•1•

78 4 0
                                    

Rasanya memang masih sulit untuk hidup sebagai orang yang normal seperti dulu lagi. Tapi, kata "harapan" itu sepertinya ada. Dia berasal dari sesosok makhluk indah yang pernah diciptakan oleh-Mu. Rambut panjang yang senantiasa tergerai, mata yang menatap begitu dalam, dan senyum manis yang selalu tersungging di bibir adalah sesuatu yang selalu mengingatkanku akan dia.

Sekaligus menyadarkanku bahwa mungkin seharusnya aku berpikir jika segalanya perlahan akan menjadi lebih baik kembali.
_______________________________

Ruangan persegi yang tidak begitu luas dengan berbagai gambar unik tertempel di dindingnya itu terlihat remang-remang meskipun di luar, matahari bersinar cukup terang. mungkin karena tirai jendelanya masih belum disingkap. Sementara seorang anak laki-laki sibuk berkutat dengan pakaiannya di depan cermin.

Anak yang bernama Amo itu mengenakan seragam sekolahnya dengan perlahan. Kalau tidak, memar di lengan kanannya akan terasa nyeri lagi. Memar itu awalnya berwarna keungu-unguan sebelum akhirnya berubah warna menjadi kecoklat-coklatan. Warnanya yang berubah tapi tidak dengan rasa sakitnya.

Usai mengenakan seragam sekolah, ia meraih tas ransel miliknya dan keluar dari kamarnya. Matanya menatap meja makan sekilas ketika berjalan melewati ruang makan.

Dulu ia masih bisa melihat ada sarapan pagi yang diletakkan di meja makan itu. Tapi, itu dulu dan sekarang di atas meja itu kosong. Selalu kosong semenjak ibunya meninggal dunia ketika ia masih berumur lima tahun dan beberapa bulan kemudian ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang wanita, teman dari salah seorang sahabat di tempat kerjanya. Yang akhirnya benar-benar merubah kehidupan di rumah. Bahkan kehidupannya sendiri.

Amo berhenti di samping mobil sedan hitam yang pintunya terbuka. Di dalam mobil sudah duduk tiga orang anak. Dua di antaranya adalah anak laki-laki. Mereka semua adalah saudara Amo, tepatnya saudara tiri. Dan ketiganya sibuk mengobrol seolah tidak merasakan kehadiran Amo yang berdiri diam memandang mereka di samping mobil. Hanya berselang beberapa detik, seorang lelaki paruhbaya muncul dari bagian belakang mobil. Amo bisa melihat garis-garis kelelahan di wajah lelaki tersebut.

"Masuk. Nanti terlambat." Lelaki paruhbaya itu membuka suara sambil memasuki mobil dan duduk di belakang kemudi.

Amo beranjak duduk di sebelah Joan, saudara laki-lakinya. Dan ketika semua pintu mobil sudah tertutup, mobil itu pun melaju meninggalkan rumah. Ia sendiri adalah anak laki-laki yang lebih banyak menutup mulut dibanding bersuara seperti saudara-saudaranya yang lain. Sehingga sepanjang perjalanan ke sekolah, ia hanya terdiam dengan kepala bersandar di kursi mobil sambil memandang pemandangan kota di pagi hari di balik kaca jendela.

Sekitar dua puluh menit akhirnya ia sampai di sekolah. Ia langsung turun dan berjalan menuju kelas. Bagaimanapun, ayah dan saudara-saudaranya tersebut tidak akan memanggil namanya dan mengatakan "Semoga berhasil di sekolah hari ini" kepadanya. Ketika menyusuri koridor menuju kelas, pandangannya mengedar. Ia bisa melihat sebuah kumpulan siswa laki-laki di depan salah satu kelas. Mereka sedang menertawakan sesuatu. Dan wajah mereka terlihat memerah.

Amo segera masuk ke kelas yang pada bagian atas pintunya tergantung tulisan "XI IPA B". Meskipun masih cukup pagi tapi sudah banyak siswa yang ada di kelas. Masing-masing sibuk dengan urusan sendiri. Pantatnya didaratkan pada sebuah kursi di barisan ketiga dari depan. Lalu perlahan-lahan dilepaskan ranselnya supaya tidak mengenai memar di lengan kanannya. Dirogohnya sakunya dan ia mengeluarkan sebuah i-pod hitam. Ia menghubungkan headset dengan i-pod dan menggunakannya. Segera lagi Lonely Lullaby milik Owl City terdengar melalui headset.

"Anak lain mau ngumpul. Ikutan, nggak?" Seorang siswa tiba-tiba duduk di meja di belakang Amo bersuara.

Amo menoleh, tersenyum tipis, dan menggeleng. Siswa itu pun beranjak pergi. Beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, beberapa siswi masuk ke kelas. Salah seorang di antaranya sedang berbicara penuh minat. Amo membuang muka dan kembali menikmati kesendiriannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hopes (HIATUS)Where stories live. Discover now