Gadis itu sedang duduk santai di bangku kantin, menikmati makan siangnya. Terkadang dia mengangkat kepala dan melihat ke sekeliling kantin, seolah-olah sedang mencari seseorang.
Tak jarang juga dia mengecek jam tangan yang melilit di pergelangan tangannya."Dor!"
Bahunya terlonjak naik ketika suara itu mengagetkannya, dan otomatis dia berbalik dengan wajah yang memerah karena kaget dan marah.
"Louis!"
Louis hanya tertawa melihat ekspresi gadis itu, yang tampak begitu lucu. Walaupun sebenarnya dia merasa bersalah, tapi siapa sih yang tidak akan tertawa melihat itu?
"Tenanglah, Alex. Kau lanjut saja makanmu, aku ingin bercerita dulu."
Louis lalu menepuk-nepuk punggung Alex, sementara gadis itu kembali duduk di bangkunya perlahan-lahan. Untung saja mulutnya sedang kosong tadi, sehingga dia tidak tersedak.
"Begini, kau ingat rumor cermin itu kan?" Louis duduk di samping Alex, memperhatikan wajah sahabat kecilnya yany sedang makan. Alex hanya memutar bola matanya.
"Kau hanya ingin membicarakan itu lagi?" Alex meminum segelas air mineral yang tadi dibelinya.
"Nah, aku tahu kau benci dengan hal-hal mistis seperti ini. Tapi aku ingin kau ikut bermain denganku. Soalnya aku mendapat ini tadi pagi di lokerku," Louis mengambil sebuah kertas dari saku jaket adidas hitamnya, lalu menyerahkannya pada Alex. Dengan malas Alex mengambil kertas itu lalu membacanya.
Sekilas kertas itu tampak begitu buruk, lusuh, kotor. Tapi untung isinya masih bisa dibaca dengan jelas.
Dear Mr. Louis Tomlinson.
Hai!
Jangan tanya siapa aku. Aku melihatmu minggu lalu berjalan-jalan di Gedung D, dan kita semua tahu kalau orang yang berjalan kesana adalah orang yang berminat untuk bermain 'game'.
Nah, kau akan kuundang!Syaratnya, kau harus membawa sepuluh orang teman, termasuk dirimu sendiri. Lalu, tulis nama mereka di lembar berikut dari surat ini.
Terserah kau ingin menganggap ini main-main atau tidak, tapi ketika kau sudah menerima surat ini, maka kau sudah masuk dalam lingkaran permainannya.
Setelah sepuluh orang sudah terkumpul, barulah aku akan memberitahu info selanjutnya!
From The Myth of This Highschool,
Ms. Mirror
Tawa Alex meledak setelah dia membaca surat itu, sampai-sampai seluruh kantin menoleh ke arahnya. Beruntung Louis dengan cepat menutup mulutnya, mencegah dirinya sendiri menjadi malu atas perlakuan sahabatnya itu.
"What a bullshit," Alex memegang perutnya yang terasa sakit karena membaca surat itu.
"Katakan saja, kau ikut atau tidak?" Louis mulai merasa tidak sabaran, karena Alex selalu bersikap seperti ini tiap kali mereka berbicara tentang cermin itu.
"Kau pikir aku bodoh? Lihatlah, itu tulisan tangan manusia Lou," Alex terkikik geli.
"Tapi kau tentu harus ingat kalau lima orang senior kita meninggal tahun lalu."
Seketika itu juga tawa Alex langsung menghilang begitu Louis berkata seperti itu.
Ya, tahun lalu lima orang senior mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan. Kulitnya sudah tidak ada, bahkan bola matanya juga. Pokoknya menyeramkan. Mayatnya ditemukan di sekitar Gedung D oleh satpam sekolah. Polisi tidak menemukan alat pembunuhan ataupun hal-hal yang bisa membantu penyelidikan, oleh karena itu kasusnya ditutup.
Sebenarnya saat itu Alex ingin buru-buru pindah dari SMA ini, karena takut. Tapi SMA ini termasuk salah satu SMA favorit dengan biaya yang tidak begitu mahal, jadi dia tidak punya pilihan lain. Sekarang adalah tahun keduanya di SMA ini, dan dia baru tahu rumor itu saat dia duduk di bangku kelas satu.
Jadi, katanya di Gedung D sekolah yang dulunya adalah ruang laboratorium kimia, biologi, dan ruangan tata boga yang berlantai lima itu ada sebuah cermin di ujung lorong lantai lima. Cermin itu dapat mengabulkan tiga permintaan. Tapi sebelum mencapai cermin itu, kau harus melewati beberapa rintangan yang bisa membuat jiwamu melayang.
Entah kenapa sekolah tidak pernah merubuhkan atau masuk ke dalam Gedung D itu, seolah-olah rahasia itu sudah melegenda dan mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Alex, yang sangat tidak percaya dengan hal mistis hanya beranggapan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh psikopat gila.
"Jadi, ikut tidak?" Louis melambaikan tangannya di depan wajah Alex setelah gadis itu terdiam cukup lama.
"Kupikir dulu."