Black Coffee

685 24 1
                                    

Minggu, 20 September 2015.

Kenangan demi kenangan terus bergulir. Makin deras seiring berjalannya waktu. Kenangan manis dan kenangan pahit, keduanya bercampur menjadi satu.

Gadis itu; yang tengah menyesap kopi hitam di pojok ruangan, dialah gadis yang sedang tenggelam dalam masa lalu.

Cuaca sore hari itu tidak mendung, bahkan cenderung cerah, dan panas. Tetapi panasnya sengatan sinar matahari itu tidak mampu membuat leleh hatinya yang beku itu.

Ia menghela nafas panjang dan meletakkan jari telunjuknya mengitari ujung cangkir.

Ia sudah terdiam di sana selama hampir satu setengah jam. Dan ini sudah kopi hitam ketiga yang ia pesan.

"Cih, abadi? Cinta kita abadi, huh? Ternyata aku tidak sepintar yang kubayangkan." Gumamnya dengan nada yang sarkastis. "Sampai-sampai aku dibodohi oleh orang sepertimu."

Ia tidak bisa menahan helaan nafas panjang yang dikeluarkannya dari mulutnya itu. Hatinya selalu sakit setiap kali mengingat tentang pria itu, pria yang sudah dengan tega menghancurkan hatinya.

Pria itu.. Datang dan pergi seenaknya, masuk kedalam kehidupan gadis itu dan mengacak-acaknya, kemudian pergi tanpa rasa bersalah.

"Sialan," Umpatnya.

"Hot cocoa milk untuk anda, nona." Tiba-tiba saja, seorang pelayan datang dan meletakkan secangkir minuman berisi susu coklat yang asapnya masih mengepul.

Gadis itu mengernyit. "Aku tidak memesan- hei! Tunggu dulu! Aku tidak mau membayar untuk minuman yang tidak kupesan!" Serunya dengan suara yang amat keras, membuat seisi café itu menoleh dan menatap gadis tadi dengan tatapan kesal.

"Merusak ketenanganku saja,"

"Ah, aku lupa hendak menulis apa, kan!"

"Dasar tidak tahu aturan,"

Ia menatap minuman di depannya dengan wajah tanpa minat. Matanya menangkap secarik kertas.

Sekali-kali kau perlu mencoba menu lain, Caffeine.

"Apa-apaan ini?" Gumamnya pelan dengan wajah bingung. Ia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan dan tidak menemukan seorangpun yang gerak-geriknya mencurigakan.

Gadis itu mengedikkan bahu. Ia memutuskan untuk meminum minuman itu.

Rasanya manis sekali. Dan ia tidak menyukainya.

Karena segala sesuatu yang terlalu manis, pada akhirnya akan membuat sakit.

***
Minggu, 27 September 2015.

"Anda ingin pesan apa, nona?"

"Kopi hitam."

"Ada lagi?"

Gadis itu menggeleng tanpa melihat ke arah pelayan tadi. Ia membuang pandangannya ke luar jendela dan mengamati setiap bangunan tinggi yang ada di sana.

"Baiklah, satu kopi hitam. Tunggu sebentar."

Sepeninggal pelayan tadi, gadis yang sama, gadis yang masih terjebak dalam masa lalunya itu memejamkan mata. Berusaha menenangkan emosi yang bergejolak di dalam hatinya.

Perasaan sedih, marah, bingung, bercampur jadi satu.

Dan ia tidak tahu harus bagaimana supaya bisa menarik dirinya keluar dari jeratan masa lalu yang kian menyesakkan dada.

"Permisi, kopi hitam anda. Selamat menikmati."

Bau kopi itu masuk ke dalam indra penciuman.

Ya, hanya kopi itu yang mampu membuatnya tenang. Paling tidak, untuk beberapa jam kedepan.

Black CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang