Irama sirkandian tubuhku mulai rusak, pikiran ku kacau. Aku masih dapat melihat jabatan tangan terakhir mereka yang membuat hidupku, pemikiranku, kebahagiaan ku seolah telah direnggut tangan-tangan egois mereka. Pernahkah mereka memikirkan ku? Mereka tidak berebut atau mempertanyakan hak asuh atas aku. Apakah ini cara untuk membuangku? karena aku memang disini, sendiri dan memikirkan semua tentang ini.
Alarm ku yang menunjukkan pukul empat pagi mulai berbunyi mengisi segala ruang kecil di apartement ku. Aku masih terjaga, mencoba menarik-narik rambutku dan sesekali menghantukannya kemeja. Aku memejamkan mata kali ini dan kurasa ini lebih baik.
Sesampainya disekolah, aku memandang kebawah ketika berjalan, menaiki tangga dan memasuki ruangan layaknya orang normal. Tampaknya kenormalan ku tidak dianggap terlalu normal untuk orang lain. Aku memang memiliki tragedi disini, bukan hanya satu bahkan beberapa. Aku meletakkan tas ku diatas tempat duduk yang telah aku claim. Laki-laki tidak bermoral melempar tasku menjauh dari tempat duduk itu dan ia mendapatkan satu pukulan hebat di hidungnya yang membuat aliran kecil berwarna merah, dan begitu juga dengan tahun berikutnya. Hingga kali ini semua orang menyingkir dan membiarkanku memilih tempat duduk sesuka ku.
Kau tahu alasannya? Ini alasannya. Kau dapat melihat seseorang yang berdiri disana? iya benar, dia memang sedang tertawa. Dan dia selalu disana digedung yang terpisah dari ku. Gedung sekolah kalangan anak VIP, begitulah cara kami menyebutnya. Dia selalu disana ketika jam sekolah usai atau kosong, membawa kamera, mengamati sekitar dan dengan mudah dapat diterima semua orang. Aku kali ini melihatnya jelas lebih dekat dari biasanya. Tetapi kali ini ia melihat kearahku, sontak aku bersembunyi di balik tirai. Aku takut ketika ia membenci ku dan aku tidak diperbolehkan mengamati ia lagi, lalu apa yang akan aku lakukan? mungkin aku tidak akan pernah datang ketempat ini lagi.
Keesokannya aku melihatnya berbicara santai dengan seseorang diatas sana, terlihat dia adalah objek belajarku. Kali ini ia membawa kameranya lagi, mengambil gambar wanita yang bercakap ringan dengannya, dan sepertinya mengambil foto-foto gedung sekolah yang sejak dulu menjadi objeknya.
Keesokan harinya aku berjalan kerahnya layaknya wanita normal lain yang ingin memberikan surat kepadanya. Aku hanya menunduk, menyodorkan amplop biru muda dan tak dapat melihat kearahnya. Ketika ia telah mencapai amplop itu aku berlari membalik badan, ketakutan dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ini adalah hal sia-sia, karena aku tahu pasti jawabannya tidak.
Ketika istirahat aku tidak menemukannya, bahkan seharian aku memperhatikan disana tetapi kali ini ia menghilang, dan aku benar-benar telah mengacau. Siapa yang ingin diperhatikan oleh seseorang yang dianggap tidak ada, mungkin alasannya ia takut. Aku tidak dapat menyalahkannya atas semua ini, karena akupun takut jika menjadinya.
Kali ini aku menghela nafas, dan aura ku lebih buruk dari sebelumnya.
" Wow Ata!"
"Ata" semua perempuan disini mendekati sisi jendela, bahkan melambaikan tangan dengan seseorang yang membawa karton dengan tulisan "Hi!". Aura seramku tidak dapat menakuti mereka, aku terdorong kebelakang dan mereka mulai mendesak meja dan kursiku, hingga puluhan foto jatuh dari laci dimejaku. Aku tidak tahu itu dari siapa sebelum aku melihat surat yang ditulis dengan tulisan tangan yang teratur.To: Marry
Hi!
Kuanggap kau telah melihat ini sebelum melihat kearah jendela. Kau inggat kejadian ketika kau mengalah memberhentikan sepeda mu demi seekor kucing yang berjalan dengan anggun. Tepat pada saat itu kau telah menjadikan dirimu sebagai objekku. Kau tahu? aku kaget ketika aku menerima suratmu, karena rata-rata amplop yang kuterima adalah merah muda, aku takut surat itu berisi jangan menjadi stalkerku lagi. Tapi untuk isinya benar-benar diluar dugaanku.Terkadang aku melihat, kau sedang melihat kearah jendela. Aku takut jika kau tahu bahwa aku memperhatikanmu. Ketika kenaikan kelas hal yang paling aku takutkan adalah jika kau tidak mau duduk didekat jendela lagi. Mungkin selama ini aku terlalu takut untuk berbicara dengan mu bukan karena rumor yang beredar, tetapi aku takut kau menjauh walau kenyataannya memang jauh.
Aku harap ini akan terjadi seperti ini, dan foto-foto itu adalah bukti nyataku bahwa "I saw you". Dan biarkan seperti ini, seperti hari normal kita lainnya.
-Ata
Aku terdiam melihat foto-foto itu karena itu memang aku walau hanya kepalaku, rambutku. Karena kita menangkap objek yang sama dimana "I saw you". Dan biarkanlah seperti ini, seperti hari hari normal kita lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Saw You
RomanceKetika penglihatan tidak mengambarkan fakta dan cerita yang berkembang menjadi sebuah keyakinan. Apa yang akan kau lakukan?