PERTEMUAN

47 2 1
                                    

Tidak seperti biasanya, dimana burung-burung melantunkan kicauan yang merdu menyambut pagi. Matahari yang menyinari sebagian permukaan bumi dengan indahnya. Pagi ini tampak gelap dengan rintikan butiran bening yang indah didengar beserta bau khas tanah sehabis hujan yang menyeruak keindra penciuman. Mata seorang gadis masih tertutup dengan indahnya, selimut tebal masih melilit di seluruh tubuhnya sampai ada suara ketukan pintu beserta omelan khas yang setiap paginya ia dengar yang membuatnya mau tidak mau untuk bangun dan meninggalkan mimpi indahnya "Dinda!!! Lo ga mau kan terlambat di hari pertama lo masuk SMA" ujar seseorang dibalik pintu yang membuatnya terperanjat kaget dan langsung melihat jam "astaga! Udh jam 6.15 mati gue" batin Dinda sambil menepuk jidat yang tertutupi poni itu dan langsung berlari kekamar mandi. Selesai mandi ia langsung bergegas keluar dari kamarnya dan menuruni tangga sambil berlari kecil, dan "shit!!!" umpatnya saat kedua kakinya terlilit dan pantat indahnya mendarat mulus di lantai dingin itu sedangkan seorang pemuda ternganga melihat itu tak berapa lama kemudian

"hahahah, sumpah jatuh lo lucu banget tau ga? Ekspresi lo! Hahaa aduh sayang banget gue ga bawa kamera tadi ." suara tawa dan ejekan menggelegar di ruangan tersebut.

"Gila lo, bukannya bantuin gue malah ngeledekin gue. Awas aja lo gue sumpahi dapat fans yang lebih rada-rada daripada di SMP." Gadis itu berjalan mengambil roti yang ada di meja makan untuk sarapan dan langsung keluar tanpa menghiraukan seorang pemuda yang menatap kesal kearahnya.

"eh buset dah lo, gue tungguin dari tadi malah ninggalin." Ucap pria itu yang langsung menghampiri gadis yang sudah duduk manis di dalam mobil.

*****

Ini hari pertama memasuki SMA setelah mengikuti MOS yang diadakan beberapa hari yang lalu bagi seorang Adinda Zahwa Anezka. Ya namanya Adinda Zahwa Anezka tetapi ia lebih sering menyingkat nama tengahnya ketika memperkenalkan dirinya kepada orang lain itu. Itu berawal ketika ia memasuki SMP, saat itu ia tidak mau ada orang yang memanggilnya dengan nama tengahnya yang akan mengingatkan dia dengan masa lalunya. Sebenarnya Dinda dulu seorang anak yang sangat ramah, ceria, dan berhati lembut tetapi setelah kejadian itu semuanya berubah. Dia menjadi anak yang lebih pendiam, dan menyimpan dendam terhadap masa lalunya. Tapi sekarang ia berusaha untuk mencoba kembali kedirinya yang dulu, berbaikan dengan masa lalunya dan menjalani kehidupannya dengan tenang.

*****

KRING KRING KRING...

Bel istirahat pun berbunyi, Dinda langsung bergegas memberesi buku-bukunya dan menuju ke kantin, Rizky tadi mengajaknya ke kantin sebelum mulai pelajaran tetapi ada yang harus dia urus terlebih dahulu dan jadilah Dinda yang disuruh duluan kekantin. Rizky, tepatnya Rizky Nazar ia sahabat dinda dari kecil, ia juga orang yang selama ini menemani Dinda dan memberikan dukungan saat Dinda terpuruk. Dia juga tau semua seluk beluk masalah dinda.

"Din!! Ngelamuni apaan sih??" Rizky menepuk pundak Dinda untuk menyadarkan dari lamunannya, saat memasuki kantin tadi rizky melihat Dinda hanya berdiam diri dengan tatapan kosong ke mejanya.

"Gue ga ngelamun ky!!" bela dinda yang membuat pemuda itu menatapnya jengah.

"Lo ga bisa bohong dari gue din, gue kenal lo dari kecil bukan beberapa hari yang lalu. Gue udah hafal banget sama sifat lo. Dan satu lagi, lo itu sangat amat bodoh dalam berbohong"

Ya Dinda memang ga pernah bisa berbohong, dia juga ga tau kenapa bisa gitu, tapi yang jelas setiap Dinda berbohong pasti ketauan, jadi lebih baik dia jujur saja. Lagi pula jujur perilaku yang baik kan?

"Iya iya, gue cuman lagi....." ucapan Dinda terhenti saat matanya tidak sengaja menatap seseorang yang sedang membawa bola basket ditangannya dengan keringat yang mengalir lembut diwajahnya tapi membuatnya menjadi lebih tampan. Rizky yang bingung melihat Dinda pun mengikuti arah pandang gadis itu, seakan tau apa yang sedang dipikirkan Dinda, Rizky hanya diam ingin melihat reaksi Dinda berikutnya.

"Itu bukannya A..." ucapan Dinda terpotong oleh suara deheman Rizky

"hemm, iya itu dia..." ucap Rizky yang tau kemana arah pembicaraan Dinda, sedangkan Dinda hanya mengernyitkan dahi tanda ia bingung. Rizky yang melihat itupun melanjutkan ucapannya "Dia juga sekolah disini din, bahkan dia menjabat sebagai ketua osis dan kapten tim basket yang terkenal playboy. Hampir semua cewek disini naksir sama dia."

"Tapi dia kan di bandung ky, kok dia ga ngabarin gue sih kalo udah pindah!!" dinda hanya bisa mencebikkan bibirnya sedangkan Rizky hanya menahan tawanya melihat Dinda "oh iya dari kapan dia disini? Kalo dia Ketua Osis kenapa pas MOS gue sama sekali ga lihat dia?" Tanya Dinda yang masih merasa kesal.

"1 tahun yang lalu, gue juga ga tau kemana dia pas kita MOS, gue juga ga ada lihat dia." Jawab Rizky acuh. " udahlah, ga usah dipikirin. Mending lo pesan makanan lo sekarang!" lanjut Rizky yang membuat Dinda hanya diam dan memesan makanan, mereka makan dalam dian sampai bel masuk berdentang.

"kekelas yuk ky, udah bel tuh." Ajak Dinda yang dibalas anggukan oleh Rizky.

"eh din, gue ke toilet dulu ya? Lo jalan sendiri ga apa-apa kan?" Tanya Rizky ke Dinda

"yaelah ky, lo kira gue apaan dah balik kekelas aja mesti ditemenin."

"ye mana tau lo takut nyasar, kan lo belum hafal seluk beluk sekolah ini." Balas Rizky sambil tersenyum meledek. Dinda yang tau diledek pun akhirnya mengedikkan bahu acuh dan pergi meninggalkan Rizky di koridor sekolah.

"take care din!!" Teriak Rizky yang membuat Dinda semakin jengkel, baru berapa detik Rizky mengucapkan itu

BUGHH!!!

Sebuah bola basket dengan mulus mendarat di kepala Dinda yang membuat Dinda hilang keseimbangan dan HAPP!! seorang menangkap Dinda sebelum ia jatuh pingsan. Rizky yang melihat itupun langsung berlari menghampiri Dinda dan

"lo?!" ucap seseorang yang menangkap dinda saat melihat Rizky dan langsung mengalihkan pandangannya ke Dinda yang sudah pingsan "Dinda?" lanjutnya.

Rizky pun hanya memutar bola matanya malas "iya ini gue dan Dinda. Kenapa? Ada masalah?" ketus Rizky yang membuat pemuda yang mengenakan jersey basket tersebut menatap sendu ke Dinda. Rizky langsung mengambil alih Dinda dan membawanya ke UKS. Pemuda itu hanya menatap kepergian Dinda dan Rizky dengan perasaan bersalah.

ever after (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang