dibalik penantian 2

48 3 3
                                    

Gadis itu kini termenung di jendela besar kamarnya. Menatap ke langit malam yang kelam. bukan bintang atau bulan yang ia pikirkan mengapa malam ini tak nampak, tapi pemuda itu. Ya... pemuda yang selalu bersamanya. Pemuda yang selalu membuatnya marah dan kesal. Pemuda yang selalu menemani hari-harinya. Pemuda yanag selalu membuat ia marah kala ia tak disampingnya malah ada di dekat teman wanitanya. Membuat ia kesal saat pemuda itu tak menghiraukannya. Membuat ia bahagia ketika pemuda itu membuatnya tertawa dengan candaannya.

Dulu ia mungkin tak mengerti rasa apa yang membuatnya seperti itu. Namun kini, ia menyadari. Ada rasa lain di didirinya. Rasa yang tak bisa ia bagi pada pemuda lainnya.

Hanya dia...

Endy.

Entah mengapa. Malam ini bahagia dan sedih membuat kedua pipinya basah akibat ulah air yang tak terbendung di matanya. Ia melihat sebuah kertas. Yang berada di tangannya. Kertas yang akan membawanya serta keluarganya pergi kebelahan dunia yang tak sama dengan keberadan endy tinggal.

Di hari yang sama dengan hari yang di janjikan. Namun berbeda waktu. Ya... masih ada cukup waktu ia menemui endy.

Bukan, bukan maksud tak ingin memberi tahu pada pemuda itu, hanya saja ketika endy memberikan kotak itu. Detik itu juga bibir serena membeku. Sangat jauh dari rencananya yang akan dengan santainya mengabarkan kepergiannya.

Kini ia hanya bisa menunggu hari minggu pagi nanti. Sambil memeluk boneka teddy, hadiah ulang tahunnya dari pemuda itu.

**********************

Pakaian yang terbagus menurutnya, ia kenakan di hari ini. Berkali-kali cermin didalam kamarnya sudah muak melihat pantulan dirinya. Berharap tatanan dirinya tak berubah aneh atau berantakan. Dengan langkah ringan, endy meninggalkan kamarnya dan pergi ke suatu tempat yang ia janjikan. Dengan membawa setangkai bunga mawar berwarna merah muda.

Srett

Belum ia menutup kembali pintu kamarnya, ia kembali kedalam kamarnya menuju meja nakas ranjangnya, mengambil sebuah kotak kecil berwarna biru muda. Dan memasukannya kesaku jaketnya. Setelah itu ia pergi dengan tergesah.

Brakk

Hingga pintu malang itu pun tertutup rapat dengan kerasnya.

***********************

Dress putih selutut yang ia kenakan, sangat cantik. Dengan renda diujung bahannya. Berlengan pendek. Rambut yang sering ia kuncir kuda, kini ia gerai. Nampaknya ia mengenakan riasan tipis. Entah, hari ini ia ingin nempak cantik.

Krieeett

Matanya menatap pada pantulan cermin besar didepannya. Tatkala ia melihat pantulan sang ibu diambang pintu kamarnya. Mereka saling melempar senyum.

"sudah cantik"

Seru sang ibu sambil menghampiri putrinya. Serena pun hanya bersemu mendengar pujian itu.

"ingat yah serena, jangan pulang terlalu sore. Kita akan berangkat sore nanti."

Serena hanya mengangguk. Selepas mengatakan itu, sang ibu pun pergi meninggalkan serena, yang tanpa ia tahu, wajah putrinya berubah menjadi murung.

"hanya berbeda tempat. Pada waktunya nanti, aku akan kembali kesini. Ya... hanya tentang waktu."

Lirih serena seraya menyemangati diri sendiri. Senyum kembali terpatri dibibirnya. Ia pun bergegas pergi, tak lupa memakai tas kecil putih yang ia sampirkan kebahu kirinya.

**************************

Sementara itu, endy dengan kebahagiaannya telah berdiri tegap di samping pohon maple. Tempat favorit mereka. Senyum bahagia terlukis indah di wajahnya.

waitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang