Seperti biasa sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar ini membangunkanku di setiap pagi. Entah mengapa pagi ini aku seakan enggan untuk untuk membuka mata, walaupun aku sudah terbangun.
Hingga terdengar pintu kamar ini terbuka dan derap langkah kaki yang mencoba mendekatiku. "Sayang, aku tahu kamu sudah bangun. Cepatlah buka matamu sebelum aku menggendong paksa kamu ke kamar mandi" ucapnya. Ya, dia adalah laki-laki yang mengisi relung hatiku, seseorang yang aku cinta, tapi berkebalikan dengan yang dia rasakan terhadapku. Dia hanya memanfaatkanku saja dalam pernikahan kontrak ini agar ayahnya memberikan warisan kepadanya. Ya, benar. Ayahnya akan memberikan seluruh warisannya kepada Radit - suamiku- asalkan dia sudah menikah.
Syarat itulah yang menyebabkan kami menikah, sebenarnya kami bersahabat dari kecil karena rumah orang tuaku dulu dan rumah orang tua radit bertetangga yang menyebabkan kami sangat dekat sebelum orang tuaku pindah ke Jerman yang mengharuskan akupun ikut, tapi setelah aku lulus kuliah akupun kembali ke Indonesia untuk hidup mandiri. Tak pernah menyangka ternyata perusahaan tempatku bekerja di Indonesia adalah perusahaan papa Radit dan pertemuan tak sengaja kamilah yang membuat Radit beinisiatif agar akulah yang menjadi istrinya, tentu saja awalnya aku menolak. Bagaimana mungkin dia memilihku ? Entah karena rasa itu masih ada untuknya akhiirnya aku menyetujui permintaannya. Jadilah kami sepasang suami istri, walau hanya pernikahan hitam di atas putih.
"Syasi sayang, cepatlah bangun. Papa sudah menunggu kita di rumahnya" ucapnya lagi.
"Fine, aku bangun sekarang Radit. Kamu sudah mengganggu pagiku Radit, sana kamu keluar aku mau siap-siap" balasku.
Walau enggan untuk bangun, namun kupaksakab untuk segera ke kamar mandi. Setelah siap aku pun menemui radit di halaman rumah.
"Kita berangkat sekarang ?" tanyaku saat sudah dekat dengan radit
Radit menoleh "ya, tentu saja. Masuklah ke mobil" katanya sambil berjalan ke sisi kemudi.
Perjalan singkat ini terasa sangat lama, karena hanya keheningan yang menemani kami. Berselang 15 menit kami pun sampai di rumah papa mertuaku-papa radit. Dia sudah menunggu kedatangan kami di teras rumah.
Sorry for typo.
Happy reading.
I think enough for this part. See you next part 😊😊😊.Danke