Langit cerah menjadi terang
dentuman nan jauh kedengaran
membelah sunyi alam
butir-butir peluru tak kenal sasaran
tidak mengenal siapa tuan
tidak mengenal siapa lawan
terus menembusi raga berjiwaTangisan si kecil bergema
sayup-sayup di udara
di celah ribut pertempuran
terkapai-kapai mencari tempat berpautMungkinkah pernah terlintas di benak fikirannya
kenapa ini semua terjadi?
kenapa aku mangsanya?
adakah ini takdir bangsa ku?
pupus di hujung perangSesekali
potong-potong kenangan menerjah
cemeka wajah ayah dan bonda
tersenyum riang
menanti saat dewasa
tapi itu hanya kenanganCebisan-cebisan daging mentah
menutupi bumi
darah mewarnai tanah
menjadi hanyir kemerahan
gadis-gadis sunti
dicincang-cincang sucinya
dirobek-robek maruahnya
diperlakukan seperti boneka galaknyaKeamanan dinanti tidak kunjung tiba
peperangan terus bermaharajalela
hati membengkak melihat telatah sang durjana
memacukan senjata ke muka
meruntuh pusat ibadah
mengganyang pusat ilmu
menabrak tamadun yang dibina
demikian perilaku manusia ahmak
demikian wajar terlaknat dihukumPetualang apa namanya ini?
kemusnahan beraja bernafsu
mana mungkin terbayar
nyawa-nyawa yang terlucut dari jasadnya
dirampas tanpa rela sang empunyaDunia bagaikan terus terpaku
tangan dan kakinya dipasung
hanya terdaya menghambur kata bantahan
tidakkah mereka sedar
insan lemah terus diratahMari kita bergandingan bahu
hulurkan tangan
ringankan beban
agar sinar harapan bertunas kemabali
berkembang mekar mewangi
memecah mitos keamanan