"Hey, babe!" Louis memeluk tubuh Vanessya, kekasihnya. Vanessya membalas pelukan Louis.
"Bagaimana latihanmu hari ini?" Tanya Louis pada Vanessya.
"Cukup baik. Tapi teman-temanku masih banyak yang salah. Hal itu membuatku jengkel." Gerutu Vanessya. Louis hanya tertawa kecil mendengarnya. Tangan Louis merangkul pundak Vanessya.
"Lalu, kau punya rencana apa untuk libur musim panas minggu depan?" Vanessya bertanya seraya berjalan bersama Louis ke café dekat sekolah mereka.
"Uuuhm, aku belum tahu. Bagaimana kalau kita berlibur bersama?"
"Ide yang bagus!" Ucap Vanessya semangat, mereka memasuki café. Lalu duduk di sebuah sofa yang berbentuk bulat, tidak terlalu jauh dari kasir.
Louis dan Vanessya terduduk bersampingan.
"Lalu, kita akan berlibur kemana?" Tanya Vanessya lagi.
"Nah, itu dia! Aku juga masih bingung. Bagaimana kalau kita juga mengajak Harry dan teman-teman?" Usul Louis.
Vanessya mengangguk setuju, "yep! Aku setuju denganmu."
"Baiklah, kalau begitu, aku akan menghubungi Niall. Aku rasa, pasangan tukang makan itu sedang di kantin." Louis tertawa kecil bersama Vanessya.
Niall mempunyai pacar bernama Nimas. Mereka pasangan yang sangat serasi. Mereka memiliki banyak kesamaan, dari nama, sifat yang humoris, apa saja yang tidak terlalu lucu dapat membuat mereka tertawa keras, dan yang paling terlihat adalah hobi makan, mereka sangat mencintai makanan.
Louis mengambil handphone-nya. Lalu ia menelpon Niall.
Niall yang merasakan handphone-nya bergetar, ia langsung tersedak. "Kau baik-baik saja?" Tanya Nimas khawatir.
"Ya- ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit terkejut." Niall langsung mengambil handphone-nya. Nimas terkikik pelan melihat tingkah laku Niall yang menggemaskan itu.
"Hello, Loui?"
"Kau dimana? Cepat ke café. Ajak Nimas dan yang lain. Aku, em, maksudku aku dan Vanessya ingin membicarakan sesuatu dengan kalian."
"Okay, okay. Kau ini mengagetkan ku saja. Baiklah, aku cari yang lain dulu. Byeee!" Niall langsung menutup telponnya.
"Ayo kita cari yang lain." Niall menarik tangan Nimas, membuat kekasihnya itu terkejut. "Ada apa? Buru-buru sekali." Nimas mengerutkan keningnya.
"Louis dan Vanessya sudah menunggu kita di café. Ada hal yang ingin mereka bicarakan. Ayo."
Dengan itu, Nimas mengaitkan tangannya pada tangan Niall. Mereka berjalan ke arah loker.
Terlihat tangan Liam yang terkait di pinggang Shafira. Mereka sudah berpacaran kurang lebih 2 tahun lamanya. Mereka selalu saling menghargai. Hanya pertengkaran kecil yang hampir memutuskan hubungan mereka. Tapi Liam dan Shafira dapat mengatasi cobaan itu dengan mudah.
"Oh hey, maaf mengganggu. Aku rasa kalian bisa melanjutkannya nanti. Louis menunggu kita di café." Ucap Niall, menghampiri Liam dan Shafira yang sedang bermesraan.
Liam dan Shafira memutar mata mereka secara bersamaan. Terlihat jelas betapa kompaknya pasangan ini, kan?
"Lalu dimana Zayn, Stefani, dan Harry?" Tanya Nimas.
"Aku rasa Zayn dan Stefani masih berciuman dikelas. Bibir mereka bagaikan lem, selalu lengket." Shafira menggelengkan kepalanya. Liam, Niall dan Nimas tertawa kecil.
"Ya sudah, ayo kita cari mereka." Ucap Liam, mengaitkan tangannya pada tangan Shafira.
"Sudah kuduga." Ucap Shafira ketika ia baru sampai di depan pintu kelas, ia mendengar suara-suara keras yang dihasilkan oleh bibir Zayn dan Stefani.