ONESHOOT

4K 200 33
                                    

Hello everyone! It's been a long day... not making story on wattpad.

Oke, segitu aja mungkin.

Happy Reading! ^-^

***

Travy mengacak rambutnya gusar. Ia benci dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Orang yang ia harapkan selalu berada di dekatnya, kini menjauh tanpa alasan. Selama seminggu ini, orang itu selalu menghindar darinya. Padahal selama ini, mereka berdua selalu terlihat akrab.

Travy memperhatikan orang yang terlihat sedang bercanda bersama beberapa siswi di dalam kelas. Orang itu. Ya, orang yang sedang membuat hatinya gusar saat ini. Namanya Bintang Prakarsa. Seorang lelaki tampan berwajah oriental dengan tubuh atletisnya yang tegap, pembawaannya yang kalem namun jahil, dan juga lelaki yang sudah menjadi temannya selama hampir dua tahun.

Andai saja aku yang menjadi para siswi itu, batinnya.

***

Bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa kelas XI IPS 2 terlihat sudah memasuki ruangan kelas, diiringi dengan Mr. Syamsudin yang sudah membawa tas berisi laptop, buku, dan alat tulis lainnya.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Mr. Syamsudin dengan suaranya yang lembut namun tegas itu. "Hari ini kita lanjutkan materi kita mengenai LGBT."

Mr. Syamsudin adalah guru pelajaran sosiologi. Jika kalian ingin memiliki guru tampan yang cerdas, tegas, berwibawa, muda, dan open-minded, maka Mr. Syamsudin lah orangnya. Ia adalah guru yang paling disenangi di sekolah.

"Travy Graceffa," panggil Mr. Syamsudin pada remaja tampan berambut coklat madu dengan sepasang iris berwarna hijau yang terlihat sedang menatap kosong ke depan. "Coba maju ke depan dan berikan penjelasanmu mengenai LGBT."

Travy yang merasa terpanggil langsung maju ke depan dengan langkah agak gontai.

"Alright, i'm gonna share my thoughts on LGBT which i think is not well-accepted here," ucap Travy dengan aksen American English yang sangat fasih. "Kebanyakan dari kita berpikir bahwa menjadi gay, lesbian, dan sebagainya itu adalah kesalahan besar. Because, our religion do not allow that kind of relationship. Dan dari apa yang saya lihat selama hampir lima tahun tinggal di Indonesia, people mostly make "gay jokes" which are very mean. Tapi jika dilihat ke konteks yang lebih mendalam, menurut saya, tidak ada yang salah menjadi gay, lesbian, biseksual ataupun transgender."

Lalu, ucapannya terhenti saat seorang siswa mengacungkan tangannya untuk bertanya.

Dia. Bintang. Prakasa.

"Maaf sebelumnya. Setahu saya, menjadi gay ataupun lesbian itu adalah suatu kelainan dan juga penyimpangan. Namun anda menuturkan bahwa menjadi gay, lesbian, biseksual, ataupun transgender itu tidaklah masalah. Bagaimana anda menjelaskan semua itu?"

Sekilas, Bintang menyeringai menunggu jawaban dari sahabatnya yang selama seminggu ini ia jauhi.

"Baiklah, saya akan mencoba menjelaskan penuturan saya," ucap Travy dengan percaya diri. Ia memang memiliki bakat dan kepercayaan diri yang sangat baik dalam berbicara dan berdebat di hadapan publik. "Jika anda menuturkan bahwa LGBT adalah suatu penyimpangan, apalagi kelainan, menurut saya anda sangat close-minded." Lanjut Travy dengan nada sarkastik dan menyindir.

Bintang yang mendapatkan respon kurang baik langsung tertohok mendengarnya.

"Jika anda melihat dunia luar dengan mata terbuka dan pemikiran yang jernih, semua manusia lahir sebagai Aseksual, which means, you were born without having sexuality. Dan saat tumbuh dewasa, you finally choose with whom you want to go. Whether it's a "he" or a "she". Dan yang menyadarkan anda atas seksualitas anda hanyalah label. You call a person who engages with the opposite gender as a straight, and stuffs like that. Basically, label is just label. Tapi masalah perasaan, yang tahu hanya hati anda sendiri." Sambung Travy dengan penuh ketenangan.

There's A Love Story After Sociology Class [BoyxBoy Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang