PART 2
Pagi yang cerah. Tapi tidak secerah mood satu orang ini. Pagi-pagi dia harus membantu ibunya dulu di toko kuenya, mengurusi pekerjaan rumahnya, dan terlebih lagi dia harus berhadapan dengan guru-guru killer-nya di sekolah. Tapi itu rutinitas keseharian gadis satu ini.
“Ohayou (selamat pagi), Mayuyu-chaan~” sapa seorang sahabatnya yang baru saja masuk ke kelas. Ya, gadis itu adalah Mayuyu, yang gak lain dan gak bukan adalah Mayu Watanabe. Tapi Mayuyu tidak merespon. “Mayuyu-chan? Doshita no? (kamu kenapa?)”
“Daijoubu (aku baik-baik saja), Yukirin..” Jawab Mayuyu dengan tidak semangat kepada sahabatnya yang bernama Yukirin ini, alias Kashiwagi Yuki. Si anak populer di kelasnya dan juga di sekolahnya. Yah, pertama dia emang selalu juara satu dan kecantikannya juga tidak ada yang menandingi. Tapi denger-denger sih, yang cantik nomer dua ya sahabat dari Yukirin, yaitu Mayuyu. Jelas sih, soalnya mereka mirip banget.
“Ah~ itu tidak mungkin! Ponimu saja berantakan. Pasti ada sesuatu.”
“Poniku berantakan?!” Dengan cepat Mayuyu mengambil kaca kecil di dalam tasnya dan melihat bayangan poninya di cermin itu. Bener kata Yukirin. Berantakan. Mayuyu pun merapikan poninya ke bentuk kesukaannya. Dan akhirnya rapih kembali. Well, bagi Mayuyu poninya itu seperti harga diri. Dan kerapihan/keberantakan poninya itu tergantung moodnya. Sampai sekarang pun tidak ada yang berani memegang poninya itu.
“Udah cantik, tuh.” Ujar Yukirin sambil memeletkan lidahnya.
“Apaan, sih.“ Mayuyu meletakkan cerminnya lagi ke dalam tasnya. Dengan sedikit cemberut.
“Cie ciee yang ngambek. Kenapa sih sensi banget? Capek, ya?”
Mayuyu cuma mengangguk malas.
“Ah~ ya sudah.” Yukirin duduk di depan Mayuyu. “Oh ya, nanti setelah pulang sekolah kamu bakal ngapain?”
“Aku ada les menyanyi. Mau ikut?”
“Boleh! Tapi abis itu jalan-jalan ya sama aku~”
“Ya ya ya, terserah, lah.”
Yukirin mengangguk dengan semangat lalu bel masuk pun berdering. Beberapa detik kemudian, seorang guru killer pun datang dengan buku haditsnya. Eh, buku sejarahnya maksudnya.
Pelajaran yang membosankan. Buat apa coba kita belajar tentang kejadian masa lalu yang gak bakal terulang lagi? Bukankah yang sudah berlalu biarlah berlalu? Kenapa harus diungkit-ungkit lagi? Sejarah itu menyedihkan memang. Flashback mulu. *ini Author curhat atau apa ya?-_-v*
Pelajaran sejarah selesai. IPA juga udah. Sekarang istirahat. Sebenarnya Mayuyu bawa bekalnya sendiri, sih. Tapi Yukirin memaksanya untuk menemaninya ke kantin. Dan menyuruhnya makan di sana juga. Yah, namanya juga sahabat. Kalo gak diladenin ntar ngambek.
Mayuyu menunggu Yukirin di sebuah meja kecil khusus dua orang, sementara Yukirin memilih makanannya. Sambil menunggu Yukirin, Mayuyu hanya memandang orang-orang simpang siur di depannya. Mereka bisa tertawa dengan mudahnya. Dulu sih Mayuyu bisa melakukan itu. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini dia letih sekali. Tertawa pun rasanya jadi malas.
‘Enak sekali mereka. Kayak gak ada beban di hidupnya..’ batin Mayuyu sambil meniup poninya.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Mayuyu dari belakang. Gak terlalu keras, sih. Tapi cukup ngebuat Mayuyu kaget + tersadar dari lamunannya.
“Oy! Bengong aja, sih.” Ternyata orang yang menepuk pundaknya adalah sahabatnya sendiri, Yukirin.
“Duh kamu, aku jadi kaget, tau.”
YOU ARE READING
To Be Free
FanfictionSeorang pangeran. Berumur 15 tahun. Tapi selama 15 tahun itu juga dia tidak pernah keluar dari istana. Karena itu, beberapa masyarakat di luar istana mengatakan bahwa si pangeran itu punya sifat yang 'aneh-aneh'. Tapi apakah itu benar? Udah, baca aj...