First

199 8 0
                                    

Terdengar suara deru mesin mobil berhenti tepat di depan gerbang kayu rumah bernuansa biru muda itu. Seorang pria muda berusia sekitar 23 tahun keluar dari balik kemudi. Pria itu mengelilingi mobil bagian depan untuk membukakan pintu dan muncul seorang wanita paruh baya.

Dari jendela rumah, tampak wajah seorang gadis yang memandang jijik ke arah mereka yang mulai melakukan permainannya.

Gadis itu menutup gorden dan menggeram pelan menahan amarah. Sudah tak terhitung lagi berapa kali ia memergoki wanita itu dengan berbagai adegan menjijikan, menurutnya. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi.

Pintu rumah terbuka membuatnya menoleh. Wanita paruh baya itu tampak terkejut.

"Anggi, kamu belum tidur?" wanita itu menghampirinya. Tapi gadis itu tampak acuh dan melengos pergi begitu saja. Seolah ia tidak mendengar dan melihat siapapun.

Anggi menutup pintu kamarnya dengan sangat keras hingga siapapun yang ada di rumah itu pasti bisa mendengarnya. Bahkan sampai mengganggu mimpi indah kakaknya. Niatnya untuk mengambil segelas air putih dan menenggaknya tidak terealisasikan. Rasa hausnya menguap begitu saja.

Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Memandangi langit-langit kamarnya. Bukan. Ia hanya menatap kosong. Memori hitam yang kelam itu datang memasuki pikirannya satu persatu.

Butiran bening jatuh dari mata cokelatnya.

~~~O~~~

"Sial!"

Anggi menatap gerbang tinggi yang sudah terkunci sejak 5 menit sesudah bel masuk berbunyi. Ya, sekolah memberikan waktu toleransi hanya 5 menit saja.

Ia berpikir sejenak. Berjalan cepat menuju ke gerbang samping yang lebih rendah dari gerbang utama. Matanya mengintip lewat sela-sela gerbang. Sepi! Ia pun mulai memanjat gerbang itu dan turun dengan selamat. Nekat memang, tapi mau bagaimana lagi.

"Hey?!"

Anggi tersentak dan menoleh ke sumber suara. Dahinya mengernyit melihat wajah asing didepannya.

"Lo telat ya." cowok itu bersuara lagi.

"Bukan urusan lo."

Baru saja Anggi ingin melangkah, tangannya ditahan oleh tangan cowok itu. Anggi menatapnya bosan.

"Maaf. Lo bisa tunjukin jalan ke kelas mm ..." ia berpikir sejenak, mengingat-ngingat kelas yang akan ditempatinya. "XI IPS 3 gak?" lanjutnya.

Anggi mengangkat satu alisnya. Ia menyeringai. "Oh, lo lurus aja ke sana mentok ada kantin terus lo belok ke kiri." Anggi menunjuk ke arah kantin.

"Oke, thanks."

"Bodoh." Anggi terkekeh saat cowok itu sudah menjauh. Ia berjalan santai menuju kelasnya.

~~~O~~~

Tok...tok...tok...

Pintu kelas diketuk dari luar dan terbuka. Sosok Pak Rubi ada disana. Bu Hamidah yang sedang mengajar dikelas itu mempersilakannya masuk.

"Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar." ucapnya sambil berjalan pelan dan diikuti oleh seseorang dibelakangnya.

Cowok yang berada dibelakang Pak Rubi menatap tajam Anggi yang duduk di sudut kelas. Yang di tatap hanya memasang wajah datar. Lalu menelungkupkan wajahnya ke meja. Sementara anak-anak kelas mulai berbisik-bisik.

"Baiklah, anak-anak! Kalian kedatangan teman baru hari ini. Bertemanlah dengan baik, ya. Dan Anggi!"

Anggi mengangkat kepala saat mendengar Pak Rubi memanggil namanya.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang