Aku mencintai duniaku

232 7 8
                                    

Nama ku Rena Revili Ayani. Aku bersekolah di SMAN 1 Karawang. Aku duduk di kelas XII ips 2. Ini adalah tahun terakhir ku berada disekolah ini. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Perputaran jarum jam bagaikan seekor cheetah yang sedang memangsa, begitu cepat dan tak terkendali. Mungkin karena banyaknya waktu-waktu berharga yang begitu menyenangkan yang aku lakukan bersama teman seperjuangan ku di SMA. Layaknya sebuah syair, masa-masa SMA adalah masa-masa paling indah selama kita di sekolah. Namun, bagi ku masa SMA bukan sekedar untuk bersenang-senang. Aku juga harus tetap fokus untuk menggapai semua mimpi-mimpi ku. Aku ingin menjadi seorang reporter VOA yang bisa mewawancarai orang-orang hebat. Aku ingin suatu saat aku bisa mengajak ayah ku berkeliling dunia sambil mengagumi ciptaan-Nya. Aku juga ingin suatu saat bisa membuka restoran untuk ayah ku. Maklum, ayah ku hanyalah seorang penjual martabak yang setiap malam harinya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal kata lelah. Oiya, ayah ku adalah seorang koki yang handal. Ia mahir sekali dalam hal memasak. Aku tinggal bersama ayah ku. Ia adalah satu-satunya harta yang ku miliki, ia adalah sosok yang sangat hebat. Tak pernah sekalipun aku melihat raut mukanya yang menyedihkan. Aku pun tak pernah melihat ayah mengeluh. Kata ayah, menafkahi ku adalah anugrah yang TUHAN berikan untuknya. Walau kadang, aku yakin sesekali ayah merasa letih untuk mendorong gerobaknya sambil berkeliling di sekitar perumahan untuk menjualkan martabak. Karena itu, aku belajar banyak dari ayah. Sikap pantang menyerah dan kesabarannya dalam membesarkanku akan selalu ku ingat. Aku selalu belajar semaksimal mungkin untuk menggapai semua mimpi ku. Terkesan lucu mungkin, tapi apa salahnya bermimpi?bukankah akan lebih lucu lagi jika kita hanya berdiam diri? Hidup akan jauh lebih indah jika kita bisa mencoba dan berusaha untuk apa yang kita inginkan.


***

Ujian Nasional akan segera tiba, beberapa siswa sibuk mengerjakan latihan-latihan soal. Ada pula siswa yang tidak memperdulikan tentang ujian nasional ini. Sedangkan aku sendiri, terus berlatih tanpa lelah untuk mendapatkan hasil yang ku inginkan. Dulu aku sering sekali mendapatkan celotehan dari teman-teman ku. Ada yang bilang boleh rajin,tapi jangan rajin-rajing banget. Ada juga yang bilang tugas itu cuman mitos. Dan yang terakhir adalah celotehan dari sahabat-sahabat ku sendiri. Si bijak Resa pernah berkata
"Teruslah menggapai apa yang kamu inginkan. Jangan pernah sesekali menengok ataupun melirik kemana pun. Tetaplah pada pendirian mu dan semua mimpi-mimpi mu."
Lain lagi kata si gendut Hani, ia bilang
"gapapa capek belajar asal jangan lupa makan hihihi."
Dan yang terakhir sahabat lelaki ku, Farel yang tak kenal lelah memotivasi ku untuk terus belajar. Ia pernah berkata
"kejarlah apa yang kamu mau. Sekalipun berat,yakinlah semua itu tidak seberat badan Hani hahaha."
Aku bangga pada mereka. Hidup mereka tidak pernah berhenti untuk tidak membuat ku tertawa lepas. Banyolan-banyolan mereka yang tak hentinya membuat hari ku lebih bermakna, dan secercik kebahagiaan yang mereka siram pada hati ini telah membuat ku tak ingin lepas dari mereka. Bahkan didetik-detik H-2 Ujian Nasional, mereka tak henti-hentinya menggangu ku sambil tertawa. Baiklah, H-2 Ujian Nasional aku gagal belajar karena mereka.

