III. Mimpi #1

9.9K 980 31
                                    

"SLEEP WELL"
Bagian III

Hari keempat.

Duduk disebuah kafe alun-alun, Namjoon menebar segala macam buku pada mejanya, menunggu secangkir Americanoㅡespresso bisa membuat pikirannya buntuㅡyang ia pesan beberapa menit lalu. Hari ini ia punya waktu untuk bersantai, tidak berkutat didalam RS, namun tetap saja kepalanya menuntut untuk penuntasan sejumlah tanya. Mengenai Jimin, tentunya.
"Berkeringat dalam keadaan koma," Gumamnya pelan, mengiringi mata yang membaca deret-deret huruf dalam buku. Sebelum memutuskan untuk duduk di kafe, Namjoon membeli beberapa buku yang ia kira mampu menjawab kebingungannya. Tidak mungkin universitas tempatnya mengambil gelar sarjana melupakan hal serupa keringat untuk dibawa sebagai pengetahuan lapangan. Sangat tidak mungkin.
Tapi, buku-buku itu tidak melegakan dahaga sama sekali dan Namjoon mencoba untuk menelusurinya lewat internet. Meski bisa saja hampir sama dengan kasus buku, ada kemungkinan ia mendapat artikel terkait. Scroll here, scroll there, read this, write that... Hasilnya? "Ini menyebalkan."
Grekkㅡ"Bang!" Seseorang menarik kursi kosong disamping Namjoon lalu memukul kepalanya sambil tertawa lebar. Tampang itu, sudah pasti, siapa lagi selain Hoseok? "Hei bro,"
Namjoon mendesis, lalu ikut tertawa. "Aku tidak tahu kalau kau minum kopi."
"Memang benar. Daripada moka atau latte, aku memesan cokelat dengan krimer."
"Sweet."
"Super."

[ Mimpi #1 ]

"Oh? Kau menangani pasien yang menarik?" Hoseok menuruni tiga anak tangga didepan pintu kafe dengan sedikit berlari. Tepat didepannya mobil Namjoon terparkir dan Hoseok menagih tumpangan. Menyamankan diri dibalik kemudi, Namjoon sempat melirik penampilan pada spion sebelum menjawab Hoseok. "Hanya karena terjadi hal aneh padanya."
"Hal aneh apa?" Hoseok menarik sabuk pengamanㅡbukannya kolot karena menumpang mobil dengan sabuk melingkar, tapi dia memang terlalu penakut.
"Bahkan kau yang tidak tahu apa-apa ikut penasaran."
"Jadi, kau akan memberitahukannya padaku atau tidak?"
"Bagaimana kalau melihat ke TKP?"

Dalam pejam, Yoongi merasa ada cahaya yang membentur wajahnya dengan gamblang, meski terpejam pun ia dibuat mengerejap kesilauan dan akhirnyaㅡterpaksaㅡbangun. Masih berusaha menghalau cahaya yang menerpa, Yoongi mendudukkan dirinya perlahan, menyadari kalau lagi-lagi ia terbangun di kamar lain. "Baik, apa maumu?" Gumamnya, mengenakan sandal. Ia sendiri tidak tahu siapa yang akan menyahut; entah Si Hantu atau Bocah Jimin. Tapi ternyata, ia sama sekali tak mendapat jawaban.
Tunggu sebentar. Tempat tidur ini, meja belajar ini, kamar ini... "Aku-" Lalu terdengar suara pintu dibuka, beriring dengan kemunculan seorang gadis berkuncir dua yang mengomel. "Oppa, Ibu memanggilmu berkali-kali. Bangunlah!"
"Yoonhee?" Itu adik perempuan Yoongi. Oh, apa ini sungguhan? "Kau Yoonhee?"
"Apakah aku tewas dalam mimpimu?" Anak itu mencibir, berbalik lalu meninggalkan kamar Yoongi sambil tetap memekik kalau Ibu memintanya untuk sarapan.
Terduduk ditepi kasur lalu mengusap wajah, Yoongi tertawa. Astaga, ternyata kejadian-kejadian aneh yang ia lalui hanyalah mimpi. Bagus, tidak ada laki-laki melayang atau bocah binal yang sok polos. Semua hanya mimpi. Mimpi. Terlalu girang, suara Ibu memanggil kembali kentara. Ya, semuanya mimpi! "Aku segera kesana, Bu!"

Di RS, Namjoon dan Hoseok segera menuju kamar Jimin. Bukan jam besuk, tidak heran kalau hanya ada satu perawat disana-pengecekan berkala. Tak berkata apa-apa, Hoseok menyimak anak yang terlelap dihadapannya, mencari kejanggalan apa yang dimaksud oleh Namjoon. Tentu saja Hoseok punya kepercayaan diri untuk meneliti Jimin, dia juga seorang dokter di RS yang sama; disini. Rekan kerja sekaligus teman Namjoon sejak sekolah menengah. "Aku tidak melihat ada yang menarik." Telunjuknya mengusap kulit lengan Jimin, berpindah ke dadanya, lalu mendengar tempo nafasnya. "Tidak ada yang aneh. Dia koma."
Namjoon mengangguk. Masih belum berniat memberi jawaban, ia menyeret Hoseok ke kamar lain: kamar Yoongi. Barulah ia menjelaskan kalau satu hari setelah Jimin dinyatakan koma, Yoongi menenggak Restoril didekatnya. "Overdosis. Kami telah memberi penanganan sebagaimana biasanya, tapi ia tidak juga bangun."
"Kau ingin bilang kalau ia koma? Penyebabnya?"
"Sama seperti Jimin, kekurangan oksigen."
"Apa?" Hoseok tertawa, mulai mengendus keanehan. Setelah dijelaskan, itu memang sedikit aneh. Pasien koma dibesuk oleh seorang kerabat yang kemudian ikut koma akibat menenggak obat tidur? Benar, ini menarik. Kepalanya langsung mengulas banyak hal: semua pelajaran yang ia dapat dari sekolah kedokterannya. "Tapi, mungkin saja ini kebetulan."
"Kebetulan ya?"
Mengangguk sambil mengedar pandangan keseluruh ruang, tiba-tiba Hoseok menyadari sesuatu. "Ah, Namjoon, apa kau merasa familiar dengan kamar ini?"
Kamar. Kamar Yoongi ternyata lebih menarik perhatian daripada keadaan pasiennya yang koma. Hoseok agak keterlaluan. Namjoon ikut menganalisa penjuru kamar. "Familiar?"
"Ya. Oh, aku ingat. Ini kamarnya,"
"Siapa?"
"Dia, Kim. Kim- aku lupa nama orang itu."
"Kim?"

YoonMin: Sleep WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang