"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanyanya dengan nada serius. Suasana hening ketika dia mengucapkan kalimat laknat itu.
Mulut gue membeku. Canggung. Entah mengapa mulut ini terasa berat untuk menjawab iya.
"Ma..maaf. Gu-e, gue nggak bisa. Ada yang lebih pantas untuk jadi pacar lo daripada gue. Gue nggak bisa buat lo bahagia, lo pantas bahagia sama dia. Jadi-" gue menghembuskan nafas. "Gue nggak bisa. Maaf."
Dan saat itu pula, ketika punggung cowok itu menghilang, gue baru sadar. Kalo gue baru aja ngelakuin hal konyol, hal yang selama ini gue tunggu dari dia, dan gue menyianyiakan momen berharga itu. Tapi dalam hati gue yakin, gue nggak mau nambah rasa sakit hati gue. Gue nggak mau kecewa untuk yang kedua kalinya, atau lebih. Dan gue yakin, dia bukan orang yang pantas buat gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CANNIBAL
Teen FictionGimana rasanya ketika dicomblangin sama anak populer dan ternyata si makcomblang yang notabene temen deket lo malah ambil kesempatan buat nikung alias diambil sendiri dikala lo hampir jadian sama si dia.