Taemin tersenyum cerah , ia memejamkan matanya , merasakan hangat sinar matahari pagi . Ia beruntung mendapatkan tempat tinggal di Jongno-gu , meski rumah kecil yang di tinggalinya berada di bagian paling atas dan membuat dia harus naik turun tangga . Tapi ia menyukai rumahnya , terlebih saat musim semi seperti ini . Ia selalu berdiri di atap rumah untuk mendapat sinar matahari pagi. Selain itu , pemandangan di sekitar tempat tinggalnya sangat bagus , meski berada di tengah hirur pikuk kota Seoul , Jongno-gu masih bersih dari polusi. Mungkin itu karena masyarakat yang tinggal di Jongno-gu tidak memakai kendaraan , faktor ekonomi dan lingkungan yang tidak memungkinkan menjadi alasan utama .
Ia menghirup sekali lagi udara segar itu , sebelum ia membuka matanya . Tapi saat matanya terbuka , ia melihat sesuatu yang begitu cerah , itu bukanlah matahari , ia melihat senyum seorang Kim Jongin tepat di hadapannya . Senyum yang sangat ia sukai , senyum favoritnya , senyum yang secerah matahari .
" hey , " Jongin melambaikan tangannya di depannya , ia segera tersadar lalu tersenyum canggung .
" sudah selesai berjemurnya ? " Jongin tertawa mengejek , ia memang merasa lucu setiap bangun pagi Taemin akan selalu berlari ke atap rumah untuk melihat matahari pagi.
Taemin cemberut , berbalik lalu berjalan sambil bergumam .
" bukankah matahari pagi sehat ! "
Jongin mengikutinya dari belakang , mereka menuruni tangga kayu untuk mencapai lantai bawah . Taemin masuk ke rumah kecilnya yang ia bagi bersama Jongin . Ya , mereka tinggal bersama sejak memutuskan meninggalkan panti yang merawat mereka . Ia menyiapkan wajan dan mengambil dua bungkus ramen untuk sarapan mereka .
" taeminnie , apa rencanamu hari ini ? " tanya Jongin berjalan mendekat dan berdiri di sampingnya .
" entahlah , tapi aku rasa aku harus mulai mencari pekerjaan lain . Rasanya tidak enak menganggur " ia menoleh pada Jongin dan memicingkan matanya . Jongin hanya mengangguk tanda setuju . Taemin memang kehilangan pekerjaannya di sebuah kafe karena ia terlalu sering menjatuhkan peralatan makan yang berisikan pesanan pelanggan .
" Jongin , tolong ambilkan aku sendok " perintahnya saat melihat mie sudah cukup lunak , sementara ia mempersiapkan mangkok dan bumbu .
" ini " Jongin menyodorkan sendok padanya , taemin meraihnya tapi saat ia memegang sendok itu jatuh .
" Ya! Kenapa kau sering sekali menjatuhkan barang akhir-akhir ini! " seru Jongin sambil membungkuk mengambil sendok itu , meraih tangan taemin dan menyerahkan sendok itu . Taemin hanya tertegun , Jongin benar . Ia selalu menjatuhkan barang yang ia pegang akhir-akhir ini . Tapi , ia merasa sudah memegangnya dengan erat hanya saja , tangannya seperti kehilangan tenaga tiba-tiba .
" taemin , kau baik-baik saja ? " Jongin bertanya saat taemin hanya terdiam . Taemin tersenyum padanya dan menggeleng .
" kau tunggu saja di meja , ramennya sebantar lagi siap " ia mulai mengaduk ramen di wajan , Jongin tak menjawab ia hanya mengangguk dan meninggalkan taemin di dapur kecil mereka .
Apa yang terjadi padaku sebenarnya?
Ia bergumam dalam hati setelah Jongin pergi . Tapi ia segera menggelengkan kepalanya cepat saat pemikiran buruk menghampirinya .
KAMU SEDANG MEMBACA
As bright as the Sun
Historical FictionBukan hal yang mudah bagi Kim Jongin melihat orang yang begitu ia cintai harus menyerahkan hidupnya perlahan-lahan kepada penyakit yang ia derita. Ia bekerja keras untuk mengembalikan hidup kakaknya atau mungkin ia hanya mampu memperlambat semuanya...