***


Cahaya sinar matahari mulai muncul menghampiri ku, bayang-bayang kegelapan perlahan hilang ditelan bumi. Hawa kesunyian mulai menghilang, hiruk pikuk suara ibu-ibu menanti tukang sayur didepan rumah mereka membuat ku terbangun dari tidur ku. Hari ini aku libur sekolah karena besok Ujian Nasional akan dilaksanakan, tapi aku tak ingin menyia-nyiakan waktu ku. Aku langsung bergegas berangkat ke sekolah untuk belajar sendirian di kelas ku. Mungkin bagi orang lain itu adalah hal yang membosankan, tapi bagiku ini adalah hal yang menyenangkan. Tak butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Aku hanya memakai kaos dan celana jeans. Aku berangkat menuju sekolah menggunakan angkutan umum, karena letak rumah ku dan sekolah yang lumayan jauh. Sesampainya di gerbang sekolah, aku melangkahkan kaki ku seperti biasa. Aku berjalan menyusuri lorong sekolah, namun langkah kaki ku tiba-tiba melambat, kaki ini terasa beku dibuatnya, jantung ini berdetak sangat kencang, mata ini tak ingin memalingkan pandangannya, nafas ini terengah-engah tak menentu. Ya, aku tak dapat berkata-kata, bibir ini diam membisu. Semua itu karenanya, sesosok lelaki tampan yang membuat ku diam sejenak. Aku melihatnya sedang membaca majalah dinding di lorong kelas. Tak lama, mata kami saling bertatap. Jantung ini semakin berdetak tak karuan. Aku tak bisa berhenti menatapnya. Mana mungkin ku sia-siakan kesempatan emas ini saat kami hanya berdua, sambil menatap satu sama lain. Aku terus berjalan perlahan sambil diam-diam menatap wajahnya dari dekat, berharap dalam hati agar TUHAN memberikanku kesempatan untuk memberhentikan waktu. Dalam hati aku terus berharap semoga ia menganggapku ada.Tak terasa jarak kami semakin jauh, baru kusadari ia sudah memalingkan pandangannya pada ku. kekecewaan langsung menusuk tulang-tulang ku. Aku pun langsung berjalan seperti biasa, berjalan menyusuri lorong kelas seperti tidak terjadi apa-apa. Aku tidak tahu apa ini takdir atau kebetulan, tapi aku sungguh berterimakasih pada TUHAN, aku masih bisa melihat Julian. Ya, namanya adalah Julian. Dia satu sekolah dan satu angkatan dengan ku di sekolah, hanya saja dia sama sekali tak mengenalku. Dia lelaki yang tampan, karena itu banyak wanita yang mengejarnya. Sayangnya ia sudah memiliki kekasih, yang jelas wanita yang beruntung itu bukanlah aku. Aku tahu memilikinya adalah ketidakmungkinan yang sudah dapat dipastikan kebenarannya. Kamu tau, Julian? Jika aku diberi kesempatan oleh TUHAN untuk memiliki mu, tanpa berpikir panjang aku akan menjawab YA! Tapi, aku pikir semua itu mustahil, kenyataan kamu sudah memiliki wanita lain dihati mu saja sudah membuat ku patah semangat. Mungkin ini rasanya mencintai mu dalam diam, bahagia memang, namun ada secercik kepedihan didalam hati ku. Benak ini sudah letih dan meronta-ronta untuk melupakan mu, tapi apa boleh buat? Hati kecil ini tak bisa berbohong. Kamu yang masih ada dihati ku, kamu yang setiap malam aku mimpikan, kamu yang selama ini aku bayangkan, kamu yang selama ini ku idam-idamkan hanya bisa kucapai dalam diam. Andai kamu tahu, ingin sekali aku memeluk mu. Rasanya lucu jika bisa memeluk tubuh mu yang kurus dan tinggi itu, namun jika TUHAN masih tidak mengizinkan aku untuk memeluk mu, bolehkah aku meminta-Nya satu permintaan yang sangat sederhana? Aku ingin sekali kita bisa berteman, saling menyapa satu sama lain saat berjumpa, memberikan senyuman termanis mu pada ku. Sungguh kebahagiaan sangat menyenangkan.

SEJUTA MIMPI UNTUK RENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang