by: @Ndiejpank
Dia baru saja melepas jas hitamnya, lalu melepas kancing lengan kemeja putihnya secara bergantian. Saat aku melihat wajahnya, dia tersenyum canggung padaku, walau begitu... Relief lesung di pipinya terukir jelas.
"Aku... Ke toilet dulu ya...." Katanya gugup.
Aku memanggilnya saat dia sudah ada di depan pintu toilet. "Ray"panggilku.
"Ya" dia langsung menoleh.
"Bisa bantu aku merapihkan rambutku"pintaku, dia langsung mengangguk dan berjalan ke arahku.
Dia mendatangiku yang sedang duduk di tepi ranjang, lalu duduk di sebelahku.
Katakan ini hanya modus atau akal-akalan ku agar dia ada di dekatku. Jelas-jelas aku bisa dengan mudah melepas jepit-jepitan dan sanggulan di kepalaku. Ini semua masih termasuk ide ku agar bisa mengikatnya.
Baru lima menit dia menyisir lembut rambutku, aku langsung berbalik ke arahnya. Aku menatapnya lekat, sementara dia mengalihkan pandangannya menghindariku, dan lebih memilih menatap langi-langit kamar ini.
Kesempatan ini aku pakai untuk melepas kacamata berframe cokelat yang dia miliki. Seketika dia langsung memandangku, "E...EL, aku bisa melepasnya sendiri"ucapnya terbata-bata.
Aku melempar kacamatanya asal di ranjang kami, lalu setelahnya aku langsung meraih kemejanya dan membuka kancingnya satu persatu.
Pada kancing ketiga, tangannya langsung menahan tanganku. "EL, aku... Ngga bisa ngelaku'in itu, kamu kan sedang hamil"
"Hamil?"Aku menyeringgai. "Itu cuma akal-akalanku aja Ray"
Keningnya menghenyit "maksud kamu?"
"Aku sengaja ngelaku'in, bohong sama semua orang untuk menentukan cinta sejatiku... Aku sudah capek Ray, memilih siapa yang terbaik untukku, makanya aku sengaja berbohong... Dan kenyataan membuktikan semua cowok yang kukenal mundur saat aku bilang aku sedang hamil. Dan hanya kamu yang berani berdiri dan bahkan mau bertanggung jawab tanpa menanyakan siapa ayah bayi ini... Ini sesuai harapanku Ray, aku memang mengharapkan kamu yang masih tetap untuk di sisiku"
"Jadi maksud kamu... "
"Kehamilanku itu bohong, dan aku masih virgin. Ini semua idenya AL, AL percaya kamu masih memilih aku"
"Jadi... Kamu..."Katanya menggantung.
Aku mengangguk pasti. Dia menghela nafas lega, lalu sebelah tangannya meraih pipiku dan mengecup puncak kepalaku.
"Aku ngga suka cara kamu yang tadi, aku ingin... aku yang lebih mendominasi dan melakukannya secara perlahan dan lembut. Tapi sebelumnya kita bersih-bersih dulu ya... dan sholat dua rokaat, agar malam pertama ini membawa berkah"end