#6

33.2K 2.1K 39
                                    

Arinta Febriana Sandiko POV

Andi mengatakan kalau ia merindukanku? Aku tidak mempercayainya. Tapi ia meyakinkanku.

Aku memang menghindarinya tiga hari belakangan ini.
Aku merindukannya sangat. Tapi aku teramat kecewa saat mengetahui bahwa Andi ternyata tidak mencintaiku.

FLASHBACK ON

Aku pamit pada Andi untuk ke toilet sebentar.
Sekembaliku dari toilet, kulihat Dio dan Papa sedang berbicara berdua. Wajah mereka terlihat sangat serius.
Mereka tidak menyadari keberadaanku karena mereka berdua memunggungiku. Aku bersandar di dekat pilar. Suara mereka berdua cukup keras kudengar. Awalnya aku menyangka mereka hanya berbicara masalah bisnis biasa. Tapi karena aku mendengar namaku dan Andi disebut-sebut, aku jadi penasaran.

"Apa Om San sudah yakin dengan pernikahan Arin dan Andi? Dio tidak ingin Arin kecewa nantinya," kudengar Dio menekan suaranya. Namun masih dapat kudengar jelas karena mereka memisahkan diri dari keramaian. Aku kecewa? Karena apa?

"Om sudah mengatakan pada Andi tentang itu, Dio. Tapi dia bilang, dia akan berusaha mencintai Arin. Sejujurnya Om malu padamu. Arin sudah berbuat diluar batas pada istrimu dan kamu," apa Papa bilang? Apa maksudnya kalau Andi akan berusaha mencintaiku? Kudengar Papa menghela nafas berat. Suaranya terdengar sedih. Maafkan Arin, Pa. Semua salah Arin!

"Dio dan Vien sudah melupakannya, Om. Tapi Om San perlu berjaga-jaga. Bagaimana jika Arin tau bahwa sebenarnya Andi tidak mencintainya?" serasa petir menyambarku, kekhawatiran Dio sangat jelas ditelingaku. Sepupu terbaikku, tidak salah jika aku pernah menaruh harapan tinggi padanya. Tapi aku masih belum mempercayai apa yang kudengar. Bagaimana mungkin Andi tidak mencintaiku? Sikapnya selama ini padaku membuatku yakin bahwa ia mencintaiku!

"Pasti Dio, pasti! Om sudah siap jika suatu saat nanti Arin akan kembali seperti dulu. Tapi Om juga masih ingin percaya dan berharap bahwa rasa sayang Andi pada Arin perlahan-lahan akan berkembang menjadi rasa cinta. Om sekarang hanya bisa menunggu dan pasrah,"ujar Papa getir. Dio menepuk-nepuk bahu Papa, berusaha membuat Papa tegar.

Aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Perlahan-lahan aku beringsut menjauhi Papa dan Dio. Airmataku sudah berjatuhan tanpa bisa dicegah.
Dengan susah payah aku kembali ke toilet. Dan untunglah, toilet sedang sepi. Hanya ada aku sendiri.
Kutuntaskan tangisku disana.
Lalu aku berusaha menenangkan diri, mencoba menelaah apa yang telah terjadi. Mungkin ini karma untukku. Tentu Andi tau apa yang dulu telah kulakukan terhadap saudara sepantinya. Aku sama sekali tidak mengira bahwa Andi mendekatiku untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangga saudara sepantinya, Dio.

Aku merasa begitu tolol. Bukankah aku sudah mengetahui kalau Andi adalah saudara sepanti dengan Dio? Seharusnya aku tau apa motifnya melakukan ini padaku. Bagaimana bisa aku menutup mata dengan sikap Andi padaku? Bagaimana aku bisa mengira sikapnya kuartikan bahwa ia mencintaiku?

Kurapikan make up wajahku, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya keras. Mencoba meringankan sesak di dadaku.

FLASHBACK OFF

Andi tidak membawaku ke rumah, tapi ke apartemennya.
Ia mendudukkanku di sofa dan memandangku lekat.

Aku berusaha menahan deburan jantungku yang mulai bertingkah dengan noraknya.

"Apakah kamu sedang menjauhiku, Arin?" Andy bertanya padaku dengan suara lirih.

Apa yang harus aku katakan padanya? Aku sangat mencintainya. Hatiku teramat sakit mengetahui ternyata ia tidak mencintaiku. Meskipun alasannya untuk kebahagiaan Dio, tapi aku belum bisa menerima kenyataan ini.

Sense for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang