Millenium

34 3 0
                                    

Sudah sewajarnya aku takut dengan dentuman keras itu.

Tapi tidak, aku tidak takut. Aku benci dan akan kubalaskan dendam itu.

"He who can no longer pause to wonder and stand rapt in awe, is as good as dead; his eyes are closed."   (Albert Einstein)

________________________________________________________________

Lebih dari 100 tahun lalu, perang dunia ke 3 terjadi. Pembantaian dimana-mana, wanita, anak-anak, orang tua tetap dibunuh oleh para rezim barat. Dengan misi-misinya tanpa belas kasihan, mereka terus menurunkan jumlah populasi manusia.

Untuk tetap mempertahankan populasi manusia maka pada tahun 2009, NASA mengumumkan adanya perpindahan planet seluruh umat manusia menuju ke planet gliese 402 yg mirip dengan bumi. Tapi, janji itu hanya bualan, jet yg setara dengan kecepatan cahaya hanya bisa menembus galaksi tanpa bisa menembus waktu. Perkiraan sampai di planet tersebut adalah 72 tahun yang artinya sama dengan 1 generasi.

Demi kelangsungan hidupnya, para rezim barat yang ingin berkuasa menggunakan segala cara untuk menghabisi umat manusia. Tidak mungkin terus bertahan hidup dan menguasai dunia dengan orang sebanyak 7 milyar. Media massa, produk-produk, ideologi, bahkan pemimpin telah dimanipulasi sedemikian rupa. Selama itu, lebih dari 4 milyar penduduk dunia tewas, menyisakan 3 milyar penduduk yang dianggap orang penting. Tapi, masih jauh dari tujuan untuk mecapai 300 juta orang. Sampai sekarang perang dunia ketiga masih berlanjut....

Dunia terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh tembok aztec. Ovest untuk rezim bagian barat dan Sigris untuk rezim bagian timur. Namaku Flarea Davenag. Umurku 15 tahun. Aku calon pemimpin pasukan Trugev dari Sigris selatan. Pasukan para pemberani pembela kebenaran.

29 September 2200.  
Aeckley, Sigris Selatan

"Hei Flare, tubuhmu kecil, tidak mungkin kau bisa masuk pasukan Trugev"

 Aku tidak mendengarkan. Yang aku tahu, aku memang berbadan kecil tapi berhati besar. Aku siap menghadapi pasukan Armor dari Ovest.

Singkat cerita, aku mengikuti berbagai tes masuk di arena. Pertama adalah tes tertulis mengenai ambisi dan visi misi pasukan trugev. Bisa dibilang itu hanya pengetahuan dasar. Tes kedua adalah tes kemampuan bertarung, jujur aku benar-benar tumbang di babak pertama karena lawanku, Dena Vasilevna beratnya 20 pounds diatasku. Tes terakhir adalah tes wawancara. Seberapa kuatkah keinginan untuk masuk ke pasukan trugev dan apa latar belakang masuk ke pasukan ini. Aku melewatinya dengan mulus tanpa beban. Karena aku yakin dengan kegigihanku aku pasti bisa menjadi anggota pasukan trugev.

"Marco Ashgilte! Nama-nama tersebut adalah peserta yang lolos babak kedua." Teriak salah satu pengawas seleksi. A- apaa?? namaku, namaku benar-benar tidak disebut? ini pasti salah.

"Sudah kubilang minggir kau kecil!" arghh... aku terjatuh. Dena si badan galon menendang kepalaku. Cih.. tidak mungkin, apa maksudnya ini?? Anehnya aku tetap jatuh tersungkur di atas beton itu. Menatap para calon pasukan trugev yang sebenarnya. Maksudku, ini tidak adil. Aku memiliki ambisi yang lebih besar daripada yang lainnya! 

____________________________________________________________________________________

"Flarea, sayangku, kamu sudah baikan?"

Ibu, ibu? aku dimana, aku bingung harus berpijak kemana, apa yang tadi kulakukan? aku mencoba mengingat-ingat apa yang tadi kulakukan. Aku jatuh. Terinjak-injak oleh sepatu boot para calon trugev, lalu?  "Kamu tadi pingsan di jalan. Apa yang sedang kamu pikirkan?" Kakakku Tybalt menimpali dan duduk di sebelah ranjangku. Sambil memegangi ubun-ubunku, aku menggeleng. Seperti membaca pikiranku, ibu berkata "Kamu pasti bingung dengan apa yang terjadi padamu, mungkin kamu lupa ingatan beberapa jam yang lalu. Tadi kau mengamuk, kau menghantam semua orang yang lewat didepanmu. Jadi polis menahan tanganmu lalu memukul kepalamu dan tengkukmu dengan kayu tumpul. Aku kira itu tidak berbahaya"

"Jadi, kamu akan melakukan apa setelah tidak diterima di pasukan Trugev?" Tybalt ikut berbicara "Mungkin kau mau masuk kelompok Dechoff denganku di laboratorium. Aku tahu dulu kau pintar di sekolah. Sebelum kau tergila-gila dengan Trugev sih" Laboratorium? bau alkimia dan orang pintar? sungguh bukan tempatku.

2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang