muncul. Kepalanya tidak berhenti bergerak memperhatikan tempat itu, menyisir dari satu titik ke titik lainnya, memperhatikan gerakan sekecil apapun yang muncul dari bayangan lampu redup.

Perlahan terlihat bayang-bayang samar bergerak dari salah satu sudut jalan itu, sesuatu muncul dari kegelapan, yang disusul oleh sosok lain dibelakangnya. Cahaya temaram dari lampu jalan menerangi mahluk yang memiliki badan dan wajah menyerupai manusia pada umumnya, bola matanya hitam pekat, giginya seperti taring binatang buas. Kulitnya yang berwarna abu-abu tampak tidak terlihat didalam kegelapan tanpa bantuan dari cahaya lampu jalanan.

Pemburu yang berada diatas jembatan masih belum bergerak, memperhatikan mahluk dibawahnya yang keluar dari kegelapan. Dua mahluk itu melihat jalan sekelilingnya memastikan tempat itu aman dan memberikan sebuah isyarat. Dari dalam kegelapan terlihat gerakan mahluk yang mencoba keluar. Pemburu itu memperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak ada apa-apa. Hanya dirinya dan mahluk-mahluk yang muncul dari kegelapan.

Tangannya menyentuh gagang pedang yang ada dipinggangnya dan menariknya, sebuah pedang yang ramping tetapi tampak kuat dengan bilah yang gelap seperti malam. Sebuah lambang burung hantu terlihat diantara bilah dan gagang pedang.

Pemburu itu mulai berjalan menuruni jembatan, lampu penerangan jalan membuat sosok itu semakin jelas. Seseorang yang memiliki postur tubuh laki-laki, memakai jubah hitam gelap dan rompi dengan motif seperti tulang rusuk pada dada, sebuah emblem dengan lambang burung hantu berada didalam lingkaran pada tengahnya. Seluruh pakaian yang dikenakan dari atas kepala hingga kakinya berwarna hitam gelap seperti malam. Wajahnya tidak terlihat karena penutup mulut dan tudung kepala yang hitam menghalangi cahaya menerangi, tetapi terlihat sebuah bola mata yang muncul dari tudung kepala itu. Sepasang mata yang berbeda dari mata manusia pada umumnya, sepasang mata yang hanya menyisakan setitik lingkaran hitam pada bola mata putihnya.

Dia melompat turun dari jembatan saat jarak dengan aspal dibawahnya sudah tidak terlalu jauh dan berlari melintasi jalanan yang kosong menuju sudut jalan tempat mahluk-mahluk itu berada. Suara larinya yang ringan tertutup oleh suara derasnya hujan, dan sosoknya yang hitam bagaikan malam tersamarkan. Dia bersandar di persimpangan jalan terlindungi oleh kegelapan, memperhatikan sudut tempat mahluk-mahluk itu berada. Sudah ada lima mahluk yang berdiri bebas. Mereka tertawa dan berteriak. Menatap langit, membiarkan air hujan membasahi wajah mereka, seolah merasakan pertama kalinya hujan membasahi tubuh mereka. Mahluk-mahluk itu tidak menyadari kehadiran pemburu yang berada di sudut jalan tidak jauh dari mereka.

Pemburu itu masih memperhatikan, matanya semakin terlihat ragu saat mahluk keenam bergabung dari dalam kegelapan. Genggaman pada pedangnya semakin erat. Dia memperhatikan lagi sekelilingnya, mencari sesuatu atau seseorang. Tetapi tidak ada apapun yang terlihat sejauh matanya dapat menjangkau, kecuali jalanan yang sepi yang diterangi oleh lampu jalanan. Dia sendiri dan tidak ada siapapun yang akan menolongnya menghadapi mahluk-mahluk dihadapannya.

Dia menutup matanya, seolah berdoa. Tatapannya tajam penuh niat saat matanya terbuka. Dia mengambil ancang-ancang dan berlari kencang, dan meloncat memotong jarak diantara dirinya dengan mahluk terdekat dan menebas leher salah satu mahluk itu. Mahluk-mahluk itu belum mempersiapkan diri akan serangan mendadak yang dilakukan oleh pemburu itu dan bergerak tidak teratur menghindar. Saat mahluk-mahluk itu sudah dapat menguasai diri dari serangan, pemburu itu sudah menusuk mahluk kedua yang terlambat menghindari pedangnya. Mahluk-mahluk itu menjaga jarak dengan pemburu dan mengelilinginya. Pemburu itu menatap tajam mahluk-mahluk yang mengelilingnya, dan memperhatikan mereka yang sudah bersiaga dengan senjata ditangan mereka.

Mereka mulai menyerang , tetapi gerakan pemburu itu lincah menghindari serangan mahluk-mahluk itu sambil menebas mereka. Mahluk-mahluk itu berteriak marah bergerak semakin agresif berusaha melukainya. Pemburu berkali-kali berusaha menghindari serangan-serangan mahluk itu hingga salah satu mahluk berhasil melukainya, menyobek rompi yang dikenakannya, memberikan luka panjang melintang dari tulang rusuk hingga pinggang, membuat gerakannya semakin melambat karena lukanya. Mahluk-mahluk itu berhasil menyudutkannya. Di sekeliling mereka, empat mahluk tergeletak tidak bernyawa.

Pemburu itu berdiri bersandar pada tembok dibelakangnya, air dibawahnya perlahan berubah warna menjadi merah. Tangannya memegang luka panjang yang terus mengeluarkan darah. Matanya tajam menatap mahluk-mahluk dihadapannya yang sudah bertambah saat mereka bertarung. Matanya memperhatikan jalan dibelakang mahluk-mahluk itu dan sekitarnya yang terlihat sepi. Tangannya tetap memegang erat pedang hitam di hadapannya. Bersiap terhadap serangan yang akan dilakukan oleh mahluk-mahluk dihadapannya.

Salah satu mahluk melompat menyerang, tetapi pemburu itu menunggu dan bergeser membiarkan mahluk itu menabrak tembok dibelakangnya, dan menusuk mahluk itu. Pemburu itu bertarung seperti kesetanan, dia sudah tidak memperdulikan luka bertambah ditubuhnya, tiba-tiba ayunan pedangnya dihentikan oleh salah satu mahluk itu. Mahluk itu memegang tangannya. Pemburu itu terengah-engah kelelahan saat serangannya berhasil dihentikan, matanya menatap tajam mahluk yang berhasil menghentikan serangannya.

***

Hujan perlahan berhenti, sudut jalan itu sunyi, tidak terdengar suara apapun. Seseorang perlahan muncul dari kegelapan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dia memperhatikan sudut jalan tempat sebelumnya terjadi keributan. Terlihat tujuh tubuh mahluk yang sudah mati, dua diantaranya mulai mengalami proses meleleh dan menguap.

Dia berjalan perlahan penuh waspada, kesudut jalan yang gelap tempat dimana sebelumnya mahluk-mahluk itu bermunculan. Tetapi sudah tidak ada apa-apa. Apapun yang membawa atau dapat mengeluarkan mahluk itu sudah tidak ada. Hanya tembok kosong yang gelap, dan dia melihat sosok pemburu yang menggantung tidak bernyawa dengan pedang yang ditusukkan pada emblem lambang burung hantu di dadanya hingga menembus tembok dibelakangnya.

LOCANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang