M.A.S Part2

111 6 0
                                    

"Bodo." ucapku sok cool.

"Ayodong alma,jangan jadi cewek yang tukang ngambek! Biasanya kalo gitu ya cewek itu manja dan pemalas!" katanya sambil memegang daguku agar aku bertatapan dengan mata cokelatnya itu.

"Enak aja! Alma gamanja dan gamalas kok! Kakak jangan asal ngomong ya!" kataku sambil memutarkan mata lalu turun dari Mersedess si bawel ini karena kita juga sudah sampai tujuan.

"Al!! Alma!!!!" terdengar suara teriakan kak Rizha dari kejauhan, biar saja aku memang sengaja jalan dahulu karena aku masih jengkel sama dia.

"A..lma.. Had..uh tungguin gue dong gila lu lari macam mario bos." Kulihat kak Rizha sudah ada dibelakangku sambil menarik tanganku agar aku tidak jalan lagi. Hahaha rasain tuh kak! Makanya jangan main-main sama alma.

"Aku gak lari kok! Kakak aja yang jalan nya lama! Macam siput sawah." kataku sambil menjulurkan lidahku untuk meledek pangeran es ini.

"Itukan kata kata gue." katanya sambil melipat tanganya di dada yang bisa kupastikan bidang.

"Biarin aja suka suka alma."

"Daripada manjangin masalah sama lo bikin gua naik darah mending kita makan aja, perut gua konser nih." Katanya sambil menggandeng tanganku.

Kenapa sih kak Rizha kalo mau narik tangan orang tuh gaizin dulu! Ugh bikin darah panas tau gak sih.

"Kak." ucapku berusaha melepaskan gandengan ini, karena bisa bisa aku mati di tempat karena jantungku yang berdegup kencang.

"Hm?" ucapnya datar.

"Lepasin dong! Tangan alma gerah nih."

"Inikan AC dimana mana masa gerah."

"Kan kakak pegang, jadi yang dipegang gakena AC ayodong kak lepasin."

"Gerah tapi kok dingin ya hm?" katanya sambil menatap wajahku.

Haduh harus jawab apa nih aku.

"Ya darahnya berenti garagara kakak teken kaya gini." alma wow your so smart.

"Pinter ngeles darimana?" katanya terkekeh sambil mengacak rambutku.

"Alma gak ng--" belum selesai bicara pembicaraanku dipotong sama manusia es ini.

"Iya lo gak ngeles kok." katanya sambil merangkul bahuku, Gandengan sih dilepas tapi malah ngerangkul kaya gini.

Please alma.. Alma ayo harus netralin jantung, huh huh huft.

"Makan disini aja ya."

"Terserah kakak, lagian alma gak laper kok." kataku sambil cengir cengegesan.

"Lo harus makan! Ini udah siang al."

"Tapi alma gak laper kak Rizhaaaaa."

"Makan!"

"Terserah, paling nanti gak alma makan."

Kak Rizha tak mendengarkan ucapanku, dia terus berjalan sambil memesan makanan entah apa yang dipesankan.

"Ayok sini." katanya sambil lagi lagi menggandeng tanganku untuk menuju kursi yang kosong.

"Kak? Kakak gak mesenin alma makanan kan?" kataku membuka pembicaraan.

"Liat aja. Lagian kenapa sih lo gamau makan?"

"Alma galaper."

"Terserah deh, dasar an--"

"Apa? Anak kecil?!!"

"Apansih, orang gue mau ngomong anak labil."

Tak lama pelayan restaurant yang kufikir tak murah ini pun datang membawa pesanan kak Rizha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Annoying Senior.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang