Mengenangmu, sayang, tak bisa kubedakan mana luka dan mana bahagia.
Luka, sembuh sudah sekarang, sepertinya kamulah obatnya.
Bahagia, terburu-buru kah aku? Masih jelas guratan sakitnya.
Pada hujan yang menyanyikan syair bulan februari, air mata ini sepertinya memiliki arti.
Biarkan rintiknya riuh, gemuruh, biarkan ia memecah sepi.
Karena ragamu sungguh hanya ada di mimpi, izinkanlah aku memilikimu dalam sunyi.
Sayang, kamulah kapal yang mengantarku kepada muara kenangan.
Selengkung senyum itu, bisakah kau simpan dulu?
Antarkan aku kembali, pada masa dimana pagi belum sesakit ini
Dan rindu masih menumbuhkan bunga di dada, bukan hampa.
Bolehkah aku merengkuh pagi lebih lama lagi?
Biar mentari memandikanku seperti tadi.
Hangat, seperti matamu yang ku tatap lekat.
Indah, seperti doa tentangmu yang tak henti ku panjat.
24/05/15
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Kamu
RandomPuisi pertama yang aku buat sejak berhenti menulis beberapa tahun lalu. Teruntuk kamu, yang berhasil membuatku terjaga dan menulis ini, percayalah selalu ada tempat untukmu dihatiku.