Jamek Johanson

17 5 3
                                    

18-1-2016

Kalau kau diberikan pilihan, akan bekerja di hari libur, ambilah pilihan itu, dan kau akan selamat.

"Jamek, cepatlah kesini, ada panggilan darurat dari bos," rasanya mual sekali saat sedang menikmati liburan, ada panggilan darurat dari bos, jadi kulempar saja handphone ku kearah kresek gantiku.

Kurasa hari sudah akan beranjak sore, kuputuskan bangkit, dan mengganti baju, kemudian kembali ke hotel.

Saat kubuka kenop pintu kamar mandi, rasanya sangat gelap, hanya ada gemercik air yang menetes tiap detik, barulah kemudian kunyalakan lampu yang ada dikamar mandi umum itu.

"RRRKKKKHHHH!!!" sebuah suara yang menggema, terlihat seorang pengunjung sedang  membungkuk, rasanya ingin sekali kuberikan satu tonjokan tepat diwajahnya, kuurungkan hal itu, setelah saus tomat menetes dari mulutnya. Tunggu, bila kau jadi aku, kau pasti langsung lari setelah melihat jasad seorang petugas keamanan teronggok dilantai.

Langsung kulanjutkan dengan lari sekuat tenaga, keluar kamar mandi, diluar, sekitar 5 unit makhluk sialan itu mengejarku, sambil menggeram sinting.
Bosku pasti langsung menganggapku anak setan setelah menolak panggilannya, namun bila ia tahu keadaannya seperti ini, ia pasti langsung tertawa bersyukur dan memecatku dengan segera.

Aku berlari diatas hamparan pasir, dilanjutkan dengan acara terseleo, berguling kearah arus air laut, tak sempat lagi aku merasakan sakitnya, kulanjutkan lari dengan terpincang pincang kearah sesemakan yang akan mengarah keparkiran.

Langsung kuambil kunci mobilku, tanganku bergetar dahsyat, kunci tersebut terjatuh dari tanganku, untungnya aku sudah membuka kunci mobil.

Langsung aku merangsek masuk kearah mobil, berebut pintu mobil dengan zombie (setelah kusdari makhluk itu adalah para zombie), mereka hampir mendapatkan tanganku untuk hidangan pembuka mereka malam ini.

Kututup pintu, kemudian kukunci dengan pengunci manual, kemudian aku baru bisa menghembuskan napas, hari beranjak gelap, menambah kejamnya malam itu plus ketakutan.

Kau pikir sampai disitu saja? Para zombie mulai keluar dari sesemakan menjedot jedotkan kepala kemobil jeepku tersebut sampai retak.
Aku punya ide gila.
Aku memiliki kapak dan belati yang teronggok ditempat duduk belakangku, rasanya kakiku juga sudah tak terlalu sakit karena ketakutan.

Pertama tama aku langsung memakai celana jeans ku denga kecepatan kilat, karena celana boxer tidak punya kantong, agak tidak mungkin, tapi percayalah, ini yang kulakukan,kukantongi belati, kugenggam kapak dan kubuka pintu bagian atas jeep milik ayahku

Bolong juga akhirnya, kaca jeepku hampir pecah semua, aku pun keluar keatap  mobilku. Kuambil sekotak bensin dari bawah jok mobilku sebelumnya, dan kukucurkan kebadanku, untuk menghilangkan bau darahku dari para karnivora berjalan tegap itu.

Masih kugenggam kapak pemadam kebakaran itu, jujur, ini semua barang milik ayahku plus mobilnya.
Dari atap aku masih dapat melihat kaki kaki itu, akupun menemukan sela sela untuk keluar.

Kulanjutkan dengan merayap cepat, tampaknya para zombie hanya mengandalkan penciumannya, sehingga tidak menyadari keberadaanku.
Dengan santai, kuambil kembali kunci mobil yang tampak terjatuh tadi, kubuka pintu alarmnya, para zombie agak tertarik sedikit, namun dengan cepat ia kembali untuk mengoyak mobilku.

Kutebas zombie itu untuk menyingkir dari jalanku, benar benar tak ada yang melihat atau melawan, dan kunyalakan mesin dan membuat para zombie itu tersingkir dari jalanku.

Dalam perjalanan menuju hotel, aku tak menemukan masalah apapun, kota Hawaii yang sangat sunyi dan gelap.
Saat aku sudah sampai diparkiran, kulihat berberapa zombie tampak berjalan dengan gaya 'mati-segan-hidupun-tak-mau,' aku sempat tergoda untuk segera mengambil kapak dan menebas merela satu persatu, tapi, berhubung aku ingat tenaga lari mereka macam Ussain Bolt, jadi aku memutuskan bermalam dengan cooler box yang berisi kopi berkaleng kaleng.

Tak lama kemudian, seorang wanita dengan celana chino dan jaket denim berlari kearah mobilku, gaya berlarinya bukan macam zombie, ia juga membawa sebuah termos yang dialihfungsikan sebagai alat pemukul.

