Part 1

3.7K 59 2
                                    

Denting piano itu menarik perhatiannya, dan samar-samar terdengar suara seorang gadis yang bernyanyi. Dia melangkahkan kakinya semakin jauh dari pintu. Mengikuti dari mana suara itu berasal.

"Kau buat aku bertanya. Kau buat aku mencari. Tentang rasa ini. Aku tak mengerti..."

Dan akhirnya dia menemukan suara itu.

"Akankah sama jadinya. Bila bukan kamu. Lalu senyummu menyadarkanku... Kau cinta pertama dan terakhirku..."

Dia tidak akan menghentikan suara merdu itu dan memilih bersandar di dinding yang ada di sampingnya.

"Sebelumnya tak mudah bagiku. Tertawa sendiri di kehidupan, yang kelam ini..."

Dia menarik kedua ujung bibirnya.

"Sebelumnya rasanya tak perlu, membagi kisahku, tak ada yang mengerti..."

Entah kenapa, suara gadis itu terdengar sangat menghayati lagunya, seolah menyuarakan isi hati gadis itu.

"Sekarang kau di sini. Hilang rasanya semua bimbang tangis kesepian..."

Dia beralih memandang jemari-jemari mungil yang menari di atas tuts piano. Masih sama seperti sebelumnya. Sangat lincah.

"Bila suatu saat kau harus pergi. Jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik... Karena senyummu... menyadarkanku... kaulah cinta pertama dan terakhirku..."

Denting terakhir piano itu mengakhiri semuanya.

****

Oik mengangkat jemarinya dari atas tuts piano. Senyum mengakhiri lagunya.

"Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta?" Suara itu membuat senyumnya semakin lebar dan segera berdiri dari kursinya, berbalik.

"Cakka!" Oik berseru dan berlari ke arah Cakka.

Oik memeluk Cakka seolah tak ingin melepaskannya. Cakka tersenyum dan membalas pelukan itu.

"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku."

Oik melepas pelukannya, sedikit menjauh dari Cakka kemudian menatap pria itu. "Pertanyaan?"

"Iya. Tadi aku bertanya siapa pria yang sudah berani merebut hatimu?"

"Oh. Hahaha. Tentu saja tidak ada. Aku hanya bernyanyi Cakka."

"Kau sangat menghayati setiap liriknya."

"Tentu saja. Bukankah seni memang seperti itu, kamu harus tenggelam bersamanya."

Cakka mengangguk kemudian mereka memilih untuk melanjutkan percakapan mereka di ruang tamu.

"Kapan kamu datang?"

"Baru saja."

Oik memutar bola matanya. "Aku serius, Cakka."

"Aku juga serius Oik. Dari bandara aku langsung ke sini, belum ke rumah ayah."

"Kamu lapar?"

Cinta Pertama dan Terakhir (Pindah Ke KBM App)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang