Itu-ku Surgaku

53.3K 222 92
                                    

Sesuatu dipegangnya dengan kuat, takut-takut sesuatu yang amat berharga itu jatuh dan berhambur ke lantai sia-sia. Dia masih berusaha menancapkan suatu ujung ke dalam sebuah lekukan bagian bawah sesuatu itu.

Sejenak ia sama sekali tak bergeming dan terus berusaha tanpa ada tanda-tanda akan menyerahkan semuanya pada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberinya nikmat sehat hidup sehingga setiap persendiannya dapat digerakan dengan mudah meski sebuah ujung tumpul belum juga masuk ke dalam apa yang disebut basah itu. Dia terus berusaha menusuk, tusuk, dan terus menusuk bagian ujung ke arah lekukan bawah sesuatu itu.

Orang-orang yang lewat kesana kemari terlihat sangat kasihan padanya dan mungkin ada rasa sedikit ingin membantu menojos itu. Tetapi bantuan itu terhenti dan mendadak lenyap saat orang-orang tau bahwa adegan ini sangat memalukan untuk sekedar dibantu. Entah buta atau memang sengaja acuh, si penusuk itu tetap saja terfokus hanya untuk menusuk tanpa peduli tatapan heran dan jijik dari orang-orang yang berlalu-lalang. Dia akan terus menusuk sampai ujung itu masuk ke dalam, dan dia benar-benar merasakan apa yang di sebut kesejukan di dalam atau surga dunia.

Masih bersusah payah untuk menusuk, sesekali orang itu berdecak sebal karena masih saja belum berhasil masuk.

"Ish, aahhh..." dia mengerang dan mendesis sebal ketika sesuatu itu benar-benar tak kunjung masuk.

Tanpa ragu sedikitpun, dia menggigit keras ujung sesuatu yang menjadi tujuan tojosannya yang agak lancip dan menyembul keluar. Dia menggigit keras, hingga rasa amis asin menjalar masuk ke tenggorokannya. Darah. Dia menggigit itu sampai mengeluarkan darah segar.

"Aahhh..." ia berusaha menahan sakit yang teramat sangat ia rasakan.

Namun kesakitan itu benar-benar tertebus dengan ujung objek penusuk itu yang kini masuk ke dalam sesuatu yang basah dan... ah banyak airnya.
Tanpa ragu sedikitpun, si penusuk langsung menyedot apa yang di dalam. Sesekali objek tusukan yang kini sudah bengkok itu dia gigit gigit kecil.

Slurrpp... slurrppp...

Kesejukan melanda tenggorokan Ami. Yah, namanya Ami. Perempuan, bukan laki-laki. Dia yang sedari tadi berusaha menusuk itu kini mengerang nikmat atas apa yang ia capai. Ami terus menyedot tanpa malu. Tanpa tau dan peduli bahwa ia sekarang berada di gang sempit, cocok untuk bersembunyi dari emak kalau saat Ami ingin melakukan yang seperti ini. Gang itu sering dilewati oleh pria tukang bangunan yang yah rumahnya kontrakan sekitaran situ. Tapi Ami sama sekali tak peduli dengan siapa yang lewat. Mau itu abang-abang tukang kek, perdana menteri kek, presiden kek, Lee Min Ho kek, Taylor Swift kek, Pak RT kek, pokoknya ia sama sekali tidak peduli. Kecuali dengan satu pria, namanya Doni.

Yah, sebenarnya Doni itu teman masa kecil Ami yang sangat tidak membahagiakan.

Doni kini satu tahun di atas Ami yang berumur dua belas. Sudah mulai remaja, tapi mereka sama sekali tak terlibat dalam yang namanya cinta. Dan, ini gang kecil nan gelap tempat pertemuan pertama kali dengan Doni yang kemudian dijadikan markas besar mereka berdua untuk melakukan hal yang kini tengah Ami lakukan.

Habisnya disini enak sih. Jauh dari emak sama Oni yang bakal ngomel-ngomel kalo gue ngelakuin hal ini.

Tak lama kemudian seseorang yang kini ditunggu Ami telah nampak dan menepuk punggung kecil Ami. Ami mengerti akan isyarat itu, dan tanpa kata sepatah pun Doni ikut duduk di gang bersebelahan dengan Ami yang masih asyik menyedot tanpa kenal kehabisan. Doni mulai tergiur walau awalnya berpegang teguh pada iman dan menahan segala gejolak hawa nafsu yang dihasilkan hormonnya. Yah walau tak lama si Doni akhirnya ikut melakukan apa yang Ami lakukan.

Saling menyedot.

Slurrpp, Sluurpp.

"Aahhhmii ini enaakkk njirrr!!!"

Itu-ku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang