LESS

271 16 1
                                    

Ada banyak hal yang menurutmu perlu diperdebatkan misalnya konsep cinta dan selamanya, sementara ini kita tidak pernah sepakat tentang definisi cinta apakah itu sebuah molekul yang dimuntahkan black hole dan secara sepihak menempel pada makhluk bernama manusia dan seperti magnet ia menarik benda lainya jika beruntung manusia satu akan menemukan kutub yang tepat lalu akan saling merekat tapi tetap saja frase 'bahagia selamanya' ditaraf ini masih abu-abu karena jika salah satunya mulai kehilangan minat rekat maka itu berati akhir bagi yang lainya.

Bahkan jika menilik sekilas perjalan para pecinta didunia Disney mereka akan mengakhiri kisah putri salju ketika bertemu dan menikah dengan pangerannya dengan kata bahagia selamanya aku curiga mungkin para pendongeng enggan mengakui jika mereka meneruskan kisah, bisa saja dibulan pertama pernikahan mereka sang pangeran muak dengan putri salju yang lemah dan sepucat cotton bud atau si istri menemukan bahwa adik pengeran lebih tampan dan memutuskan untuk berselingkuh, siapa yang tahu apa yang terjadi? kenapa para pendongeng terus menggunakan istilah tidak masuk akal.

Jika aku menggunakan istilah konsumsi yang disukai sosial, kau bilang itu namanya kekurangan ide, menurutmu itu selalu terjadi pada para pencipta, bahkan dalam komposisi setiap lagu yang kau ciptakan kau selalu bilang ada yang kurang, biasanya aku akan menertawai keseriusanmu dan berkomentar, "Bukanya ada yang kurang, tapi kau yang tidak pernah merasa puas,"

Cara pikirmu teraplikasi dengan sempurna pada hubungan kita, kau masih tidak pernah merasa puas, pada awalnya kupikir itu berarti bagus tapi yang terjadi kebalikanya, pada akhirnya kita berpisah karena 'ada yang kurang'. Mungkin aku.

Pagi ini untuk pertama kali sejak entah berapa abad setelah kita saling berucap pisah tiba-tiba aku menemukan kembali kutub maghnet yang telah hilang minat rekat, duduk meringkuk kedinginan ditangga ketiga rumahku yang hampir semuanya tertutup salju Desember.

"Jiyong? Kwon Jiyong?" ah benar aku hampir lupa sensasi ketika memanggil namamu, seperti crepes dengan whiped cream kebanyakan, lembut terlalu legit. Entah apa yang membawamu tiba-tiba muncul, aku curiga ini karena aku terlalu sering memikirkanmu seperti mantra yang secara ajaib menarikmu, padahal yang ku tahu kau sudah kebal dengan medan magnetku. "Kenapa kau ada disini?"

"Boleh aku minta segelas kopi," aku terkejut tapi lebih banyak senang meski begitu aku ingat seharusnya marah.

"Aku tidak punya kopi, maaf," kau tidak nampak kecewa hanya sedih.

Ini tidak adil Jiyong, sungguh.

"Kau tidak banyak berubah, nunna,"

Anggap saja kita berpisah seratus tahun yang lalu, katakan padaku aku tak banyak berubah maka aku boleh melonjak dan memelukmu girang, tapi ini lain soal Jiyong kita mungkin telah melalui banyak hal dicerita masing-masing tapi beberapa hal dalam hidupku memang tidak berubah, semisal betapa kuatnya medan magnetmu menariku saat ini, kau benar. Aku bukanya tak banyak berubah, aku masih sama, tapi kau tidak, kau tidak terlihat seperti dirimu.

"Suhunya semakin dingin, cepatlah pulang," aku mengusir kuharap terdengar jelas.

"Aku merindukanmu," kita sama-sama tau meskipun kau berbohong tapi aku senang.

"Pulanglah,"

Aku punya kopi, aku ingin kau tinggal lebih lama tapi kau akan pergi lagi suatu hari nanti.

"Aku tidak akan menikah dengan Hyena, aku tidak akan melakukan pernikahan bisnis, aku tidak akan menikah dengan siapapun jika bukan kau, aku akan meninggalkan bisnis ayahku, aku akan menulis lagu, kita akan melakukan semua rencana kita,"

"Please, Don't" aku separuh memohon menghentikan sebelum kau meledak.

"Aku ingin bilang bukan kau yang kurang,?" bisa buat aku lebih tertarik lagi? ayo kita coba, aku mungkin bisa mendengarkan beberapa kata lagi. "Maafkan aku tapi bisakah kau tetap disisiku, Jessica Jung,"

Dan tiba-tiba namaku terdengar begitu indah.

Kepulan nafas ku jelas bukan karena suhu, aku berharap menghembuskan semuanya sekarang. Mungkin jika dapat terlahir lagi aku ingin jadi naga, aku tidak tau apa naga suka melarikan diri tapi aku iya, membanting pintu dan membiarkan pembicaraan mengambang, aku lebih suka disebut cermat dari pada pecundang.

Seolah baru saja tenggelam, didalam air tanpa oksigen namun setelah selamat udara menggores paru-paruku seperti gergaji karatan, intinya aku sekarat.

Satu jam

Dua

Tiga

Rasanya seperti sudah selamanya, aku berharap bel rumahku berbunyi dan sekali lagi mendengarmu memintaku untuk tetap disisimu, itu buruk tentu saja. Semacam pertengkaran iblis dan malaikat didua sisi atau hanya "aku", "aku" yang cerdas dan berpikir rasional atau "aku" yang, putus asa.

Dan pada akhirnya, "aku" yang satu menang dan yang lainnya mengutuk lalu lenyap, tergesa meraih kusen pintu aku tidak berharap banyak, munkin kau masih disana atau tidak, mungkin seperti bertahun-tahun yang lalu ketika aku harus melihat punggungmu yang tak terjangkau oleh kuasaku, aku tau saat itupun bukan hanya aku yang terluka,tapi aku tidak ingin menjadi satu-satunya yang bersikeras dengan hubungan kita, jika aku menarik terlalu kuat disatu sisi maka rasanya akan dua kali, tiga kali, seribu kali menyakitkan ketika kau mulai meregangkan genggamanmu dan membiarkan ku terulur.

"Nuuna," aku sudah tau pasti akan begini.

Bahkan tubuhku merespon daya tarik maghnetmu tanpa ragu, memelukmu seperti kembali ke lintasan gravitasiku.

"Aku akan disisimu selamanya mulai sekarang," aku tidak berharap kau akan berjanji, pengalaman kebersamaan kita mengajariku betapa mengerikanya kau dan janji, aku akan menjadi beban karena itu hentikan.

"Jangan," bisikku. "Kali ini harus benar-benar kita hentikan Jiyong, kau dan aku selamanya akan selalu ada yang kurang, karena itu setelah ini kita jangan saling mencari lagi," meski kata-kataku menyatakan perpisahan, tubuhku mengeratkan pelukanku.

"Kenapa kau selalu mendorongku untuk menyerah? Waktu itupun kau juga melakukanya. seharusnya kau menahanku, seharusnya kau tidak membiarkanku melepaskan genggamanmu aku bahkan tidak bisa meminta maaf"

"Karena kau selalu sulit bagiku, kenapa kau ingin aku menahanmu sementara mulutmu mengucapkan perpisahan?" Pada akhirnya selalu aku yang tenggelam dalam abu-abu

"Maafkan aku, aku minta maaf, karena itu dari pada kata "jangan saling mencari' tidak bisakah kau bilang untuk menungguku saja?, sekali dalam hidupku bisakah kau memberiku kesempatan untuk melakukan sesuatu yang benar, "

Aku bisa saja keliru, kau dan aku mungkin saja bukan kutub-kutub yang tepat, entah cinta atau tergila-gila mungkin merusak penilaianku tentang bagaimana harusnya hidupku berjalan, tapi sejauh ini tergila-gila padamu adalah hal paling konsisten yang pernah kurasakan, karena itu kali ini,

Aku mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang