Prologue : Promise

13 0 0
                                    

Aku mengingat kejadian tujuh tahun yang lalu, hari dimana aku mengucapkan kata kata terbodoh dalam hidupku. Sampai sekarang aku tak tau apa yang merasuki diriku saat itu sampai aku mampu membuat sebuah janji yang bahkan tak pantas diucapkan oleh anak berumur sepuluh tahun.

Saat itu aku berjanji akan menikahi seorang gadis.

Seorang gadis yang menangis di malam hari ulang tahunnya.

"Aku benci mereka"

kata -kata itu terus terucap dari mulut Erika sepanjang malam. Matanya terlihat begitu gelap, sudah tidak tau lagi berapa banyak air mata yang menetes, suaranya menjadi serak karena terus meronta .Semenjak pesta berakhir dia terus mengurung diri di dalam kamar.

tak ada satupun orang yang datang untuk menengoknya, hanya beberapa orang pelayan yang berdiri di depan pintu memasang wajah memelas tanpa berani mengetuk pintu kamarnya.

Aku berdiri tepat di depan pintu kamarnya ditemani oleh pak Rian yang berdiri tidak jauh di sampingku. Aku tidak lagi berusaha membujuknya dengan kata-kata manis, karena hanya akan menambah kesedihannya. Kucoba untuk berbicara dengannya sambil kusandarkan punggungku ke pintu, dengan begini aku bisa mendengarnya lebih baik karena aku tau dari suara tangisannya bahwa saat ini dia berada tidak jauh dari pintu.

Erika terus menangis dan terus menangis seakan akan-akan tidak ada hari esok lagi untuk menangis. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, kedua orang tua Erika berjanji akan datang, Namun sampai pesta berakhir keduanya tak kunjung tiba. Aku mengerti keadaan orang tuanya, aku hanya tidak tau bagaimana cara menjelaskannya. Aku bukanlah orang yang pandai merangkai kata-kata ucapanku selalu apa adanya walaupun terdengar kurang menyenangkan tapi begitulah.

"Seharusnya kamu mengerti, kamu bukan anak kecil lagi jadi berhenti sekarang dan keluarlah". Ucapku dengan sangat tegas

"Aku benci mereka, bahkan di malam ulang tahunku.Mereka sudah berjanji akan datang, tapi mereka melupakannya.Aku merasa kedua orang tuaku hanya mengganggapku sebagai bagian dari bisnis mereka saja, mereka tidak benar-benar mencintaiku. Tidak ada seorangpun yang mencintaiku, tidak seorangpun. Dari kecil mereka tidak pernah datang ke acara ulang tahunkuSeperti selamanya akan terus begini, Seperti aku dilahirkan tidak untuk dicintai bahkan oleh kedua orang tuaku sendiri".

Suaranya terdengar semakin menyedihkan, lebih menyedihkan dari awal dia menangis. Dengan susah payah dia mengucapkannya karena tenggorokannya pasti sangat sakit setelah menangis berapa lamanya. Erika yang selama ini kutau sebagai orang yang selalu ceria ternyata menyimpan kesedihan yang sangat memilukan. aku memang belum lama mengenalnya tapi sepertinya aku bisa mengerti seluruh apa yang dirasakannya.

"Sepuluh tahun lagi".

Tanpa sadar, seperti ada sesuatu yang menggerakan mulutku untuk berbicara sendiri.Kali ini aku meninggikan nada bicaraku. Kemudian aku melirik semua orang yang berada di sekelilingku mengisyaratkan agar mereka segera meninggalkan tempat ini.

"Sepuluh tahun lagi, Kalau memang benar tidak ada orang lain yang benar benar mencintaimu. aku akan menjadi satu satunya yang mencintaimu selamanya". Ucapku dengan sangat lantang

kemudian aku berhenti sejenak dan menarik nafas dalam

"Sepuluh tahun lagi menikahlah denganku, dengan begitu aku bisa terus mencintaimu"

Suasana berubah menjadi sangat hening aku tak lagi mendengar suara tangisannya, apakah dia mendengarkan ucapanku. jangan jangan dia pingsan karena terlalu lelah menangis. aku segera membalikan badan dan berusaha membuka paksa pintu tersebut, disaat bersamaan pintu kamar yang kucoba dorong paksa terbuka membuatku jatuh tersungkur di lantai.

Erika yang melihatku terjatuh kemudian menaruh kepalanya di atas dadaku dan memelukku erat. Tubuhnya sedikit bergetar dan matanya masih terlihat sangat basah. Nafasnya terasa sangat berat berhembus kuat di sekitar dadaku. Dia bahkan tidak berani menatapku, menempelkan erat wajahnya ke dadaku.

"Rey terima kasih".

Aku mengelus pelan rambutnya. dan kami pun tertidur di atas lantai begitu saja. Mungkin karena kami terlalu lelah akibat pesta ulanh tahun Erika dan juga kejadian ini.

Sekarang aku sadar sebenarnya sesuatu yang merasuki saat itu adalah, sesuatu yang orang sebut sebagai cinta.

Notice Me PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang