Di ujung senja

83 1 0
                                    

Aku bergegas mengganti seragam putih abu ku dengan celana jeans selutut dan kaos putih bergambar salah satu tokoh games favoritku sepanjang masa super mario bros, kemudian ku ikat asal rambut hitamku yang kini sudah mulai panjang, tak lupa memoleskan bedak tipis pada wajahku yang orang bilang imut ini (ingat bukan aku yang bilang) dan juga meraih ransel kecilku setelah selesai aku segera menuju garasi.

"Mau kemana nak?" tanya ibuku.Aku tersenyum melihat ibu yang sedang asik menonton TV diruang keluarga.

"Hanya ingin bersepeda mencari udara segar bu" jawabku kemudian mengecup kedua pipi ibu.

"Ya sudah hati-hati dan jangan terlalu lama" kata ibu mengerti makasudku. Aku melanjutkan kembali langkahku menuju garasi untuk mengambil sepeda kesayanganku, oh iya namaku Belisma Devona Damara just call me Damara, Ara, Dev it's up to you. Kenapa nama yang aneh ya ? kata ayah namaku itu berarti perempuan laksana dewi sungai dan kesuburan yang selalu memberikan perlindungan dan kasih sayang. Aku anak tunggal dari keluarga yang lumayan berkecukupan, aku tengah menempuh pendidikan di salah satu sekolah menengah atas di kotaku dan kini baru duduk di kelas XI. Sekarang aku mengayuh sepedaku menuju danau yang jaraknya cukup jauh dari rumah, alasan sebenarnya aku keluar sore ini adalah menemui mantan sahabatku Davin Alvero, cowo resek yang punya senyuman maut yang bisa meluluhkan hati siapa aja yang melihatnya kecuali aku (senyumannya tak berpengaruh apa-apa padaku), rambutnya cokelat kehitaman, hidungnya mancung dan dia memiliki mata elang yang membuatnya arrgggghh manis (Vin demi apa gue jadi bilang lo manis, dan itu ga banget). Dulu kami bersahabat hampir tiga tahun lamanya dan persahabatan itu harus berakhir karena sebuah keegoisan kami berdua satu tahun yang lalu, keegoisan yang disebut cinta.

Flash back ...

Sekarang kami (aku dan Davin) berada di taman kota "Belisma Devona Damara maukah kamu jadi kekasihku" ungkap Davin dengan mantap, memecah keheningan diantara kami.

"Norak lo Vin, becandaan lo ga lucu"jawabku sarkastik tanpa memandang kearahnya.

Davin menggenggam tanganku dan berusaha meyakinkanku "come on Ara apa tampang gue keliatan lagi becanda? Gue serius gue udah sayang sama lo sejak pertama liat lo dan gue sering isengin lo sampe lo jutekin gue mulu waktu smp dulu, dan makin kesini gue makin yakin kalau gue bener-bener jatuh cinta sama lo Damara"kini ia memandanku. Aku mencari celah kebohongan di kedua sudut matanya namun yang nampak hanya sebuah ketulusan dan kasih sayang.

"Oh shiitt dia beneran, dan kenapa jantungku berdetak dengan kecepatan diatas normal" rintihku dalam hati.

Dia mengguncakan bahuku "Ra kok lo malah bengong jadi gimana, lo terima gue apa engga?"

Aku masih terdiam menatap mata elang miliknya "Resek si Davin, udah pasti aku bakal bilang iya, tapi... " batinku, tiba-tiba satu ide jahil melintas diotakku.

"Lo beneran sayang sama gue Vin?"tanyaku.

Davin hanya mengangguk mantap dan tersenyum lebar."Kalau gitu lo harus buktiin ke gue, gue ga mau lo cuma omdo, ayo ikut gue"tanpa minta persetujuannya aku langsung menariknya menuju suatu tempat.

"Gue bakal lakuin apapun buat buktiin kalau gue ga main - main sama lo" ucapnya santai.

"Baguslah"jawabku tak kalah santai.

Setelah berjalan sekitar 15menit akhirnya kami sampai disebuah arena bungee jumping tepatnya diatas jembatan penghubung dua desa dibawahnya mengalir anak sungai yang cukup dalam, tinggi jembatan menuju permukaan air sekitar 11 meter, sudah lama aku menggeluti hobiku yang dibilang aneh dan tentu sangat ekstrem bahkan sebenarnya ayah dan ibu tak pernah menyukai hobiku yang satu ini, tapi ya bagaimanapun juga menurutku ini sangat menyenangkan. Aku melirik ke arah Davin yang kini mulai gelisah hahaha... yang aku tahu seorang Davin Alvero sangat takut ketinggian. "Lo mau gue buktiin dengan cara ini?" tanyanya sedikit ragu, aku hanya mengangguk dan mengedarkan pandanganku untuk menemukan seseorang.

Di ujung senjaWhere stories live. Discover now