"BUKA PINTUNYA!" sontak, teriakkannya tersebut mengagetkanku, dan membukakan pintu untuknya.
Ia tampak ngos ngosan, apabila di Ebay menjual panduan menyapa orang dalam keadaan ngos ngosan pasti langsung kubeli, saking bingungnya.

"Hai," sapa ku dengan sangat tenang, seolah tak ada yang terjadi.
"Aku adalah seorang wartawan dari..." belum selesai ia bicara, ia melihat kopi kalengan ditanganku, dan langsung merebutnya, meneguknya hingga habis.

"Tenangkan dirimu terlebih dahulu," bimbingku.
"Aku Cindy," sapanya,"aku wartawan dari CNN news.

Ia menjelaskan tentang evakuasi warga yang selamat di Hawaii.
Evakuasi itu akan dimulai esok hari, dan evakuasi itu adalah evakuasi gelombang III, alias evakuasi terakhir.

"Pertanyaannya adalah, dimana titik evakuasi itu?" tanyaku.
"Kau bisa melihat dipeta ini," jawabnya sembari menyodorkan peta kearahku.

Lokasi evakuasi cukup jauh, sekitar 100 km dari hotel tempatku menginap, dan bensinku juga menipis, untungnya peta tersebut juga mencakup wilayah wilayah penting, seperti restoran, POM bensin, dan rumah sakit.

Dan POM bensin terdekat terdapat di Kawaihae Rd.
Kalian ingin tahu kami ada dimana?
Royal Kona Resort, sial, sekarang kusarankan kau mengecek Apple Maps, atau Google Maps, sekarang, aku benar benar memilih lebih baik duduk di kursi kantor sambil makan seember es krim Haagen-Dazs rasa choco chip.

Sekarang, kami berdua sudah berjalan, mau tak mau, karena tadi para zombie menghampiri kami.
Aku mengetuk ngetuk setir, karena tidak tahu lagi bagaimana mengakali oli yang benar benar menipis.

Suasana disontakan dengan bunyi bedebum dari jeepku dan mulai membalik akibat sebuah tinju yang begitu keras dikap mesinku.

Aku dapat melihat tanganku berlumuran darah, dan beling beling memandikanku, aku tidak dapat melihat Cindy dengan baik, tapi aku percaya, ia sudah tak sadar, aku keluar lebih dahulu, setelah itu, aku tidak dapat melihat dengan baik, semuanya hanya tinggal bintik bintik berwarna, setelah itu.

Aku dapat melihat titik bergerak, Cindy, berjalan keluar sambil tertatih, dan menarik tanganku menjauh dari mobil.

Dari kejauhan, kulihat Jeep ayahku meledak.

Cindy menjatuhkan badanku, berjongkok disebelahku sambil menampar nampar wajahku.
Sadarlah Jamek!" teriaknya.

Aku berusaha untuk bangun, menyeimbangkan badanku, setengah badanku dirangkul oleh Cindy, sampai aku dapat melihat jelas para zombie didepan kami.

Saat itu juga Cindy mulai merangsek kearah zombie dengan tongkat bisbol dan tanpa rasa takut, dengan cepat, Si Jelek 1 mencengkeram baju Cindy dan melontarkannya kearah pohon kelapa.

Aku punya belati, dan juga sedikit keahlian beladiri yang diajarkan pamanku sebelum berangkat ke Hawaii, yaitu tehnik mengunci, sayangnya, aku tidak memintanya mengajarkanku tehnik mengunci zombie kekar besar yang sedang kesetanan, alhasil aku hanya dapat berlari menggotong Cindy dan pergi.

Aku berlari, sedang Si Jelek 1 masih mengejarku dibelakang, memperhatikan cara berlari super hebohnya yang bikin tanah gempa sudah bikin merinding setengah mati.
Aku melihat sebuah restoran pizza dengan tulisan "Ahola," yang mati nyala mati nyala dibagian 'hola.'

Akupun berlari menikung kearah restoran tersebut, menggedor gedor pintunya sambil berteriak tolong, ternyata aku baru sadar bahwa pintunya tak terkunci.

Si Jelek 1 sudah agak jauh dari kami, jadi aku sudah agak lega.

Tempat tersebut seperti restoran cepat saji biasa, hanya saja saus tomat berlumuran dimana mana.

Seorang zombie merangsek maju kedepan dari meja kasir, dengan reflek cepat, kutendang dadanya, ia pun terhempas menuju meja berbentuk bundar.

Merasa dipermalukan, si zombie, merangsek maju lagi kearahku, sekarang kugunakan kaki Cindy yang masih kugendong untuk menendang si zombie.

Karena muak, kuinjak kepala sang zombie yang masih dalam keadaan telentang hingga hancur.

Kucari gudang penyimpanan dari restoran ini, kudaratkan badan Cindy dan memutuskan untuk tidur diatas karung suplai makanan.

The Last EvacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang