'Akhh...' dia benar benar membuatku frustasi dengan segala tingkahnya. Bayangkan saja disaat acara makan malam yang selalu diadakan setiap satu bulan sekali dirumak kakek, tanggannya dengan tidak tahu diri malah mengelus elus surgaku yang masih terbungkus oleh celana dalam. Sialan kau R.
Ku lihat garis wajah R yang selalu menampakkan aura datar dan dingin. Dia terlihat tenang sekali menikmati makan malamnya, dan sesekali ikut adil dalam pembicaraan para lelaki berbeda generasi. Apa lagi kalau bukan masalah bisnis.
Lama aku mengamatinya. Tiba tiba saja aku merasa tersentak kerika R menurunkan celana dalamku, dan tak membutuhkan waktu lama jari jarinya sudah berada kembali di kewanitaanku.
"Kau selalu saja siap, untuk menerima kedatanganku." Bisik R tepat ditelingaku dan tanpa sungkan dia juga menggigitnya, ya walau hanya sekali itu berhasil menaikkan hairahku.
Saat jari jari R mulai masuk kedalam vaginaku aku membuka lebar pahaku bemberinya akses untuk memuaskanku.
Jari jari R yang ada didalam tubuhku mulai digerakkannya dengan tempo sedang dan sesekali juga R membuat jari jari memutar didalamku. Ini sangat nikmat. Mungkin jika hanya ada kami berdua saja aku akan mendesah nikmat.
"Lebih cepat lagi." Bisiku di telinga R.
"Ini baru permulaan bebe. Aku akan mennyimpan tenagaku dahulu untuk membuat vaginamu membengkak." Balas R denhan bisikan sexynya dan membuat gairahku semakin memuncak.
Tidak tahan dengan tempo gerakan R yang tetap sama, aku memutuskan ikut memaju mundurkan pinggulku. Supaya jari jari R lebih dalam lagi menusukku.
Dan berselang setelaknya aku mengrang tertahan karena pelepasanku.
R menarik keluarkan jarinya dari vaginaku. Tanpa mengindahkan rasa jijik R menjilati cairanku yang tertempel pada dari jarinya.
Aku kembali memperbaiki posisi celana dalamku yang sudah sangat basah itu.
Aku mendekatkan bibirku ke telinga R, saat dia masih asik dengan aktivitas favoritnya. "Jangan terus kau siksa adik besarmu itu. Vaginaku menunggu penis besarmu mengoyakku dengan cepat dan dalam." Bisikku sensual, sebelum beranjak dari menja makannya itu.
Namun sebelum menjauh aku sempat mendengar nada umpatan yang keluar dari bibir sexynya, hingga memanggil perhatian para pengghuni meja makan itu.
Aku tak memerdulikan kelanjutannya karena aku harus segera ke kamar mandi untu membersihkan kewanitaanku.