Prolog

562 22 1
                                    

Aku hanya bisa menghela nafas melihat benda yangku pegang hanya ada satu garis merah ,ya benda yang kupegang adalah taspack sebuah alat yang berguna untuk mengetes kehamilan dan entah sudah berapa taspack yang ku gunakan bahkan semua berbeda bentuk dan merknya.

Kegiatan ini rutin kulakukan selama hampir dua tahun ini dan hasilnya hanya sama saja garis merah satu, aku dan suamiku sudah mencoba pergi kedokter mengikuti cara hidup sehat dan kami selalu melakukan hubungan suami istri hampir setiap malam tapi kenapa selama dua tahun aku belum juga dikaruniai buah hati . Tentu sebagai seorang wanita aku sedih karena belum bisa memberikan keturunan kepada suamiku dan cucu untuk kedua orang tuaku .

Tapi diantara kami berdua tidak ada yang mandul melainkan kami berdua normal amat sangat normal ,mungkin memang tuhan belum mempercayai kami untuk menjadi orang tua ,dan kami hanya bisa bersabar menanti sang buah hati datang.

"Sama lagi ?" tanya Mas Dikta suamiku.

"Maaf mas ,cuma garis satu."ucapku sedih

"Nggak papa kita nggak boleh sedih harus sabar ya ,mungkin tuhan belum percaya sama kita, lagian kita juga baru dua tahun menikah belum terlalu lama "ucap Mas Dikta sambil mengusap kepalaku lembut, mungkin menurutnya dua tahun itu belum lama tapi bagiku dua tahun belum juga dikaruniai buah hati sangat lama.

"Tapi Tania merasa belum jadi istri sempurna untuk mas, belum bisa ngasih keturunan ke mas."ucapku sambil terisak ,kegiatan rutinku jika selesai mengunakan taspack.

"Kamu tetep yang terbaik untuk mas, mas cinta sama kamu apapun yang ada didiri Tania mas suka."ucap sumiku menenagkanku

"Kalau sampai lama Tania belum bisa ngasih keturunan ke Mas Dikta, Tania mau kok dimadu ,Tania ikhlas kalau mas nikah lagi cari istri yang bisa ngasih keturunan ke Mas Dikta."ucapku dengan isakan, sejujurnya aku tidak mau cinta Mas Dikta untukku dibagi dengan orang lain sampai kapanpun aku tak rela tapi jika itu membuat Mas Dikta bahagia aku akan berusaha.

"Kamu itu ngomong apa sih sayang,nggak ya nggak akan pernah aku cari istri lagi cuma kamu dan selamanya tetep kamu ,jangan ngomong kayak gitu pliss ya.." Mas Dikta langsung memeluku erat.

"Maaf" ucapku.
















New story
Prolog jangan lupa vote dan comment ya :)
Cerita ini aku rubah beda judul dan alurnya dari sebelumnya.

Kayak ada yang baca, hihihi: D

MENCINTAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang